Bulan April 1543 M, armada angkatan laut Turki Utsmani berangkat berlayar ke arah barat. Sultan Sulayman I berkirim surat ke Raja Francis I, menyatakan bahwa Laksamana Hayreddin Barbarossa akan bekerja sama dengan Captaine Polin yang juga ikut dalam rombongan.
Dalam surat itu sultan Turki Utsmani juga menyatakan bahwa pasukannya akan ditarik pulang sebelum musim dingin datang. Sementara angkatan lautnya berlayar melawan Habsburg ke arah barat, sang sultan sendiri juga berangkat menuju pertempuran darat melawan Habsburg di Hungaria.
Dalam pelayarannya, armada Laksamana Barbarossa sempat melakukan serangan di kota Reggio yang dikontrol Habsburg. Pada Juli 1543 M, armada ini berlabuh di Antibes, Perancis, kemudian Captaine Polin turun untuk menghadap ke Raja Francis I di Paris.
Sembari menunggu kembalinya Captaine Polin, pasukan Laksama Barbarossa menuju ke Marseille atas undangan para petinggi kota ini. Di Marseille, para bangsawan dan rakyat Perancis begitu antusias ingin menyaksikan Laksamana Barbarossa beserta pasukannya secara langsung.
Dari Marseille, armada ini kemudian melanjutkan perjalanan dan berlabuh di Toulon. Captaine Polin datang menemui Laksamana Barbarossa dan menyampaikan rencana bersama untuk menyerang kota pelabuhan Nice yang dikuasai Habsburg. Pengepungan kota Nice kemudian terealisasi di akhir bulan Agustus 1543 M.
Pada masa itu, saat musim dingin tak lama lagi datang, terjadi negosiasi antara Turki Utsmani dengan Perancis yang melibatkan surat-menyurat antara pemimpin tertinggi keduanya. Turki Utsmani meminta agar Perancis menjamin suplai kebutuhan pasukan Laksamana Barbarossa jika mereka terpaksa harus melewatkan musim dingin di Toulon. Jika Perancis tidak mampu, pasukan ini akan ditarik ke pelabuhan Turki Utsmani yang terdekat.
Akhirnya, Perancis menyetujui keberadaan pasukan ini di kota Toulon selama musim dingin sekaligus siap menjamin kebutuhannya. Pada tanggal 8 September 1543 M, Raja Francis I mengeluarkan keputusan resmi tentang pengosongan kota Toulon. Sang raja berjanji akan menyuplai kebutuhan tamunya dengan syarat bahwa suplai itu dibayar setelah pasukan Turki Utsmani menerima gaji serta syarat bahwa pasukan ini siap bertempur lagi untuk Perancis saat musim semi datang.
Baca juga:
Saat pasukan Turki Utsmani melewatkan waktu di Toulon, mereka juga terlibat dalam serangkaian serangan terhadap wilayah pesisir Spanyol dan Italia yang dikuasai Habsburg. Fakta ini tertulis dalam artikel berjudul Wintering in Toulon karya Niki Gamm yang dimuat di media Turki, www.hurriyetdailynews.com.
Katedral Toulon, rumah ibadah kaum Katolik Roma yang didirikan di abad ke-11 M, kemudian difungsikan sebagai masjid sementara bagi pasukan Turki Utsmani. Suaran aza terdengar lima kali sehari dari katedral tersebut, sampai ada orang yang bilang kalau melihat Toulon serasa melihat Konstantinopel. Mata uang Turki Utsmani pun diterima jadi alat pembayaran dalam transaksi sehari-hari waktu itu.
Menurut buku The Mediterranean World: From the Fall of Rome to the Rise of Napoleon (2016), karya Monique O’Connell dan Eric R. Dursteler, terdapat pengamat Perancis yang terkesan dengan keseharian pasukan armada Turki Utsmani. Menurut pengamat ini, tidak ada pasukan Eropa yang pola aturan kedisiplinannya seketat dan serapi mereka.
Salah satu keunggulan angkatan laut Turki Utsmani dibanding angkatan laut Eropa termasuk Perancis saat itu adalah dalam urusan logistik. Jika angkatan laut Eropa mengandalkan logistik perang dari rampasan, maka angkatan laut Turki telah membawa logistik sendiri sendiri yang siap digunakan sepanjang pelayaran perang.
Namun keberadaan Turki Utsmani di Toulon merupakan hal di luar rencana, karena logistik yang dibawa hanya untuk hitungan 6 bulan. Untuk itulah Perancis menyediakan logistik bagi mereka selama di Toulon sekaligus perjalanan pulang ke Konstantinopel yang totalnya seberat 193.400 kuintal. Uniknya, logistik untuk pasukan Laksamana Barbarossa juga dibeli dari pedagang-pedagang yang berasal dari wilayah-wilayah Habsburg .
Armada Laksamana Barbarossa meninggalkan Toulon untuk kembali ke Konstantinopel pada akhir Mei 1544 M bersama armada Captaine Polin. Selama pelayaran pulang, armada ini juga melakukan serangan-serangan ke kota-kota pelabuhan Habsburg. Bulan Juli 1544 M, Captaine Polin memisahkan diri dari armada Laksamana Barbarossa untuk berusaha lebih dulu mencapai Konstantinopel dan menyampaikan laporan kepada sultan.
Captaine Polin yang dituntut untuk bisa kembali ke Perancis sebelum musim dingin akhirnya sampai ke Konstantinopel pada 10 Agustus 1544 M. Sementara itu, Laksamana Barbarossa yang berlayar pulang sambil melacarkan serangan-serangan militer ke pesisir Habsburg akhirnya sampai di Konstantinopel pada 14 Oktober 1544 M.
Banyak sumber sejarah menyebutkan jika operasi militer laut bersama antara Turki Utsmani dengan Perancis antara tahun 1543 M hingga 1544 M ini tidak bisa dibilang sukses. Hal ini karena pihak Perancis yang kurang siap atas kerja sama tersebut. Angkatan laut Perancis tidak bisa memberikan dukungan kekuatan memadai serta koordinasi sigap seperti yang diharapkan oleh Turki Utsmani.
Namun demikian Aliansi antara dua kekuatan itu menunjukkan bahwa Turki Utsmani benar-benar menjadi kekuatan yang tidak dipandang sebelah mata oleh Eropa. Bagi Habsburg, Turki Utsmani adalah ancaman yang nyata. Namun bagi Perancis, yang berseteru dengan Habsburg, Turki Utsmani adalah harapan pemberi pertolongan.
Aliansi antara Turki Utsmani dengan Perancis juga menunjukkan bahwa meskipun dua kekuatan itu memiliki latar belakang agama berbeda, namun kepentingan politik yang sama bisa menjadi perekat bagi keduanya.