Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Akhlak Ulama Salaf pada Makam dan Petilasan Pendahulunya

Avatar photo
69
×

Akhlak Ulama Salaf pada Makam dan Petilasan Pendahulunya

Share this article

Imam An-Nawawi merupakan salah satu figur ulama yang shaleh dengan pengetahuan mendalam dari berbagai disiplin ilmu (Fikih, Usul Fikih, Tafsir, Hadits, Sastra-Bahasa, Adab dan Sejarah).

Imam An-Nawawi menjadi pilar mazhab Syafi’i sehingga tersemat pada beliau gelar Shaykh al-Shāfi‘iyah. Beliau wafat di usia 46 tahun namun meninggalkan puluhan karya.

Terhitung ada 27 kitab yang sepenuhnya beliau tuntaskan. Di antaranya al-Minhāj fī Sharh Sahīh Muslim, Minhāj al-Ṭālibīn, Rawḍat al-Ṭālibīn, Riyād al-Sālihīn, al-Adzkār, al-Tibyān fī Adāb Hamlat al-Qur’ān, al-‘Arba‘īn al-Nawawiyah dst.

Kemudian ada 14 kitab yang belum beliau tuntaskan sebab tutup usia. Di antaranya al-Majmū‘ Sharh al-Muhaẓẓab, Tahẓīb al-Asmā’ wa al-Lughāt, Quṭ‘ah min Sharh al-Bukhārī, al-‘ījāz fī Sharh Abī Dawūd dst.

Beliau mengetahui betul bagaimana hukum pernikahan namun beliau memilih untuk membujang sebab aktifitas beliau yang kebanyakan dihabiskan untuk menulis.

Rata-rata dalam sehari beliau dapat menghabiskan 12 jam untuk menulis dan bahkan pernah tidak tidur dengan posisi miring selama dua tahun.

Disampaikan oleh Syekh Ali Jum’ah dalam laman resmi Facebook beliau. Suatu ketika Imam An-Nawawi datang ke Mesir dari negeri Syam, berkeinginan untuk menziarahi makam Imam Asy-Syafi’i namun beliau malu untuk masuk ke makam.

Beliau hanya memandangi kubah makam Imam Asy-Syafi’i, berdiri mematung di luar dengan membaca surat al-Fatihah, berdoa, menangis kemudian beranjak pergi.

Ketika ditanya alasan tidak masuk makam, beliau menjawab:

لو كان حياً ما استطعت إلا أن أقف هنا

“Seandainya beliau (Imam Asy-Syafi’i) masih hidup pun, saya tidak mampu (masuk menemui beliau) kecuali hanya bisa berdiri di sini saja.”

Syekh Taqiyyuddin al-Subuki (kemungkinan yang dimaksud oleh Syekh Ali Jum’ah adalah ayah dari Taqiyyuddin al-Subuki melihat tahun lahir beliau yang tidak semasa dengan Imam An-Nawawi) saat menerima kabar keberadaan Imam An-Nawawi di Mesir, langsung mencarinya namun tidak dapat menjumpainya.

Imam An-Nawawi dikabarkan telah pergi meninggalkan Mesir menuju Damaskus. Ibnu al-Subuki menyusul. Dua hari sesampainya ia di Damaskus, ada berita bahwa Imam An-Nawawi telah wafat.

Ibnu al-Subuki ingin melihat Imam An-Nawawi namun tidak dapat menjumpainya. Imam An-Nawawi telah pergi ke daerah Nawa dan meninggal di sana. Makamnya di Nawa masyhur dan nampak terlihat, di mana ada pohon tumbuh dari dadanya yang menaungi makam. Tidak ada makam di dunia ini yang muncul darinya sebuah pohon kecuali makam Imam An-Nawawi. Hatinya menumbuhkan pohon rindang dan dapat disaksikan sampai sekarang.

Syekh Tajuddin al-Subuki bercerita dalam Ṭabaqāt al-Shafi‘iyah bahwa ayah beliau (Syeikh Taqiyyuddin al-Subuki) di tahun 742 H saat bermukim di Dar al-Hadits (pesantren di mana Imam Nawawi pernah mengajar) suatu ketika keluar malam di waktu Tahajjud menuju pada suatu tempat yang biasa ditempati Imam An-Nawawi shalat dan mengajar.

Ibnu al-Subuki kemudian duduk di tempat tersebut dan meletakkan pipi kanan-kirinya di tempat tersebut tabarrukan pada Imam An-Nawawi sambil berucap:

وفي دار الحديث لطيف معنى # أحن إلى جوانحها وآوي

لعلي أن أمسَّ بحرِّ وجهي # محلًّا مسه قدم النواوي

Di Dar al-Hadits, ada makna yang bagus (mendalam) # Aku merindukan sudut-sudutnya dan aku mencintainya.

Barangkali aku menyentuhkan seluruh area wajahku # Pada tempat yang telah tersentuh kaki Nawawi.

Demikian Syekh Taqiyyuddin al-Subuki, figur ulama shaleh yang diposisikan oleh beberapa ulama telah menempati maqam mujtahid mazhab.

Begitu juga Imam An-Nawawi, disebut oleh Syekh Ali Jum’ah sebagai Imam ad-Dunya yang telah menulis Riyād al-Sālihīn, sebuah karya yang tidak hanya diterima oleh kalangan Sunni namun juga kalangan Syiah. Beliau adalah figur shaleh nan bersih.

Jika disebut nama beliau, maka akan turun rahmat-rahmat Allah swt. Sebagaimana ungkapan Imam Sufyan bin Uyainah, salah satu guru dari Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab al-Zuhd:

عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة

“Ketika orang-orang shaleh dikenang, maka rahmat Allah swt. akan turun.”

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.