Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Mereka yang Didoakan Nabi dan Tradisi Doa Keberkahan

Avatar photo
23
×

Mereka yang Didoakan Nabi dan Tradisi Doa Keberkahan

Share this article

Rasulullah SAW biasa memanjatkan doa keberkahan untuk banyak dari para sahabatnya. Seperti Anas Ibn Malik yang didoakan Nabi: “Ya Allah perbanyaklah harta dan keturunannya serta berkahilah baginya pada apa yang Engkau karuniakan kepadanya.”

Nabi juga memanjatkan doa keberkahan untuk Abdur Rahman bin Auf sehingga ia pernah berucap, “Seandainya aku mengangkat sebongkah batu, aku berharap mendapati emas di bawahnya.”

Nabi pula mendoakan Abu Qatadah: “Ya Allah berkahilah baginya dalam rambut dan kulitnya.” Ia wafat dalam usia 70 tahun, namun jasadnya seakan-akan baru berusia 15 tahun.

Nabi juga mendoakan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib dengan keberkahan pada saat menjabat tangan kanannya sehingga ia tidak membeli sesuatu melainkan mendapatkan keuntungan di dalamnya. Dan Rasulullah SAW pernah didatangkan seorang bayi yang lahir pada hari itu, lalu beliau berdoa untuknya: Semoga Allah memberkahimu. Bayi itu lantas diberi nama Mubarak Al-Yamamah. Hadits ini dikenal dengan hadits Syashunah karena dialah nama perawinya.

Baca juga: Imam Al-Jazuli, Pengarang Dalail Al-Khairat yang Fana dengan Shalawat

Para Ulama Gemar Berdoa Meminta Keberkahan

Di antara kebiasaan para ulama adalah berdoa memohon keberkahan pada apa yang ada di antara mereka dan pada kekasih-kekasih mereka. Sewaktu menyampaikan khotbah dan memanjatkan doa, kerap mereka berdoa: Semoga Allah memberkahi kalian.

Para sahabat betul-betul mengalap keberkahan dari Rasulullah SAW dan golongan generasi salaf dan khalaf juga mencari berkah dari bekas, jejak dan tinggalan beliau setelah meninggal dunia. Ngalap berkah ini merupakan puncak cita-cita dan keinginan mereka.

Mereka rela melakukan perjalanan jauh demi melihat di antara jejak-jejak peninggalan beliau. Mereka menjelajahi gurun pasir dan padang sahara demi menghirup angin yang berhembus dari halaman Masjid Nabawi. Mereka juga menempuh perjalanan jauh nan melelahkan demi mencium debu tempat yan dipijak kaki beliau dan mencium aroma minyak wangi misik yang semerbak dari tempat dahulu wahyu diturunkan.

Orang-orang pada zaman dahulu dan sekarang juga mencari keberkahan dari orang-orang shalih baik selama masih hidup maupun sesudah wafat. Bahkan, mencari keberkahan juga berlaku pada air hujan karena di dalam tetesnya memang tersimpan berkah seperti disebutkan langsung oleh Al-Qur’an. Kemudian juga dikisahkan bahwa sebagian nabi mencari keberkahan dari belalang. Para ulama dengan gamblang menyebutkan bahwa Nabi pernah mencari keberkahan dari daging asal kurban dan hadiah.

Baca juga: Traveling Ala Kaum Sufi

Seorang ulama asal Somalia, Syekh Utsman bin Umar bin Daud Asy-Syafi’i, dalam kitabnya, Iqna’ Al-Mu`minin bi Tabarruk Ash-Shalihin, mengatakan bahwa saking banyaknya penuturan tentang berkah di dalam Al-Qur’an, Sunnah Nabi dan perkataan para ulama, ihwal ngalap berkah ini hendaknya serius diperhatikan.

Beliau menulis, “Barangsiapa yang mengingkari praktik ngalap berkah sejak dari akar dalil landasannya, maka ia telah menyelisihi Al-Qur’an, Sunnah dan Ijmak.”

Lebih lanjut Syekh Utsman mengatakan bahwa barang siapa mencari keberkahan dari para kekasih dan orang-orang pilihan Allah, maka dia telah mengambil pilihan yang adil, memegang erat agama Islam dan mengikuti para ulama yang arif.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.