Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Syekh Ali Jum’ah: Yang Hilang dari Kita Adalah Cinta Kasih

Avatar photo
55
×

Syekh Ali Jum’ah: Yang Hilang dari Kita Adalah Cinta Kasih

Share this article

Suatu ketika, Maulana Syekh Ali Jum’ah pernah ditanya seseorang. Apa yang hilang dari kita,” kata orang itu, “sehingga kita hidup di zaman yang penuh kedengkian?”

Syekh Ali Jum’ah menjawab, “Yang hilang dari kita adalah pendidikan ala Nabi Muhammad saw. yang mengajarkan nilai-nilai, moral, hukum, akidah dan cara hidup dengan simpel dan mudah.”

“Pendidikan yang seperti apa?” tanya beliau kemudian.

Syekh Ali Jum’ah menjelaskan bahwa Baginda Rasul mengajarkan kita tentang cinta kasih dan bagaimana mengaplikasikannya.

Jika kita membuka mushaf, maka yang muncul pertama adalah (بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ). Kita dikenalkan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Ketika kita mendengar bagaimana firman Allah melukiskan sosok Baginda Nabi Muhammad, maka kita temukan ayat (وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ) yang artinya, “Kami tidak mengutusmu melainkan untuk menebar cinta kasih untuk semesta alam.”

Jika kita belajar hadits, yang diperdengarkan pertama kali oleh seorang guru adalah hadits awwaliyah:

الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك وتعالى ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

“Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Tuhan. Maka, kasihilah penduduk bumi, niscaya engkau akan dikasihi penduduk langit.”

Cara Mengaplikasikan Akhlak dalam Kehidupan

Syekh Ali Jum’ah menyarankan agar memulai dengan mengajari seorang muslim bahwa benda-benda mati bertasbih kepada Tuhannya. Benda-benda mati bersujud kepada Penciptanya. Benda-benda mati menggelinding ke tempat rendah, mendatangi Tuhannya dengan rendah diri. Benda-benda mati mengasihi dirinya dengan menolak amanat yang kemudian diberikan kepada manusia.

وَإِن مِّن شَيۡءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُم

“Dan tidak ada sesuatupun (di dunia) kecuali mereka bertasbih memuji-Nya, namun kalian tidak tahu tasbih mereka.”

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يَسۡجُدُۤ لَهُۥۤ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ وَٱلنُّجُومُ وَٱلۡجِبَالُ وَٱلشَّجَرُ وَٱلدَّوَآبُّ وَكَثِيرٞ مِّنَ ٱلنَّاسِ

“Apa kamu tidak tahu bahwa penduduk langit, penduduk bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pepohonan, binatang-binatang melata dan banyak dari manusia, bersujud kepada-Nya.”

Baca juga: Syekh Ali Jum’ah: Bolehkah Seorang Santri Terjun ke Dunia Politik?

Jika seorang muslim tahu bahwa Allah telah mengatur untuk kita apa yang ada di langit dan bumi, kita akan berinteraksi dengan mereka dengan penuh cinta kasih.

Dalam suatu masa, Nabi menyampaikan khutbah di atas batang pohon kurma yang dijadikan mimbar. Sampai suatu ketika salah seorang sahabat mengganti mimbar Nabi dengan jenis kayu lain karena mimbar lama sudah semakin lapuk.

Di tengah-tengah Nabi  menyampaikan khutbah di atas mimbar baru, terdengar suara rintihan tangis sampai seluruh jamaah masjid mendengarnya. Batang pohon itu menangis merindukan kekasihnya. Nabi seketika turun dari mimbar dan menggendong batang pohon sembari meneruskan khutbah. Tangisan benda mati itu menjadi hilang di pelukan Rasulullah.

Apa yang Diajarkan Baginda Rasul kepada Kita?

Syekh Ali Jum’ah mengatakan bahwa Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk berinteraksi kepada semua makhluk dengan cinta kasih.

Rasulullah saw. bersabda, “Ada seorang wanita yang masuk neraka karena perkara kucing. Kucing itu ia ikat (sampai mati). Ia tidak memberinya makan. Tidak pula melepasnya untuk mencari makan sendiri, (sekalipun) serangga-serangga tanah.”

Beliau juga pernah bersabda, “Ada seorang wanita yang masuk surga karena perkara anjing. Ia menemukan anjing yang tergeletak kehausan, lalu memberinya minum. Maka Allah memasukkannya ke surga.”

Suatu ketika, Baginda Rasul ditanya oleh salah seorang sahabat, “Apakah memberi kepada hewan termasuk sedekah wahai Baginda Rasul?”

Rasulullah menjawab, “Ketahuilah, pada setiap (hewan) yang jantungnya berdenyut ada (pahala) sedekah.”

“Lihatlah bagaimana Baginda Rasul mengajari kita,” ujar Syekh Ali Jum’ah, “dengan hewan dan benda matipun kita harus berinteraksi dengan cinta kasih, apalagi manusia.”

Dalam buku-buku sejarah Nabi, kita melihat ada cerita anak-anak perempuan Bani An-Najjar di jalan berhenti untuk bertemu Nabi. Beliau yang seorang kepala negara, pemimpin umat Islam, tidak gengsi untuk menemui anak-anak itu, mengajak mereka berbicara, dan diraih tangannya yang mulia itu untuk dicium bergantian. Nabi tidak beranjak meninggalkan mereka sampai mereka sendiri yang memutuskan berpisah dengan Nabi.

Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang?

Syekh Ali Jum’ah berpesan, “Mulailah dari diri sendiri, kemudian dengan orang-orang terdekat kita.”

Beliau menyuruh kita agar melihat bagaimana Baginda Rasul Muhammad saw. mengajari Sayyidah Aisyah menciptakan iklim cinta kasih meskipun bersama orang-orang yang memusuhi.

Suatu hari, seorang Yahudi lewat di depan Nabi. Ia berkata, “As-Sâmu ‘Alaikum.” Ini kalimat plesetan dari Assalamu ‘alaikum yang mempunyai arti “semoga kamu celaka”.

Sayyidah Aisyah yang berada di sisi Nabi waktu itu, langsung naik pitam dan menjawab, “Bal ‘alaika wa ‘alâ abîka al-Maut wa al-Halâk.” (Semoga engkau dan bapakmu celaka dan mati).

Mendengar itu, Nabi menasehati, “(Tak perlu begitu), cukup jawab ‘Wa ‘alaikum’ (dan kamu juga).” Jika seseorang ingin menjawab salam ‘pelecehan’ dari orang-orang yang tidak disukainya, maka sepatutnya dilakukan dengan akhlak yang tinggi.

Baca juga: Syekh Ali Jum’ah: Apa yang Harus Suami Lakukan, Jika Istrinya Belum Bisa Shalat?

Lihatlah bagaimana Baginda Nabi mengajari kita hidup dengan nilai-nilai cinta kasih. Bacalah sejarah-sejarah Nabi, bacalah hadits-hadits Nabi, lihatlah makna-makna al-Qur’an.

Jangan melihat al-Quran dan hadits dari sudut pandang halal-haram saja, tapi lihatlah dari sudut pandang cara hidup Nabi, dan dari sudut pandang kemanusiaan.

Lihatlah bagaimana menjadi manusia yang baik, suka memberi, dicintai, sabar, berakhlak tinggi, seolah-olah kita hidup bersama Rasulullah. “Jika kita mau mengamalkan cara hidup ala Baginda Nabi ini, niscaya Allah akan meringankan cobaan dan fitnah yang ada di masa kita ini, dan menggantikannya dengan rasa aman dan tentram,” terang Syekh Ali.

وضرب الله مثلا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ 

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan suatu negeri yang dulunya aman dan tenteram, rezekinya melimpah dari berbagai tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu, Allah memberinya pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat.”

Semoga kita bisa menjadi hamba-hamba yang dapat meneladani sifat-sifat terpuji Baginda Rasul.

Dinukil dari laman resmi Facebook Prof. Dr. Syekh Ali Jum’ah dengan beberapa perubahan.

Kontributor

  • Muhammad Fazal Himam

    Asal dari Kedungleper, Bangsri, Jepara. Sedang menempuh kuliah S2 di Universitas Al-Azhar Jurusan Tafsir dan Ulumul Quran, Kairo Mesir. Pernah nyantri di Perguruan Islam Mathali’ul Falah Pati. Meminati kajian filsafat & quranic studies