Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Nusaibah binti Ka’ab, Wanita Heroik Pejuang Cinta Rasulullah

Avatar photo
44
×

Nusaibah binti Ka’ab, Wanita Heroik Pejuang Cinta Rasulullah

Share this article

Sosok wanita dalam Islam sangatlah dimuliakan. Peran dan pengaruhnya terhadap kemajuan Islam sangatlah nampak. 

Tak hanya sosok yang berperan di belakang panggung, atau bersembunyi di balik peran seorang lelaki. Terkadang beberapa wanita memiliki peran yang tak kalah pentingnya dari peran lelaki.

Mari kita berkenalan dengan sosok wanita dari kalangan sahabat, yang layak disematkan padanya julukan; the fighter woman (petarung wanita yang kuat) . Ia bernama Ummu A’mmarah Nusaibah binti Ka’ab.

Sungguh julukan ini bukanlah suatu hal yang berlebihan. 

Pakar sejarah Islam, az-Zirikli pun menisbatkan julukan tersebut kepada sahabat ini –dalam salah satu petikan dari kitabnya:

نسيبة بنت كعب بن عوف المازنية الأنصارية، من بني النجار: صحابية، اشتهرت بالشجاعة. تعد من أبطال المعارك.

“Nusaibah bint Ka’ab bin A’uf–dari distrik an-Najjar. Salah seorang sahabat wanita yang terkenal keberaniannya. Ia tergolong sebagai prajurit perang pemberani dan patriotik. (lihat kitab al-A’lam)

Terik matahari mulai beranjak ke tengah langit yang menandakan waktu siang, sambil menenteng sekaleng air minum Nusaibah pergi dan beranjak ke medan peperangan Uhud. 

Gejolak cinta kepada Rasulullah membuat dia rela berpanas-panasan untuk pergi ke Uhud, guna ikut andil dalam menjunjung tinggi agama dan syariat Islam, walaupun hanya dengan memberikan minum kepada bala tentara Rasulullah saw. setelah seluruh keluarganya yang terdiri dari suami dan kedua anak laki-lakinya berangkat terlebih dahulu bersama para pasukan Islam yang lainnya.

Sesampainya di Uhud, ia menjalankan tugasnya dengan baik. Ia membagikan air minum kepada bala tentara Islam. Setidaknya hal tersebut mampu menghilangkan sedikit dahaga, dan menambah cairan tubuh yang terkuras.

Namun, hal yang tak diinginkan terjadi. Ketika secara mendadak, pasukan musuh menyerang balik pasukan Islam, dan menusuk pertahanan tentara Islam, hingga mampu menjebol benteng pertahanan yang di dalamnya terdapat komandan pasukan Islam Rasulullah saw. 

Melihat nyawa sang kekasih yang ada di hadapannya sedang terancam, Nasibah tak tinggal diam. Kecintaan yang mendalam terhadap sosok Rasulullah saw. menuntutnya untuk mengambil sebilah pedang dan menghadang musuh yang hendak menyerang dan membunuh Rasulullah saw.     
  
Tebasan pedang yang mendekati tubuh sang kekasih, ia hadang dan tahan dengan kemampuan berperang yang baru saja ia dapatkan.

Hingga akhirnya ia harus mengorbankan tebasan pedang musuh mengenai lehernya, serta meninggalkan luka yang membekas.

Melihat sayatan luka yang dalam, para sahabat mengingatkan kepadanya untuk menghentikan aksinya, namun benih cinta yang telah tumbuh dalam dirinya telah membutakan semuanya.

Ketika ditanya sebab luka tersebut, Nusaibah menceritakan kisah heroiknya ketika melindungi Rasulullah dalam sebuah riwayat yang ia tuangkan dalam susunan kata-kata: 

“Ketika para sahabat kocar-kacir dalam peperangan Uhud, aku memberanikan diri untuk menyibakkan pedang, dan melontarkan anak panah untuk melindungi Rasulullah dari serangan musuh. Ketika musuh Allah Ibnu Qami’ah berhasil merangsek masuk ke dalam pertahanan, hingga mendekati Rasulullah, aku pun berlari dan menghalangi langkah dan maksud buruknya. Dengan sekuat tenaga, aku melawannya. Namun, perlawananku tak membuahkan hasil karena dia memakai pelindung dan tameng di sekujur tubuhnya –hingga sabetan pedangnya pun mengenai leherku, dan meninggalkan gores luka yang sangat dalam.” (lihat Al-Ishabah, karya Al-Imam Ibnu Hajar)

Saksi mata kala itu memberikan pernyataan akan kegigihan dan pengorbanannya dalam melindungi Rasulullah, hingga diriwayatkan:

“Sungguh aku melihat Nusaibah kala itu berjibaku dalam menangkis serangan Ibnu Qamiah yang bermaksud membunuh Rasulullah. Hingga ia terkena sabetan pedang yang tepat mengenai lehernya. Sebanyak 13 bekas sabetan pedang di sekujur tubuhnya, dan tangan yang hampir putus ialah bukti ketulusan cintanya kepada Rasulullah.” (lihat ath-Thabaqat al-Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’ad)

Sang kekasih mengakui kegigihannya. Ketika Rasulullah ditanya kejadian perang Uhud, serta peran dari Nusaibah bint Ka’ab, beliau bersabda,

ما التفتّ يمينًا ولا شمالًا إلا رأيتها تقاتل دوني

“Tidaklah aku menoleh ke sisi kanan maupun kiri, melainkan aku melihat dia (Nusaibah) berperang untuk melindungiku.” (dinukil dari kitab Al-A’lam)

Kecintaan kepada Rasulullah yang telah menjalar dalam diri Nusaibah binti Ka’ab terbalas dengan pujian sang kekasih kepadanya dalam sabdanya:

لَمَقَامُ نسيبة بِنْتِ كَعْبٍ الْيَوْمَ خَيْرٌ مِنْ مَقَامِ فُلَانٍ وَفُلَانٍ

“Sungguh tingkat dan kedudukan Nusaibah binti Ka’ab hari ini (Perang Uhud), lebih mulia dari orang-orang tersebut (menunjuk para komandan perang dari kalangan laki-laki).” (dinukil dari kitab Al-Ishabah)

Cinta yang dibalas dengan cinta. Karena ketulusan cinta dari Nusaibah, sang Rasul pun membalas cintanya, yang diwujudkan dalam bentuk perhatian dan kegembiraanya atas keselamatan dari Nusaibah. Dalam sebuah riwayat dijelaskan:

“Pasca selesainya peperangan Uhud, dan kepulangan Rasulullah dari daerah Hamra’ al-Asad, ia tak bisa beristirahat dengan tenang sebelum mengutus salah seorang sahabatnya Abdullah bin Ka’ab–untuk mengecek kondisi Nusaibah. Hingga ia mendapat kepastian akan keselamatannya. Sambil ditemani rasa lega dan gembira atas keselamatan Nusaibah, ia pun beristirahat dengan tenang.” (lihat Al-Ishabah, karya al-Imam Ibnu Hajar)

Wallahu a’lam bis Showab

Referensi: 
– Al-Ishabah, karya Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.
– Al-A’lam, karya al-Imam Az-Zirikli.
– Ath-Thabaqat al-Kubra karya Al-Imam Ibnu Sa’ad.
– Usd Al-Ghabah, karya Al-Imam Ibnu Atsyir.

Mukalla, Hadramaut-Yaman
Kamis, 25 November 2021.

Kontributor

  • Muhammad Fahmi Salim

    Alumni S1 Univ. Imam Syafii, kota Mukalla, Hadramaut, Yaman. Sekarang aktif mengajar di Pesantren Nurul Ulum dan Pesantren Al-Quran As-Sa'idiyah di Malang, Jawa Timur. Penulis bisa dihubungi melalui IG: @muhammadfahmi_salim