Dalam sejarah Islam, sebagaimana Ibnu Hanbal menceritakannya di Faá¸Äâil al-á¹¢aḥÄbah, demonstrasi untuk unjuk kekuatan pertama kali dilakukan oleh para Sahabat Nabi yang pemberani, yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Keduanya memimpin kaum Muslimin berkeliling menuju Kaâbah pasca perintah Allah swt. pada Nabi saw. untuk memproklamirkan agama Islam secara terang benerang dan tidak lagi bersembunyi dalam berdakwah.
Namun dalam peristiwa demo model sahabat Umar dan Hamzah itu penulis belum menemukan akan tepatnya hari apa demo tersebut dilakukan. Dalam artikel ini penulis ingin fokus tentang hari Jumâat yang digunakan sebagai demo ketidakpuasan atas kebijakan pemerintah atau demo menentang pemimpin yang sering kita jumpai dalam sejarah bangsa Indonesia. Semisal Jumâat, 17 Oktober 1952 bung Karno didemo oleh para Tentara, Jumâat 29 Oktober 1999 Gus Dur didemo oleh pegawai Deppen dan Depsos, Jumâat 7 April 2000 Gus Dur didemo oleh Laskar Jihad pimpinan Jaâfar Umar Thalib yang bersenjata dan utamanya akhir-akhir ini.
Bahwa demo ketidakpuasan atas kebijakan pemerintah atau demo menentang pemimpin, pertama kali terjadi dalam sejarah Islam adalah saat kaum munafik Ahli Bughat dan simpatisan mereka berhasil mengepung kediaman sayyiduna Usman bin Affan yang ingin memakzulkan beliau dari jabatan Khalifah. Peristiwa ini terjadi pada hari Jumâat 18 Dzulhijjah tahun 35 H.
Maulana Syeikh Yusri Rusydi al-Hasani pada suatu kesempatan pengajian rutinnya hari Jumâat di Masjid al-Muqaá¹á¹am Kairo menggambarkan bahwa figur sayyiduna Usman bin Affan adalah pemimpin yang baik. Namun reputasinya rusak gara-gara hoaks yang disebarkan oleh orang-orang munafiq Ahli Bughat. Mereka masif melakukan ujaran kebencian dan demo yang berakibat pada syahidnya beliau di kediamannya.
Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya, Ibu Hanbal dalam Musnad-nya, Basyar âAwwad Maâruf et al. dalam al-Masnad al-JÄmiâ, dan Muqbil bin Hadi al-Wadaâi dalam al-JÄmiâ al-á¹¢aḥīḥ mimmÄ Laysa fÄ« al-á¹¢aḥīḥayn menceritakan bagaimana kelompok pendemo tersebut mengepung dan menuntut sayyidina Usman menanggalkan tahta kekhalifahan. Namun beliau menolak sebab beliau ingat akan sabda Nabi saw.:
ÙÙا عÙØ«ÙÙ
ÙاÙÙ Ø Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙزÙÙ ÙÙجÙÙÙ٠عÙسÙ٠أÙÙÙ ÙÙÙÙبÙسÙÙÙ ÙÙÙ
ÙÙصÙا Ø ÙÙØ¥ÙÙ٠أÙرÙادÙÙ٠اÙÙÙ
ÙÙÙاÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙعÙÙÙ Ø ÙÙÙÙا تÙØ®ÙÙÙعÙÙÙ ØÙتÙÙ٠تÙÙÙÙÙاÙÙÙ
âWahai Usman, Sesungguhnya Allah akan mengenakan sebuah baju untukmu, jika orang-orang munafik ingin melepasnya maka jangan lepaskan sampai kamu bertemu denganku.â (sabda beliau saw. ini diucapkan sampai tiga kali).
Muhammad Ridho dalam Dhi al-NÅ«rayn UthmÄn bn âAffÄn al-KhalÄ«fah al-ThÄlith menceritakan banyak kejadian yang menjadi sebab beliau terfitnah, dituntut (didemo) dan jadi bahan caci makian dan hoaks oleh kaum munafik.
Salah satu hoaks yang digembor-gemborkan oleh kaum munafik untuk memakzulkan Khalifah III sayyidina Usman adalah sikap tebang pilihnya dalam memberikan hukuman pada saudara seibunya (al-Walid bin Uqbah, Gubernur Kufah) yang mabuk saat mengimami shalat Subuh. Padahal beliau tidaklah tebang pilih hanya beliau butuh waktu mendatangkan saudara seibunya tersebut dan butuh memanggil saksi-saksi sebelum menjatuhkan hukuman cambuk.
Juga pasal kealpaan menjaga stempel beliau sehingga terbitnya surat perintah rahasia untuk membunuh sayyiduna Muhammad bin Abu Bakar al-Shiddiq yang memimpin Mesir. Ada orang-orang terdekat beliau berkhianat, berhasil mencuri stempel beliau, memanfaatkan para pelayan beliau dan bertindak atas nama beliau untuk misi pembunuhan tersebut, padahal beliau tidak tahu-menahu akan misi tersebut dan beliau bersumpah akan hal itu.
Sayyiduna Usman adalah pemimpin yang gentle, di saat besar potensi hilangnya nyawa beliau akibat massa pendemo mulai anarkhis dan bringas, justu beliau yang saat itu tidak terkawal secara ketat menemui massa pendemo itu di depan kediamannya. Di antara para pendemo itu ada sahabat Thalhah b. Ubaidillah ra. yang ikut mengepung kediaman sang Khalifah III.
Diriwayatkan oleh Ibn Hanbal dalam Musnad-nya bahwa saat itu sayyiduna Usman ra. keluar, memberi salÄm pada para pendemo namun mereka tidak membalas ucapan salÄm beliau. Lalu sayyiduna Usman bertanya apa di antara mereka ada Thalhah, maka sahabat Thalhah menjawab bahwa dia ada di situ. Sayyiduna Usman heran dan menyayangkan atas keikutsertaan Thalhah dalam demo ini dengan berucap âinnalillahâ¦â.
Sayyiduna Usman ra. menghadapi massa pendemo itu dan mencoba menyadarkan tindakan mereka yang ingin memakzulkan dan membunuh beliau dengan berkata dan mengingatkan sang sahabat (Thalhah), bahwa tidakkah ingat akan Nabi saw. yang pernah bersabda tentang ketidakhalalan darah seorang Muslim untuk ditumpahkan kecuali sebab satu di antara tiga; yaitu murtad, zina muhsan dan membunuh muslim secara sengaja. Dan beliau (Sayyiduna Usman ra.) berkata:
ÙاÙÙÙÙ Ù
ا Ø£ÙÙرت٠اÙÙÙÙ Ù
ÙØ° عرÙتÙÙØ ÙÙا زÙÙت٠Ù٠جاÙÙÙØ©Ù ÙÙا اÙإسÙاÙ
ÙØ ÙÙد ترÙتÙÙ Ù٠اÙجاÙÙÙة٠تÙÙÙرÙÙÙÙØ§Ø ÙÙ٠اÙإسÙاÙ
٠تÙعÙÙÙÙÙÙØ§Ø ÙÙا ÙÙتÙت٠ÙÙسÙا ÙÙØÙÙ٠بÙا ÙتÙÙ
âDemi Allah, saya tidak mengingkariNya (murtad) sejak saya mengetahuiNya (menjadi Muslim), saya tidak pernah berzina baik di era Jahiliyah maupun Islam, saya menghindari zina di era Jahiliyah sebab saya tidak suka dan saat di era Islam sebab saya memelihara diri dari perbuatan tercela, dan saya tidak pernah membunuh seorangpun yang walaupun ia halal saya bunuh.”
Beliau juga mengungkapkan bagaimana jasa-jasa beliau atas perluasan Masjid, Sumur âRumahâ (sumber mata air terbaik di Madinah yang dibeli sayyiduna Usman untuk wakaf bagi kaum Muslim), dan jasa beliau atas mempersiapkan/membekali pasukan âUsrah (dalam perang Tabuk) serta bagaimana Nabi saw. sangat mengapresiasi atas semua tindakan beliau itu.
Hal demikian ini dilakukan oleh beliau bukan untuk pamer amal dan minta belas kasih. Namun agar para pendemo sadar, mengurungkan niat anarkis dan tindakan kriminal mereka pada beliau serta mengurungkan tuntutan pemakzulan. Sebab hal demikian itu berlawanan dengan sabda-sabda Nabi.
Namun massa pendemo masih banyak yang tidak mengindahkan hingga beliau masuk ke kediamannya, pasrah akan apa yang akan terjadi. Beliau menolak untuk dikawal dan dijaga. Beliau yang saat itu menjalankan puasa memilih untuk shalat lalu membaca Mushaf al-Qurâan. Hingga akhirnya, massa pendemo berhasil menjebol pintu kediaman beliau dan menganiaya beliau hingga wafat.
Diceritakan dalam Dhi al-NÅ«rayn UthmÄn bn âAffÄn al-KhalÄ«fah al-ThÄlith bahwa para pendemo tidak hanya membunuh sayyiduna Usman namun juga menjarah isi rumah. Harta beliau yang tersimpan di gudang rumah senilai 30.500.000 dirham dan 100.500 dinar dirampas dan hilang. Istri beliau yang ada di rumah juga tidak luput mendapat tamparan dari salah satu pendemo.
Kejadian syahidnya beliau sudah disampaikan oleh Nabi saw. di atas gunung Uhud, sebagaimana juga Nabi saw. bersabda bahwa beliau kelak akan masuk surga dengan bencana yang menimpa. Al-Bukhari dalam Ṣaḥīḥ-nya menceritakan bahwa sahabat Anas b. Malik ra. berkata:
Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙÙبÙÙÙ٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ
٠صÙعÙد٠أÙØÙدÙا ÙÙØ£ÙبÙ٠بÙÙÙر٠ÙÙعÙÙ
Ùر٠ÙÙعÙØ«ÙÙ
ÙاÙÙ ÙÙرÙجÙÙ٠بÙÙÙÙ
Ù ÙÙÙÙاÙ٠اثÙبÙت٠أÙØÙد٠ÙÙØ¥ÙÙÙÙÙ
Ùا عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙبÙÙÙÙ ÙÙصÙدÙÙÙÙÙ ÙÙØ´ÙÙÙÙدÙاÙÙ
âSesungguhnya Nabi saw. menaiki gunung Uhud bersama dengan Abu Bakar, Umar, dan Usman. Tiba-tiba gunung Uhud bergetar keras, maka Nabi saw. bersabda: Tenanglah Kau Wahai Uhud, yang ada di atasmu adalah seorang Nabi, seorang yang sangat jujur (Abu Bakar) dan dua orang yang Syahid (Umar dan Usman).
Musa Syahin Lasyin dalam Fatḥ al-Munâim Sharḥ á¹¢aḥīḥ Muslim menceritakan bahwa Nabi saw. pernah bersabda pada Abu Musa al-Asyâari ra.:
Ùبشر٠باÙجÙÙØ© Ù
ع بÙÙ٠تصÙبÙ
âKabarkan berita gembira padanya (yaitu Usman) tentang (masuknya dia di) Surga namun dengan bencana yang menimpaâ.