Menurut Imam Ibnu Abbas, Nabi Adam dan Hawa berada di surga selama setengah hari saja, menurut hitungan akhirat. Kalau menurut hitungan dunia kira-kira 500 tahun.
Setelah Nabi Adam turun ke bumi, ia diberi rasa kantuk dan tidur. Maka seluruh makhluk yang bernyawa di dunia pun memiliki rasa kantuk dan tidur padahal sebelumnya mereka tidak mengenal rasa kantuk. Maka hari itu juga disebut hari Sabtu (hari istirahat).
Ketika Nabi Adam bangun dari tidurnya, ia heran melihat matahari yang mulai bersinar menerangi bumi. Setelah matahari meninggi, seluruh badannya merasa kepanasan karena ia tidak memakai tutup kepala dan dalam keadaan telanjang bulat.
Maka dia berunjuk rasa kepada Allah dan turunlah malaikat Jibril dan mengusap kepalanya. Seketika itu tinggi badan Nabi Adam menyusut. Dari yang asalnya 60 hasta, berubah menjadi 35 hasta dengan perhitungan 1 hasta sama dengan 40 cm. Berarti tinggi Nabi Adam menjadi 1,4 meter saja.
Baca juga: Para Nabi Datang Menyambangi Ibunda Rasulullah
Imam Qatadah berpendapat bahwa ketika Nabi Adam haus, ia minum air embun. Dalam riwayat lain Imam Qatadah mengatakan bahwa ketika rambut di kepala Nabi Adam mulai tumbuh, dan kuku-kukunya memanjang, malaikat Jibril datang untuk memotongnya kemudian dikubur di dalam tanah.
Atas Izin Allah potongan-potongan itu tumbuh menjadi pohon kurma. Kata kurma berasal dari fi’il madzi “Karama” yang artinya “mulia” dan dijadikan fi’il amar jama’ mudzakar mukhatab, menjadi “Akrimuu” yang artinya “muliakanlah mereka”.
Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi Adam tinggal di bumi selama 300 tahun, dan ia tidak pernah mengarahkan pandanganya ke langit karena malu kepada Allah.
Ia selau berdiri sambil menangis selama 200 tahun sampai-sampai air matanya berjatuhan bercucuran ke bumi. Dan atas kehendak Allah, air mata tersebut tumbuh menjadi rerumputan. Dan terkadang air matanya diminum oleh binatang dan burung-burung.
Suatu ketika malaikat Jibril menemui Siti Hawa dengan membawa seekor domba dari surga lalu ia mengajarinya cara mencukur bulu domba untuk ditenun dan dijadikan mantel. Kemudian dikirimkan kepada Nabi Adam (melalui Jibril).
Dan ketika nabi Adam merasa lapar dan haus selama 40 hari, malaikat jibril datang lagi dengan membawa dua ekor sapi betina, yang satu berwarna merah dan yang satunya lagi berwarna hitam dan membawa segenggam gandum. Maka nabi Adam diajari cara membajak sawah dan menanam gandum.
Ada sedikit cerita saat Nabi Adam membajak sawah. Saat sedang memukul salah satu sapinya dengan cambuk, sapi itu berucap, “Jangan kau pukuli aku karena aku tidak menurutimu! Bersikap lemah lembutlah engkau padaku, hai Adam!”
Seketika itu Nabi Adam mengadu kepada Allah, “Ya Ilahi, mengapa binatang ini malah mencelaku terus menerus?”
Allah mengutus malaikat Jibril untuk mengusap lisan binatang tersebut (seluruh binatang di bumi) dan menjadi bisu hingga saat ini.
Ketika Nabi Adam selesai menabur benih gandum, maka seketika itu gandum menjadi tumbuh dan berbuah. Kemudian datanglah Jibril kepadanya dan mengajari bagaimana cara mengolah biji gandum tersebut agar bisa dimakan.
Setelah biji gandum sudah dibersihkan, nabi Adam berkata “Apakah sekarang boleh dimakan?”
Jibril menjawab, “Sabar.”
Baca juga: Syekh Yusri Cerita Kemunculan Imam Mahdi sampai Kaum Beriman Masuk Surga
Kemudian Jibril menyuruh Nabi Adam untuk mengambil dua bongkah batu guna menumbuk biji gandum.
Nabi Adam berkata lagi, “Apakah sekarang sudah boleh dimakan?”
Jibril menjawab, ”Sabar.”
Lalu malaikat Jibril mengambil uap api dari neraka Jahanam sesudah dicuci sampai 7 kali. Jika tidak dicuci terlebih dahulu, maka uap api itu bisa membakar bumi. Kemudian Jibril mengajari cara membuat roti.
Nabi Adam pun bertanya lagi, “Apakah sekarang sudah boleh dimakan?”
Jibril menjawab, “Sabar! Tunggulah hingga matahari terbenam sehingga puasamu menjadi sempurna.”
Dari peristiwa itulah, Nabi Adam merupakan sosok manusia pertama yang melaksanakan puasa. Saat hendak berbuka puasa di atas bukit dengan sepotong roti yang ada di tangannya, roti itu jatuh ke jurang dan Nabi Adam segera mengejarnya.
Malaikat Jibril berkata, “Jikalau engkau sabar sedikit, maka niscaya roti itu akan kembali padamu tanpa harus meninggalakan tempat dudukmu, hai Adam!”
Setelah Nabi Adam selesai makan, perutnya menjadi kenyang lantas ia menjadi malas (hendak tiduran). Jibril berkata, “Ini akan menjadi kebiasaan bagi anak cucumu kelak, hai Adam, setelah makan mereka akan bermalas-malasan.”
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa, “Setelah selesai makan perut Nabi Adam terasa mulas dan hendak buang hajat namun tidak bisa keluar lantaran belum memiliki lubang dubur, maka datanglah malaikat Jibril untuk merobek duburnya.”
Riwayat lain menjelaskan, ketika Nabi Adam merasa lapar, ia lupa Siti Hawa, namun jika kenyang ia pun ingat lagi kepadanya.
Suatu ketika, Nabi Adam bertanya kepada malaikat Jibril, “Wahai Jibril, Apakah Hawa masih hidup atau sudah mati?”
Jibril menjawab, “Ia masih hidup, bahkan keadaannya lebih baik daripada dirimu, karena ia berada di sekitar pantai di mana ia bisa berburu ikan untuk dimakan.”
Nabi Adam lalu curhat, “Wahai Jibril, semalam aku bermimpi bertemu Hawa.”
Baca juga: Meniru Cara Berpikir Ibnu Abbas saat Berdebat dengan Khawarij
Jibril menjawab “Wahai Adam, yakinkanlah dirimu kelak engkau akan bertemu dengannya.”
Ibnu Abbas berkata, “Masa hukuman Nabi Adam hampir habis, dan tobatnya pun diterima oleh Allah.”
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّــهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إنَّــهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ
Mengenai ayat di atas, para ulama berpendapat bahwa Nabi Adam selalu membaca ayat berikut ini berulang-ulang:
رَبَّــنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَــكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Sebagian ulama menerangkan bahwa Nabi Adam berdoa dan meminta ampunan kepada Allah melalui Nabi Muhammad SAW.
يَا رَبِّى بِحَقِّ مُحَمَّدٍ ﷺ إِلَّا مَاغَفرْتَ لِى خَطِيْئَتِى
“Dengan haknya Muhammad SAW, Allah mengampuni dosa-dosaku dan kesalahanku.”
Lantas Allah bertanya kepada Nabi Adam (untuk mengetes), ”Bagaimana engkau bisa mengenal Muhammad, hai Adam, padahal Aku belum menciptakannya?”
Nabi Adam menjawab, “Setelah Engkau menciptakanku, aku angkat kepalaku dan aku melihat tulisan لاإله إلا الله محمد رسول الله di tiang arasy-Mu. Maka Aku berpendapat bahwa asma-Mu tidak akan pernah bersanding kecuali dengan makhluk yang paling Engkau cintai.”
Allah menjawab, “Kamu benar, hai Adam. Aku mengampunimu dan menghapus kesalahanmu ketika engkau meminta atas haknya Muhammad kekasih-Ku.”
Baca juga: Burung Hudhud dan Lembaga Intelijen Negara Nabi Sulaiman
Imam Ats-Tsa’labi berkata, “Kemudian Allah memerintahkan Nabi Adam untuk pergi dari Hindia (menjelajah bumi) menuju tanah Makkah, dan melaksanakan tawaf di sana (pada hajar aswad, calon bangunan Ka’bah) seraya meminta ampun kepada-Nya, maka Allah akan mengampuninya.” Wallahu a’lam