Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Buku

Tafsir Ekologi: Arah Baru Relasi Tuhan, Manusia dan Alam

Avatar photo
1893
×

Tafsir Ekologi: Arah Baru Relasi Tuhan, Manusia dan Alam

Share this article
Sampul buku Tafsir Ekologi Relasi Eko-Teologis Tuhan, Manusia, dan Alam.
Sampul buku Tafsir Ekologi Relasi Eko-Teologis Tuhan, Manusia, dan Alam.

Perhatian tentang krisis lingkungan menjadi acuan atas hadirnya wacana ekologi yang berkembang di era modern ini. Di satu sisi, persoalan ekologi tentu belum sampai pada titik paripurnanya untuk menuntaskan krisis yang terjadi ditengah masyarakat.

Realitas ini dibangun atas dasar produk tafsir yang membahas persoalan ekologi belum sampai pada konsep utuh untuk melihat relasi antara manusia dengan alam. Terutama relasi secara vertikal dengan Tuhannya. Bahkan tafsir-tafsir klasik dan abad pertengahan memang tidak banyak menjelaskan secara konseptual. (hal.16) Relasi yang dibangun belum menyentuh pada titik dimana manusia mampu mengelola dan menumbuhkan relasi dengan alam.

Keresahan terhadap isu lingkungan menjadi pembahasan diskursif baik dalam ranah akademisi maupun spesialisasi lingkungan, ekologi adalah salah satu isu hangat yang masih terus digali informasinya. Wacana tafsir ekologis menjadi gerbang untuk menunjukkan eksistensinya secara tematik dalam produk penafsiran serta berperan dalam misi menciptakan harmonisasi perubahan sosial masyarakat melalui pendekatan eco-theology dengan menekankan prinsip-prinsip etis-teologis dalam mengelola alam. (hal. 26)

Memilih judul Tafsir Ekologi Relasi Eko-Teologis Tuhan, Manusia dan Alam, buku ini hadir dengan gagasan-gagasan dari Abdul Mustaqim, untuk mengeksplorasi penafsiran-penafsiran ayat al-Quran terkait persoalan ekologi. Buku dengan berbasis riset ini menampik metode tematik konstektual untuk menarik makna yang relevan dan aktual sesuai dengan koteks kekinian.

Relasi Tuhan dengan Manusia sebagai Bentuk Dominasi Tanggung jawab

Manusia hadir sebagai khalifah tentu berangkat dari hubungannya secara vertikal dengan Tuhannya. Salah satu wasilah untuk mencapai ketersalingan pemahaman dengan hadirnya tuntunan kehidupan yang bersandar pada ayat-ayat Alquran yang turun sesuai dengan kondisi dan situasinya. Wasilah tersebut tentu berangkat atas dasar manusia berperilaku dengan alam sesuai dengan tuntunan agama. Al-Quran didudukkan sebagai kitab yang merealisasikan prinsip-prinsip kasih sayang tidak hanya sebatas antar sesama, melaikan seluruh alam (hal.37)

Abdul Mustaqim menghadirkan lima asumsi dasar dalam buku Tafsir Ekologi salah satunya adalah manusia ditempatkan sebagai makhluk ecoligius atau makhluk lingkungan, dalam arti bahwa manusia senantiasa ditekankan untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya. Menekankan relasi antara manusia dengan lingkungan tentu menjadi perhatian atas kesadaran dalam ruang-ruang sosial terutama pada persoalan masyarat.

Orientasi relasi yang dibangun oleh Abdul Mustaqim, selaras dengan konstruksi paradigma eko-teologis yang dicetuskan bahwa terciptanya relasi triadik yang harmoni antara Tuhan, Manusia, dan alam adalah suatu keharusan. Sehingga problematika krisis lingkungan mencapai pada titik akhirnya yang mengancam eksistensi manusia dengan relasi antara ketiganya.

Urgensi yang dibangun antara manusia dengan Tuhannya bermuara pada konsep pengelolaan dan dominasi relasi untuk melahirkan manusia dengan intensitasnya yang bertanggung jawab. Maka paradigma eko-teosentrisme selaras dengan pandangan otologis al-Quran untuk sesuai dengan ayat-ayat yang tersaji dalam al-Quran. (hal. 88-89)

Persoalan misi kekhalifahan dalam mengelola alam menjadi kesadaran tanggung jawab yang harus dipegang setiap manusia untuk menjaga keutuhan hubungan yang humanis baik secara vertikal maupun horizontal. Sebagaimana dikutip dalam buku ini, bahwa sebagai Khalifah Tuhan, manusia memang diberikan kebebasan. Namun demikian, meski manusia diberikan kehendak bebas terhadap alam, tetapi manusia semestinya menerima dan mengakui kenyataan bahwa dia tidak dapat membebaskan dirinya dari alam.

Tafsir Ekologi dari Wacana Menuju Konsep Relasional

Tafsir Ekologi tidak sesempit untuk menafikan bahwa manusia secara egois melakukan tindakan tidak adil terhadap alam dan sekitarnya, akan tetapi Tafsir Ekologi hadir sebagai jawaban atas keresahan yang dialami oleh masyarakat dalam persoalan lingkungan. Kesesuaian ayat yang dibahasa secara tematis dikemas untuk memberikan pemahaman secara sederhana dengan sajian yang diterima berbagai kalangan.

Tidak hanya sebatas wacana, pembahasan tafsir ekologis tentu tidak berhenti pada konsep dan harapan semata, di satu sisi eksistensinya membentuk penalaran baru untuk corak dan karakteristik tafsir selanjutnya sebagai problem solving dalam menuntaskan keraguan dan kebimbangan masyarakat dalam bertindak untuk menciptakan hubungan yang damai dan aman.

Bentuk ketersalingan antara Tuhan, manusia, dan alam melahirkan prinsip-prinsip etis yang dikemas secara sistematis oleh Abdul Mustaqim, di antaranya prinsip keadilan, kesimbangan, memanfaatkan tanpa merusak, memeliharan non eksploitatid dan pembaharuan sumber daya alam. Keniscayaan prinsip ini tentu berangkat dari konsep etika yang harus berbanding lurus dengan tanggung jawab manusia dalam mengemban amanahnya sebagai khalifah di muka bumi ini.

Melalui tafsir ekologi, setidaknya konstruksi yang dibangun memberikan arah baru untuk mewarisi khazanah keilmuan dan pengetahuan akan pentingnya referensi yang memiliki corak paradigma ekologis berbasis al-Quran. Salah satu pijakan normatif-teologis bagi masyarakat dalam menjali hubungan yang harmoni dengan alam. Sebab, masyarakat meyakini bahwa al-Quran menduduki sumber nilai tertinggi dalam kehidupan mereka.

Judul Buku: Tafsir Ekologi Relasi Eko-Teologis Tuhan, Manusia, dan Alam

Penulis: Prof. Dr. KH. Abdul Mustaqim, MA.

Penerbit: DAMAI banawa semesta

Tahun Terbit: 2024

Tebal Buku: 180 halaman

Teks Bahasa: Indonesia

Peresensi: Umar Kustiadi

Kontributor