Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Khutbah Jumat

Khutbah Jumat: Teladan Cinta Sahabat kepada Nabi Muhammad SAW

Avatar photo
69
×

Khutbah Jumat: Teladan Cinta Sahabat kepada Nabi Muhammad SAW

Share this article

KHUTBAH PERTAMA

الحمدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِسْلَامِ، وَأَتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ بِإِرْسَالِ أَفْضَلِ الْخَلْقِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَادِيًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خَاتَمُ النَّبِيِّينَ وَإِمَامُ الْمُتَّقِينَ، أَرْسَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ ، فَهَدَى بِهِمْ مِنَ الضَّلَالَةِ ، وَأَخْرَجَ بِهِمِ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى الْعِلْمِيَّاتِ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، الَّذِي أَرْسَلْتَهُ رَحْمَةً وَهُدًى لِلنَّاسِ كَافَّةً، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَن تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أمَّا بَعْدُ . فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أَسْعَدَكُمُ اللهُ عِيدَكُمْ! أُوصِيكُمُ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ، إِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. “وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُوْرٌ رَّحِيمٌ

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah !

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Khatib mengajak kepada diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.

Hanya dengan modal iman dan takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dan akhirat. Sebab, tidak ada bekal terbaik yang layak untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Persiapkanlah bekal kalian !!, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat” (QS Al- Baqarah [2]: 197).

Hadirin yang dirahmati Allah,

Hari ini kita memasuki tanggal 1 Rabiul Akhir, setelah melewati bulan penuh berkah, bulan kelahiran manusia yang paling mulia, Nabi Muhammad. Dalam bulan Rabiul Awal yang baru saja berlalu, kita semua bersuka cita dengan banyaknya peringatan Maulid Nabi di seluruh penjuru, dari masjid-masjid, majelis-majelis, hingga rumah-rumah umat Islam. Kita mendengar kembali kisah hidup Rasulullah yang agung, mulai dari kelahirannya hingga perjuangannya menegakkan agama Islam. Semua itu diungkapkan dalam rangka menumbuhkan rasa cinta dan rindu kita kepada Nabi tercinta.

Majelis-majelis maulid telah mengingatkan kita pada keutamaan pribadi Nabi Muhammad. Kita mengenang bagaimana beliau membawa cahaya bagi umat manusia, bagaimana kasih sayangnya kepada umat ini, dan bagaimana perjuangannya membimbing kita menuju hidayah Allah. Tidak sedikit air mata yang jatuh ketika mendengar keindahan akhlak dan kesabaran Rasulullah, terutama saat beliau diuji dengan berbagai cobaan dalam menyebarkan agama Allah.

Namun, hadirin sekalian, kecintaan kita kepada Nabi Muhammad tidak boleh berhenti hanya di bulan Rabiul Awal saja. Cinta itu tidak boleh padam seiring berlalunya Rabiul Awwal. Justru, kecintaan tersebut harus terus hadir dan hidup dalam setiap aspek kehidupan kita. Cinta kepada Rasulullah bukan sekadar dengan menyelenggarakan perayaan, tetapi dengan meneladani ajarannya dalam keseharian.

Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Maka, mari kita jadikan kecintaan ini sebagai dorongan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan meneladani Rasulullah dalam segala aspek hidup, baik dalam ibadah, akhlak, maupun muamalah kita dengan sesama.

Hadirin Jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah !

Dalam sejarah umat manusia, tidak ada sosok yang dicintai dan dihormati seperti Nabi Muhammad SAW. Cinta ini tidak hanya datang dari sahabat-sahabatnya yang setia, tetapi juga dari puluhan, bahkan ratusan juta orang selama kira-kira 15 abad ini. Tiada tokoh yang ditauladani, diikuti, dicintai sehebat Nabi Muhammad SAW. Kita saksikan begitu banyak orang dengan berbagai macam ekspresi dan sikap cintanya kepada Nabi Muhammad sepanjang zaman.

Cinta kepada beliau tidak hanya sekadar ucapan, tetapi juga perbuatan yang terwujud dalam setiap aspek kehidupan kita. Kita belajar dari pemikiran beliau, meniru gaya hidupnya hingga ke detail terkecil, seperti cara beliau menggerakkan jari-jari dalam shalat, cara beliau tidur, cara beliau minum, dan lain-lain. Semangat cinta ini diwariskan dari generasi ke generasi dan telah menciptakan peradaban besar bernama peradaban Islam. Peradaban ini melahirkan tokoh-tokoh besar, para ulama, dan pemimpin dunia yang paling dihormati, yang menjadikan beliau sebagai tauladan dan rujukan, serta menganggap Nabi Muhammad sebagai Insan Kamil, manusia sempurna.

Saudara-saudara seiman,

Ketika kita berbicara tentang cinta kepada Nabi Muhammad SAW, tidak ada kelompok yang lebih besar cintanya selain para sahabat beliau. Mereka adalah orang-orang yang sangat beruntung karena dapat bertemu dan hidup bersama Nabi SAW secara langsung. Para sahabat merasakan kehangatan kepribadian beliau, mendengar ajarannya secara langsung, dan menyaksikan teladan hidupnya setiap hari.

Cinta dan sayang para sahabat kepada Nabi Muhammad SAW bukan hanya diucapkan lewat kata-kata, tetapi ditunjukkan melalui tindakan. Mereka siap mengorbankan apapun, bahkan nyawa, demi keselamatan dan kehormatan beliau. Setiap hari, hidup mereka berfokus untuk melindungi, mendukung, dan mengikuti Nabi SAW sepenuh hati. Banyak di antara mereka yang rela maju ke medan perang, menahan serangan musuh demi menjaga keselamatan Nabi SAW, meskipun nyawa mereka sendiri terancam.

Bagi para sahabat, tidak ada keraguan ketika harus memilih antara keselamatan mereka sendiri atau keselamatan Nabi SAW. Melindungi beliau adalah kehormatan terbesar, lebih penting dari nyawa mereka sendiri. Salah satu contoh yang mengagumkan adalah kisah Talhah bin Ubaidillah yang mengorbankan tubuhnya untuk melindungi Nabi SAW. Dalam suasana perang Uhud yang penuh bahaya, Talhah berani menggendong Nabi SAW saat beliau pingsan, menempatkannya di atas batu, lalu kembali berperang melawan para penyerang. Talhah dengan berani berkata, “Jangan lihat, wahai Rasulullah, jangan angkat kepala, lebih baik leherku yang terkena panah daripada lehermu.”

Abu Dujana juga menunjukkan keberanian luar biasa dengan menyambut hujan panah yang menghujani punggungnya saat dia melindungi Nabi Muhammad SAW. Kisah-kisah ini menggambarkan betapa dalam dan tulusnya cinta para sahabat kepada Nabi SAW.

Adapula kisah mengharukan tentang seorang perempuan dari kalangan Anshar saat terjadinya perang Uhud. Dikisahkan dari dari Anas bin Malik, dia menuturkan, Tatkala perang Uhud, para penduduk Madinah melarikan diri sambil berteriak, ’Muhammad terbunuh’ sehingga banyak teriakan di penjuru Madinah, maka keluarlah seorang perempuan dari Anshar dengan berikat pinggang. Kemudian ia diberi kabar mengenai kematian anak, ayah, suami, dan saudaranya.Meskipun ia telah kehilangan orang-orang terkasih—ayah, suami, anak, dan saudaranya—perhatian utamanya hanya tertuju pada satu sosok: Rasulullah SAW. Ketika diberitahu tentang kematian anggota keluarganya, bukannya meratapi kehilangan, ia malah bertanya dengan penuh rasa cemas,

“Bagaimana dengan Rasulullah?” Begitu ia sampai di hadapan Rasulullah, ia berpegang pada baju beliau, sambil dengan tulus mengungkapkan pengorbanan dan kasih sayangnya, “Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah. Aku tidak peduli, asal engkau selamat dari orang yang jahat.”

Hadirin Sekalian !!

Sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang lain seperti Bilal bin Rabah yang merupakan Muazin Rasulullah SAW. Beliau telah mengumandangkan adzan selama masa hidup dan kenabian beliau. Namun, setelah Nabi Muhammad wafat, Bilal tidak lagi sanggup mengumandangkan adzan. Kepergian Rasulullah SAW meninggalkan rasa kehilangan yang mendalam di hati para sahabat.

Imam Ali bin Abi Tholib pernah ditanya ditanya, “Bagaimana cinta kalian kepada Rasulullah SAW?” Ia menjawab, “Demi Allah, beliau lebih kami cintai daripada harta, anak-anak, ayah, dan ibu kami, serta kami juga lebih mencintai beliau daripada air dingin pada saat dahaga.”

Sebuah ungkapan yang menunjukkan betapa dalamnya cinta para sahabat kepada Nabi SAW. Bahkan, Abu Sufyan bin Harb, ketika masih kafir, pernah bertanya kepada Zaid bin ad-Datsinah saat dia menjadi tawanan perang, “Katakanlah, demi Allah, wahai Zaid! Apakah kamu suka apabila Muhammad menggantikan kedudukanmu lalu kami memukul lehernya, sedangkan kamu berada di tengah keluargamu?”

Zaid menjawab dengan tegas, “Demi Allah, aku tidak rela bila Muhammad sekarang berada di temaptku, terkena sebuah duri yang menyakitinya, sedangkan aku duduk di tengah keluargaku.” Abu Sufyan pun mengakui dengan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang mencintai seseorang seperti kecintaan para sahabat Muhammad kepada Muhammad.”

Hadirin Sekalian!

Sahabat Nabi Muhammad SAW melakukan semua pengorbanan itu bukan karena takut, tetapi karena cinta yang begitu dalam kepada beliau. Pengorbanan yang tulus ini mencerminkan betapa besar rasa cinta dan kesetiaan mereka kepada Rasulullah.

Pertanyaannya, sehebat apa sosok Nabi Muhammad SAW sehingga dikagumi, dihormati, dan dicintai dengan begitu luar biasa oleh para sahabat? Jawabannya tentu terletak pada sikap dan perilaku beliau yang luar biasa baik. Nabi Muhammad SAW adalah teladan sempurna, seorang pemimpin yang tidak hanya mengajak umatnya kepada kebaikan, tetapi juga memberikan contoh nyata dalam setiap aspek kehidupan.

Inilah yang membuat para sahabat rela mengorbankan apapun, bahkan nyawa, demi melindungi beliau. Setiap tindakan mereka menggambarkan cinta yang lahir dari rasa kagum yang mendalam terhadap sosok yang benar-benar mulia dan istimewa. Mereka tidak hanya menghormati beliau sebagai pemimpin, tetapi juga mencintai beliau sebagai manusia terbaik yang pernah ada.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menggambarkan keistimewaan Nabi Muhammad SAW dalam surat At-Taubah ayat 128:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 128)

Ayat ini menegaskan betapa Nabi Muhammad SAW sangat peduli dan mencintai umatnya. Beliau merasa berat atas penderitaan yang dialami oleh umatnya dan selalu menginginkan keselamatan dan kebaikan bagi mereka. Rasa kasih sayang yang mendalam ini, ditambah dengan akhlak yang mulia, menjadi magnet yang menarik hati para sahabat untuk mengikuti dan melindungi beliau dengan sepenuh jiwa.

Sebagai umat yang hidup di zaman yang berbeda dari para sahabat Nabi Muhammad SAW, kita menyadari bahwa cinta yang mereka tunjukkan kepada beliau adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Para sahabat rela mengorbankan harta, jiwa, dan raga demi melindungi dan mendukung Nabi. Mereka mengalami kehangatan kehadiran beliau, mendengarkan ajarannya secara langsung, dan merasakan cinta serta kasih sayang beliau setiap hari.

Namun, kita tidak bisa mengharapkan untuk mencintai Nabi seperti mereka, karena konteks dan pengalaman kita berbeda. Meskipun demikian, cinta kepada Nabi Muhammad SAW tidak terbatas hanya pada pengorbanan besar yang mereka lakukan. Kita, sebagai umatnya yang hidup di era modern ini, memiliki cara lain untuk menunjukkan cinta dan penghormatan kita kepada beliau.

Cinta kepada Nabi bisa kita wujudkan melalui pengamalan ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti sunnah dan akhlak Nabi, kita dapat menunjukkan betapa kita menghargai dan mencintai beliau. Misalnya, dengan memperlakukan orang lain dengan kasih sayang, berbicara dengan lembut, dan berlaku adil. Tindakan-tindakan kecil ini dapat menjadi bentuk cinta kita yang nyata kepada Nabi SAW.

Selain itu, kita juga dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang beliau. Membaca sirah Nabi dan mempelajari kehidupan serta ajaran beliau akan membuat kita lebih dekat dengan sosok yang kita cintai. Ketika kita memahami prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang beliau pegang, cinta kita kepada beliau akan semakin mendalam dan terasa lebih berarti.

Ada juga orang yang mencintai Nabi dengan cara belajar ilmu, mengajar ilmu, atau sabar menghadapi cobaan. Mencintai Nabi bisa dilakukan dengan beragam cara selama itu dalam kebaikan, dan semuanya sah. Misalnya, kita bisa mengambil teladan dari sahabat yang senang kepada Nabi dengan tidak pernah meminta-minta. Namanya Hakim bin Hizam. Dia pernah dimarahi Nabi karena suka meminta-minta, dan Nabi mengatakan bahwa orang yang suka meminta-minta akan masuk akhirat tanpa wajah. Sejak saat itu, Hakim tidak pernah meminta-minta lagi, bahkan ketika cambuknya jatuh, dia tidak mau meminta tolong orang lain untuk mengambilkannya. Ini juga menjadi contoh bagaimana mencintai Nabi dengan meneladani sifat-sifatnya.

Tidak ketinggalan, menyebarkan dakwah dan mengajak orang lain untuk mencintai Nabi Muhammad SAW juga menjadi cara yang baik untuk menunjukkan cinta kita. Dengan berbagi pengetahuan tentang kehidupan dan ajaran beliau, kita dapat membantu orang lain memahami keindahan Islam yang beliau ajarkan.

Kita mungkin tidak bisa mencintai Nabi seperti para sahabat mencintai beliau, tetapi kita bisa menemukan cara-cara kita sendiri untuk menunjukkan rasa cinta itu. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk mengikuti jejak beliau adalah ungkapan cinta yang tulus dan berarti. Mari kita jadikan cinta kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita dapat menjadi umat yang selalu merindukan dan mencintai beliau, meskipun dalam cara yang berbeda.

Marilah kita tutup khutbah ini dengan mengingat betapa pentingnya mencintai Nabi Muhammad SAW dalam setiap aspek kehidupan kita. Semoga kita dapat meneladani akhlak dan ajaran beliau, serta menemukan cara-cara yang bermanfaat untuk menunjukkan cinta kita kepada beliau, meskipun kita tidak hidup di zaman beliau. Jadikanlah cinta kita kepada Nabi sebagai motivasi untuk berbuat kebaikan, meningkatkan pengetahuan, dan menyebarkan ajaran Islam yang penuh rahmat ini. Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan untuk mencintai dan mengikuti jejak Nabi kita, Muhammad SAW. Amin.

 

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِوَالِدِي وَلِوَالِدَيْكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

 فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ   قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ  

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ   اَللهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًاقَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ  الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النّاس اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخُشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْن

اللهم يا حيُّ يا قيُّومُ، نسألكَ بقدرتكَ وبجودكَ وكرمكَ أن تحفظَ بلادَنا من كلِّ سوءٍ ومكروهٍ. اللهم اجعلْ وطنَنا آمناً مطمئناً، واحفظهُ من كلِّ فتنةٍ، وباركْ لنا في نعمةِ الأمنِ والاستقرارِ.

اللهم وفقْ قادتَنا وسائرَ المسؤولينَ في بلادِنا، واهدهم إلى ما فيه صلاحُ العبادِ والبلادِ، ووفقهم لتأدية الأماناتِ على أكملِ وجهٍ.

اللهم اجعلْهم من الذين يسترشدونَ بنورِك في كلِّ قرارٍ، ويسعونَ لتحقيقِ الخيرِ والعدلِ لجميعِ المواطنينَ.

اللهم اجعلْ هذا الوطنَ عزيزاً ورفيعاً، واحفظْ أبناءَهُ من كلِّ شرٍّ، ووفقْهم للخيرِ والعملِ الصالحِ.

اللهم نطلبُ منك أن تباركَ في الجهودِ المبذولةِ لبناءِ وطنِنا، وأن تجعلَنا جميعاً سبباً في استقرارِ وازدهارِ هذا البلدِ.إنك سميعٌ مجيبٌ، وصلى الله على نبينا محمدٍ وعلى آلهِ وصحبهِ أجمعين

رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Kontributor

  • Mabda Dzikara

    Alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekarang aktif menjadi dosen di IIQ Jakarta.