Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Buku

Ahwal al-Mayyit, Kitab Ihwal Kematian Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani

Avatar photo
48
×

Ahwal al-Mayyit, Kitab Ihwal Kematian Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani

Share this article

Al-Hafidz
Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah sosok alim allamah, pakarnya pakar hadits dengan
karya-karya yang luar biasa. Di antara karya hebat beliau adalah Fath al-Bari
Syarah Shahih al-Bukhari.

Di antara
pujian para ulama
atas kehebatan kitab ini adalah: “Andai ini adalah satu-satunya karya AlHafidz Ibnu Hajar, cukuplah ini sebagai
pembukti kepakaran beliau.”

Seorang
dengan karya-karya hebat ini tentulah orang yang sangat istimewa
.
Di antara keistimewaannya adalah kecerdasan
yang dimilikinya jauh di atas rata-rata.

Diceritakan
oleh pentahqiq karya beliau yang berjudul Ahwal al-Mayyit,
bahwa sejak kecil beliau memiliki kecerdasan dan kecepatan
menghafal yang luar biasa
. Beliau
antara lain
mampu
menghafal
surat Maryam hanya dalam sehari dan
diceritakan pula bahwa
untuk menguasai suatu kitab, beliau hanya butuh dua kali bacaan; sekali untuk mentashhih bacaan kitab,
bacaan kedua langsung hafal. Pada bacaan ketiga beliau sudah siap
mempresentasikan kitab tersebut di luar kepala. Luar biasa.

Ahwal
al
Mayyit merupakan
salah satu karya beliau. Dalam cover, bisa kita saksikan judul kitab ini secara
lengkap, yaitu Ahwal al
Mayyit min hiin alIkhtidhar ila alHasyr. Kitab ini kurang lebih berisi seratusan hadits tentang
hal ihwal kematian, adab kita ketika mengetahui kematian seseorang, tajhiz
al janazah
hingga rangkaian doa yang diajarkan Hadhratur Rasulullah dalam shalat
dan setelah pemakaman kemudian di akhir kitab ditutup dengan serangkaian ayat
dan bait-bait yang bernuansa kematian.

Di
antara yang menarik perhatian kami dalam kitab ini adalah cerita Sayyidina Abbas
yang menampar seseorang karena menyatakan bahwa ayah beliau, yaitu Sayyiduna
Abdul Muthallib bin Hasyim; kakek Hadhratur Rasul adalah penghuni neraka.
Lelaki itu ditampar oleh Sayyidina Abbas. Lalu ia dan kaumnya tidak terima,
sehingga mereka berniat akan membalas tamparan Sayyidina Abbas.

Begitu
Hadhr
atur Rasul mendengar ini, beliau bersabda:

من أكرم الناس على
الله؟ قالوا أنت قال إن العباس مني وأنا منه لا تسبوا أمواتنا فتؤذوا به الأحياء

Siapakah orang yang paling mulia di sisi
Allah?
Mereka menjawab, “Panjenengan.” Lalu Hadhratun Nabi melanjutkan, “Abbas adalah keluargaku dan akupun keluarganya. Janganlah kalian mencela
keluarga kami yang telah meninggal sehingga itu akan menyakiti kami yang masih
hidup.

Lebih
tajam lagi, Al
-Hafidz Ibnu Hajar memaparkan Sayyidina Ikrimah,
putra Abu Jahal yang mengadukan ketidaknyamanan beliau
bahwa saat di Madinah banyak sahabat lain mengatai beliau dengan
Ibn ‘Aduw Allah; putra musuh Allah, yaitu Abu Jahal. Menghadapi aduan
ini, Hadhrotur Rasul bersabda:

لا تؤذوا مسلما بكافر

Pantang menyakiti muslim sekalipun
dengan mencela yang kafir.

Lihatlah
betapa agama ini menjaga kehormatan setiap orang bahkan yang telah meninggal
sekalipun. Karena tentulah hujatan tersebut akan menyakiti keluarganya yang
masih hidup. Mari menjaga kehormatan semua orang karena kita pun senang
manakala kita dihormati orang lain.

Tentu,
masih banyak lagi pelajaran hidup bagi kita untuk menunjukkan adab muslim yang
sesungguhnya dalam menghadapi kematian, baik kematian orang lain terlebih
menyongsong husnul khaimah kita pada waktunya nanti. Amin.
إنا لله وإنا إليه راجعون.

Selamat
membaca.

Kontributor

  • Ahmad Roziqi

    Alumni Al-Azhar Kairo Mesir Fakultas Syariah Islamiyah. Mudir Ma'had Ali Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang Jawa Timur.