Pada masa Dinasti Turki Utsmani, kedokteran umat Islam
berkembang maju. Sudah ada vaksinasi, perawatan yang akurat dll, sehingga
wilayah Islam aman dari berbagai bahaya penyakit kolera dan wabah thaun.
Universitas kedokteran pertama didirikan pada masa Dinasti
Turki Utsmani pada akhir abad ke-14 di bawah pemerintahan Sultan Yildirim
Beyazid. Tepatnya di kota Bursa, yang merupakan ibukota kekhalifahan Utsmaniyah.
Kompleks medis ini kemudian didirikan pada abad kelima
belas.
Syekh Aaq Syamsuddin menumukan mikrob (sel bakteri) jauh
sebelum Louis Pasteur.
Beliau berkata, “Keliru membayangkan penyakit itu muncul
secara spontan pada manusia. Penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain
melalui infeksi. Infeksi ini sangat kecil dan akurat sehingga tidak bisa
terlihat dengan mata telanjang, namun infeksi ini didapat dengan bibit hidup
kecil.”
Perkembangan Vaksinasi pada Masa Dinatsi
Turki Utsamani
Vaksinasi dan imunisasi anak mencegah kemunculan cacar di
Istanbul pada tahun 1695 M.
Pada tahun 1721, saat Lady Montagu menjadi duta besar
Inggris di Istanbul, dia melihat bagaimana vaksin ini dibuat.
Bangsa Eropa lama menolak vaksin yang diterapkan oleh Dinasti
Turki Utsmani, karena ketidaksukaan mereka pada muslim.
Namun pada tahun 1764, Akademi Kedokteran Prancis
sepakat bahwa vaksin ini mungkin berguna.
Vaksin pertama yang digunakan di Eropa adalah di Inggris
pada tahun yang sama, 1764.
Yilmaz Oztuna mengatakan bahwa telah terjadi banyak
dialog sampai saat ini (yaitu sebelum 1764) di Eropa Barat antara beberapa agamawan
Kristen yang menolak vaksin ini dan para dokter (karena vaksin berasal dari
dinasti Utsmani). Setelah sulitnya perjuangan, vaksinasi akhirnya menjadi hal
yang biasa.
Rumah Sakit Dinasti Turki Utsmani
Masing-masing rumah sakit diawasi oleh seorang dokter. Kemudian
ditambah menjadi 2 dokter ahli, dibantu oleh seorang dokter mata, ahli bedah,
apoteker dan sekelompok pelayan dan penjaga gerbang. Semua pegawai rumah sakit
harus mempunya sifat qanaah (rela), penyayang dan manusiawi.
Setiap dokter wajib mengunjungi pasien dua kali sehari,
dan tidak boleh mengeluarkan obat-obatan kepada pasien sampai pengolahan
obatnya diperiksa.
Tukang masak rumah sakit harus memasak makanan dan bahan
yang sesuai dengan pasien.
Pengobatan dan
obat-obatan di rumah sakit ini gratis dan meliputi semua lapisan masyarakat. Tidak
pandang bulu antara ras dan agama mereka.