Potret
beragama umat muslim Jawa sebelum 1330 H/1911-1912M diabadikan oleh Hadhrotusy
Syeikh KH. M. Hasyim
Asy’ari dalam Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah sebagai masyarakat
muslim yang berfikih dalam satu madzhab, yaitu Imam Syafi’i; berteologi satu
madzhab, yaitu Imam Asy’ari dan bertasawuf dengan mengikuti Imam al-Ghazali dan
Imam Abu Hasan asy-Syadzili.
Beragama
dengan menggunakan afliasi madzhab seperti di atas termasuk cerminan moderasi
beragama. Hal ini bisa dibuktikan diantaranya dengan beberapa alasan berikut:
Pertama, Imam Syafi’i dalam berfikih sangat
dinamis dan fikihnya sangat bisa menyesuaikan dengan perubahan keadaan. Hal ini
ditunjukkan dengan qaul qadim (pendapat lama) dan qaul jadid (pendapat
baru) beliau.
Kedua,. Imam Syafi’i juga sangat menghargai
perbedaan yang ada. Beliau selalu menampilkan adab yang luar biasa sekalipun
dengan tokoh lain yang berbeda dengan beliau. Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim
Asy’ari merekam dalam at-Tibyan bagaimana Imam Syafi’i meninggalkan
qunut saat berziarah ke makam Imam Abu Hanifah. Hal ini semata-mata taadduban
(tata karma) beliau kepada sang Imam.
Ketiga,. Imam Abu Hasan al-Asy’ari dalam kitab
yang ditulis oleh Syeikh al-Azhar, Prof. Dr. Syeikh Ahmad Thayyib digambarkan
sebagai sosok yang sangat menjauhi takfir kepada siapapun. Hal inilah yang
beliau persaksikan kepada murid beliau di saat menjelang beliau wafat bahwa
beliau tidak pernah mengkafirkan siapapun dari ahli kiblat.
Ragam
beragama seperti ini mengalami goncangan pasca 1330 H/ 1911-1912 M ditandai
dengan banyaknya ragam pemikiran beragama yang masuk ke Jawa.
Melihat
goncangan yang demikian mengkhawatirkan terhadap eksistensi Ahlus Sunnah wal
Jama’ah di tanah Jawa, Hadhrotusy Syeikh beserta para masyayikh bersama-sama
mendirikan Nahdlatul
Ulama sebagai wadah umat Muslim Jawa dalam menjalankan agama Islam
bermanhaj ahlus sunnah wal jama’ah.
Hadhrotusy
Syeikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan para masyayikh telah merumuskan tata laku
beragama dalam NU dengan menekankan adanya keluwesan dalam beragama namun tetap
ada batasannya, yaitu:
a.
Berteologi Asy’ari atau Maturidi,
b.
Berfikih 4 Madzhab, yaitu Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi’iyyah atau Hanabilah,
c.
Bertasawuf ala Imam al-Ghazali, Imam Abu Hasan al Syadzili atau Imam Junaid al-Baghdadi.
Beragama
dengan mengikuti ragam inilah yang terbukti sebagai pengawal moderasi beragama
yang mengutamakan persatuan dan menjauhi pertikaian.