Cendekiawan dan pengamat Timur Tengah, Hasibullah Satrawi hadir sebagai pembicara pada Simposium Kawasan Pelajar Timur-Tengah dan Afrika pada Selasa, 18 Juli 2023.
Dalam perhelatan simposium yang di gelar di tunis itu, Hasibullah membahas peran alumni Timur Tengah dalam moderasi beragama untuk kejayaan Islam Nusantara.
Awalnya, Hasibullah memberikan contoh peran mahasiswa Timur-Tengah kedepan dalam konteks indonesia yang jaya. Menurutnya Duta Besar Republik Indonesia untuk tunisia, Zuhairi Misrawi menjadi contoh yang konkrit sebagai kisah sukses dalam peran alumni Timur-Tengah.
“Untuk tema ini, yang akan saya angkat sebagai contoh adalah bapak yang mulia as-safir Zuhairi Misrawi. Dan yang mau saya jadikan contoh dari bapak Dubes ini adalah sebagai success story, sebagai an-nahwu an-naajih atau an-nahwu al-marjuh bagi kita sebagai mahasiwa Timur Tengah.” Tuturnya.
Hasibullah mengaitkan peran alumni dengan hubungan antara Islam Indonesia dan Timur Tengah. Menurutnya, alumni Timur Tengah memiliki privilege dan bonus yang melimpah berkat hubungan yang telah terjalin lama antara Indonesia dan Arab. Bonus tersebut berasal dari gelar atau label alumni Timur Tengah yang hingga saat ini masih menjadi marketing pendidikan di Indonesia.
“Teman-teman, kita sebagai alumnus Timur Tengah memiliki hubungan antara Islam Indonesia dan Timur Tengah seperti yang telah disampaikan oleh Mas Baso dan Kang Andar, dan itu menjadi bonus bagi kita.” ungkap pengamat Timur Tengah itu.
Selanjutnya, Hasibullah menegaskan makna moderat. Menurutnya moderat itu cukup tidak melakukan aksi kekerasan atau keburukan. Sehingga kita melaksankan moderasi beragama sebagai pilihan dan kesadaran.
“Kalau saat ini ada kehebatan seperti itu, itu adalah salah satu faktor moderasi beragama dalam konteks pencegahan, artinya jangan sampai ada diantara kita yang gabung dengan kelompok itu, caranya dengan memoderatkan diri.” ungkapnya.
“Lakukanlah moderasi sebagai pilihan dan kesadaran, memang kita harus moderat. Kalau kata Ibnu Khaldun, moderasi adalah cara umat untuk eksis.” Lanjutnya.
Selain itu, Hasibullah juga menegaskan bahwa persoalan status negara bukan soal halal dan haram karena visi utama NKRI adalah kesatuan. Ia juga mengatakan bahwa moderasi beragama juga merupakan ijtihad dari para ulama nusantara.
“Jangan meragukan keulamaan ulama nusantara kalau NKRI haram mereka tidak akan lakukan, tapi kalau NKRI halal mereka akan lakukan. Tentunya, mereka sudah melakukan ijtihad yang kemudian NKRI ini yang saya sebut sebagai konsep negara moderat dan maslahat.” Tegas Hasibullah.
Di akhir pemaparan, Hasibullah mengusulkan peran yang dapat mahasiswa dan alumni Timur Tengah lakukan ketika pulang ke Indonesia.
“Peran visi yg dapat saya usulkan, lakukan peran ini, pertama juru bicara atau lisan al-qaum, kedua juru damai dan ketiga adalah juru kebangsaan.” Pungkasnya.
Pewarta: Nurul Najma Kamila, Mahasiswi Universitas Az-Zaitunah Tunisia