Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Esai

Digandeng BNPT, ini 9 kiprah Al-Azhar dalam memerangi terorisme

Avatar photo
41
×

Digandeng BNPT, ini 9 kiprah Al-Azhar dalam memerangi terorisme

Share this article

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mempererat kerjasama dengan Al-Azhar Mesir terkait pencegahan terorisme dan penyebaran Islam moderat.

Baik Mesir dan Indoesia sama-sama menghadapi ancaman ekstremisme dan terorisme yang antara lain berangkat dari penyalahgunaan narasi agama oleh kelompok-kelompok tertentu. Hal ini kemudian memicu stigma negatif dari dunia luar Islam (Barat) bahwa ada noktah buruk dalam agama Islam bernama terorisme. Sesuatu yang ditolak tegas oleh Imam Besar Al-Azhar bahwa terorisme tidak ada sangkut pautnya dengan agama manapun termasuk Islam.

Al-Azhar sebagai institusi keislaman sunni terbesar di dunia ini dipandang penting dalam menyebarkan paham keislaman moderat berhaluan Ahlus Sunnah wal Jamaah di dunia termasuk Indonesia.

Dilansir dari laman resmi BNPT (21/2022), lebih dari 2.000 orang telah berurusan dengan hukum positif negara karena melakukan kekerasan mengatasnamakan agama. Belum lagi WNI yang berangkat ke wilayah konflik menjadi foreign terrorist fighter (FTF). 

Berikut 9 kiprah institusi Al-Azhar dalam upaya membumikan Islam wasathiyah (moderat) dan mencegah aksi terorisme.

1. Al-Azhar menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah dalam menghadapi terorisme.

Mengingat upaya tak kenal lelah Mesir dalam menghadapi terorisme dan ekstremisme, Al-Azhar bekerjasama dengan seluruh lembaga negara dalam pelaksanaan program dakwah Islam, peningkatan kesadaran dan penguatan nilai-nilai bersama, serta dalam menghadapi fenomena-fenomena sosial yang negatif.
 
Dengan segenap institusi yang dimiliki, Al-Azhar bekerja menyebarkan moderasi Islam, melayani Muslim dan non-Muslim, menekankan nilai-nilai kewarganegaraan, hidup berdampingan secara damai, dan menolak diskriminasi dan kekerasan.

2. Al-Azhar menggelar konferensi internasional pertama penanggulangan ekstremisme dan terorisme.

Al-Azhar telah menyelenggarakan konferensi internasional pertama untuk memerangi kekerasan dan menanggulangi ekstremisme dan terorisme pada akhir tahun 2014. Pihaknya mengundang para pemimpin negara dan tokoh agama dari 120 negara dan perwakilan dari semua mazhab Islam dan sekte Kristen.

Konferensi internasional ini digelar Al-Azhar dalam rangka mengambil posisi yang jelas tentang terorisme dan dampaknya terhadap keamanan masyarakat, serta membuat kontra narasi atas konsep-konsep keagamaan yang disalahgunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis dalam operasi teroris mereka. Di samping itu, juga membahas ekstremisme dan terorisme serta faktor-faktor penyebab penyebarannya dan bahayanya bagi perdamaian dan keamanan dunia.

3. Al-Azhar melakukan pembaharuan pemikiran Islam lewat konferensi pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu keislaman.

Langkah serius telah diambil Al-Azhar untuk melakukan pembaharuan pemikiran Islam, di antaranya dengan melalui konferensi “Pembaharuan Pemikiran Islam dan Ilmu-ilmu Keislaman” yang bertujuan untuk meluruskan penyimpangan konsep-konsep keagamaan yang dilakukan oleh para ekstremis, seperti konsep negara Islam, khilafah, pemerintahan, jihad, jahiliah, takfir, dan lain-lain.

Muktamar itu juga menjadi langkah untuk menguatkan konsep kewarganegaraan dan hidup bersama dengan damai dalam rangka menyebarkan budaya perbedaan, keragaman dan hidup berdampingan dengan damai.

Sejumlah ulama besar Al-Azhar dan ulama-ulama lain dari seluruh dunia berpartisipasi dalam konferensi ini, dan diikuti pula oleh para pemimpin gereja-gereja Timur dan Barat dan perwakilan dari berbagai sekte keagamaan.

4. Membuat observatorium pencegahan terorisme dan pusat pengawasan fatwa.

Di bawah kepemimpinan Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmad at-Tayeb, Al-Azhar mendirikan Al-Azhar Observatory for Combating Extremism dan Al-Azhar Fatwa Global Center. 

Al-Azhar Observatory for Combating Extremism yang hadir dalam pelbagai bahasa asing memiliki peranan penting dalam mengoreksi kesalahpahaman agama yang disebarkan oleh kelompok-kelompok ekstremis dengan memanfaatkan platform media sosial dan teknologi modern.
 
Kemudian ada departemen khusus di bawah Al-Azhar Fatwa Global Center yang dibentuk untuk membongkar ide-ide yang menyimpang dari ajaran Islam, dan untuk menghadapi pemikiran anti agama (atheisme).

5. Mendirikan pusat dialog lintas agama untuk kerukunan, hidup bersama dengan damai dan pengembangan kurikulum.

Imam Besar Al-Azhar mendirikan pusat dialog lintas agama dengan menghidupkan dialog pemikiran, agama dan peradaban dengan para pemeluk agama dan peradaban lain untuk menjadi jalan mencapai kerukunan dan hidup bersama dengan damai. Institusi ini memegang prinsip bahwa tidak ada cara untuk mencapai perdamaian kecuali dengan duduk bersama dalam meja dialog dan membuka kran-kran komunikasi dengan lembaga-lembaga yang concern pada dialog dan perdamaian di pelbagai belahan dunia.

Al-Azhar juga melakukan pengembangan kurikulum pelajaran. Al-Azhar pada tahun 2021 lalu telah menyusun mata pelajaran baru kebudayaan Islam dan diterapkan di jenjang SMP (Tsanawiyah) dan SMA (Aliyah). Dalam kurikulum itu, para siswa sudah diberikan kesadaran tentang bahaya ekstremisme dan terorisme dengan harapan agar mereka tidak termakan oleh propaganda sesat. Mereka juga diberikan pengetahuan tentang dasar-dasar nasionalisme, toleransi, hidup bersama dan menerima orang lain yang berbeda.

6. Membentuk Beyt El-Aila (Rumah Keluarga Mesir).

Imam Besar Al-Azhar memberikan perhatian serius untuk memperkuat persaudaran masyarakat Mesir. Beliau membentuk Beyt El-Aila sebagai upaya membendung konflik horizontal antar masyarakat muslim dan Kristen di Mesir.

Al-Azhar juga memperkuat peran Lembaga Rekonsiliasi Al-Azhar yang di antara tugasnya mendamaikan warga negara yang sedang berkonflik dan pertikaian antar suku yang sudah mengakar dari generasi ke generasi.

7. Menggelar forum internasional pertama pemuda muslim dan Kristen untuk penguatan dialog.

Al-Azhar menggelar forum internasional pertama pemuda muslim dan Kristen di Kairo pada 2015 lalu dengan dihadiri oleh 40 pemuda dan pemudi dari 15 negara. Tujuan forum ini adalah mendorong dialog konstruktif antar sesama generasi muda dan mendengarkan kesalahpahaman mereka tentang Islam kemudian meluruskan untuk menyampaikan citra Islam yang sebenarnya. 

8. Peran luar negeri Al-Azhar dalam memerangi terorisme.

Imam Besar Al-Azhar memimpin pemulihan hubungan antaragama dan menggandeng Paus Fransiskus dari Vatikan. Keduanya menandatangani “Dokumen Persaudaraan Manusia” yang merupakan dokumen terpenting dalam sejarah hubungan antara Al-Azhar dan Vatikan.
 
Imam Besar Al-Azhar juga melakukan perjalanan di pelbagai negara untuk menguatkan perdamaian dan budaya hidup berdampingan dan dialog antara pemeluk agama. Beliau juga mengirim delegasi dari Al-Azhar untuk berpartisipasi dalam konferensi-konferensi internasional yang terlibat dalam upaya memerangi terorisme.
 
9. Membentuk Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) untuk menyebarkan Islam Wasathiyah.

Al-Azhar memperluas jaringan internasionalnya dengan membentuk Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) guna menyebarluaskan paham keislaman wasathiyah yang dianut oleh Al-Azhar ke asal negara setiap lulusan Al-Azhar.

Organisasi alumni Al-Azhar saat ini sudah memiliki 17 cabang dalam negeri dan 20 cabang luar negeri sejak tahun 2019 termasuk Indonesia, Malaysia, Brunei dan Thailand. 

Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) cabang Indonesia saat ini diketuai oleh Tuan Guru Bajang Dr. Muhammad Zainul Majdi, Lc. MA.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.