Kaum Muktazilah mendapat angin segar dan dimanja oleh Khalifah Al-Makmun hingga menjadikannya mazhab resmi negara, dan memaksa lawan ideologisnya untuk mengakui “Al-Qur’an sebagai makhluk”.
Imam Ahmad bin Hanbal mengasingkan diri dari semua perdebatan di masanya, dan memilih hidup seperti salaf, meniru gaya hidup mereka. Sehingga kalangan salafi yang ada saat ini mengaku bahwa dia pengikut Imam Ahmad namun fakta mengatakan sebaliknya.
Orang pertama yang mengatakan Al-Quran makhluk adalah Al-Ja’ad bin Dirham. Di masa Harun Ar Rasyid (193 H) belum ada kegairahan untuk mengadopsi pemikiran ini. Baru pada masa Al-Makmun (218 H) pemikiran ini diadopsi karena dia belajar pada Abu Huzail Al-Allaf (seorang tokoh penting Muktazilah). Imam Ahmad termasuk korbannya. Pemaksaan ideologi ini berlangsung hingga masa Al-Muktashim kemudian Al-Watsiq.
Imam Ahmad tidak sendiri. Ada Al-Qawariri, Sajjadah dan Muhammad bin Nuh. Namun di hari kedua, Sajjadah Ishaq menyatakan beriman dengan ideologi Muktazilah kemudian dilepas. Di hari selanjutnya Al-Qawariri mengakui dan dilepas. Kemudian Ahmad dan Muhammad bin Nuh dibawa menghadap Al-Makmun; di tengah jalan Muhammad bin Nuh mengakui dan dilepas. Maka hanya tinggal Ahmad bin Hanbal yang harus menanggung penyiksaan dan penjara selama 15 tahun.
Baca juga: Mengenal Kehebatan Imam Al-Ghazali dari Karya Tulisnya
Akibat keteguhannya pada prinsip, Imam Ahmad disiksa semenjak masa Al-Makmun, kemudian lebih keras lagi di masa Al-Mu’tashim (227 H). Dan baru di masa Al-Watsiq penyiksaan mengendur sebab Al-Watsiq tahu bahwa siksaan hanya semakin membuat Ahmad bin Hanbal semakin populer. Beliau hanya dilarang berkumpul dengan orang lain dan mengadakan majlis taklim selama hampir 5 tahun sampai kemudian Al-Watsiq mati 232 H.
Dalam interogasinya, Imam Ahmad ditanya, “Menurutmu apa itu Al-Qur’an?”
Beliau menjawab, “Kalamullah.”
“Makhluk atau bukan?”
Imam Ahmad menjawab, “Kalamullah. Saya tak akan menambahkan komentar apa pun.”
Lelucon Al-Qur’an Makhluk
Ujian ini sejatinya tidak hanya menimpa Imam Ahmad. Ada Al-Buwaithi (murid Imam Asy-Syafi’i) yang juga menerimanya hingga wafat, ada Nuaim bin Hammad yang juga wafat di penjara Al-Watsiq.
Sampai orang-orang merasa bosan. Bahkan kemudian muncul anekdot dari orang dekat Al-Watsiq, “Bagaimana nanti orang-orang akan shalat taraweh?”
Baca juga: Mendurhakai Allah dengan Kebodohan dan Fenomena Orang Tak Berilmu Bicara Agama
“Memang kenapa?” Kata Al-Watsiq.
“Setiap makhluk akan mati; Al-Qur’an juga makhluk dan akan mati. Tak bisa lagi dibaca!”
Al-Watsiq hanya tertawa sambil berujar, “Hentikan leluconmu!” Khalifah Al-Watsiq bertobat karena disadarkan oleh orang tua. “Hal semacam ini belum pernah terjadi pada zaman Rasulullah maupun para khalifah. Masa engkau berani memaksakan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah?! Al-Watsiq tersadar.