Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Muhammad Ibn al-Hanafiyah: Putra Ali bin Abu Thalib yang Jarang Disorot

Avatar photo
34
×

Muhammad Ibn al-Hanafiyah: Putra Ali bin Abu Thalib yang Jarang Disorot

Share this article
Makam Muhammad Ibn al-Hanafiyah.
Makam Muhammad Ibn al-Hanafiyah.

Saat bersama Sayidah Fatimah, Imam Ali bin Abu Thalib memilih monogami. Barulah setelah istri kinasihnya itu wafat 6 bulan pasca wafatnya Rasulullah, Imam Ali menikah sampai belasan kali. Di antaranya berpoligami.

Kita hanya tahu bahwa putra putri Imam Ali hanya empat: Hasan, Husein, Zainab, dan Ummi Kulsum. Itu putra putri Ali dengan Fatimah. Adapun jumlah anak Imam Ali bin Abu Thalib sebenarnya ada kurang lebih 40-an dengan belasan pasangan. Sebagian sebagai istri dan sebagian lain adalah budak. Dan di antara yang paling cemerlang di antara mereka adalah Muhammad. Dikenal dengan Muhammad Ibn al-Hanafiyah.

Ibunya bernama Khaulah binti Ja’far. Tawanan perang yang meletus di Yamamah era Khalifah Abu Bakar yang dihadiahkan oleh khalifah untuk Ali. Perempuan berkulit hitam budak dari klan Hanafiyah dari negeri Yamamah. Meskipun bukan berasal dari Klan Hanafiyah, karena telah lama bersama mereka, nama belakangnya ada nisbat pada mereka sehingga disebut dengan Khaulah binti Ja’far al-Hanafiyah.

Tidak seperti umumnya orang yang hanya dinisbatkan pada ayahnya saja, dalam Sejarah Awal Islam, ada beberapa tokoh yang namanya dinisbatkan pada ayah dan ibunya sekaligus. Seperti nama tokoh munafik Madinah Abdullah bin Ubay (nama ayahnya) bin Salul (nama ibunya), Abdullah bin Malik (nama ayahnya) bin Buhainah (nama ibunya), Ismail bin Ibrahim (nama ayahnya) bin Ulayyah (nama ibunya), dan tentu saja Muhammad bin Ali Ibn al-Hanafiyah. Sebagaimana direkam oleh Imam Nawawi dalam Tahdzibul Asma’.

Satu-satunya putra Imam Ali yang bernama Muhammad dan berkuniyah Abul Qasim. Persis dengan Rasulullah Abul Qasim Muhammad. Secara fikih pengambilan kuniyah Abul Qasim untuk orang yang bernama Muhammad ini dilarang secara tegas. Apalagi masih generasi awal. Tapi khusus Muhammad bin Ali bin Abu Thalib ini dapat tiket khusus.

“Wahai Rasulullah, bagaimana kalau sepeninggalmu saya punya anak laki-laki dan kuberi nama Muhammad, juga saya sematkan kuniyah Abul Qasim padanya?”

Rasulullah mempersilahkan. Supaya orang-orang tahu kalau nama dan kuniyah anak laki-lakinya itu dapat restu khusus, ia mengatakan, “Itu rukhshah untuk saya.”

Ibnul Hanafiyah, demikian dikenalnya, banyak sekali meriwayatkan hadis lewat jalur ayahnya bahkan ia dengan penuh yakin pernah berujar, “Hasan dan Husein memang lebih baik dari saya, tapi saya lebih tahu hadis-hadis ayahku dari pada keduanya.” Bahkan tak jarang Ibnu Umar ketika ditanya oleh masyarakat, ia mengalihkan dan menyarankan untuk bertanya pada Ibnul Hanafiyah. Suatu ketika Ibnu Umar ditanya satu masalah, lalu ia meminta orang tersebut bertanya pada Ibnul Hanafiyah seraya berkata, “Nanti sampaikan kepadaku apa jawabannya.” Ketika mendapat solusi dari adik beda ibu dari Hasan dan Husain itu, Ibnu Umar berkata “Ahlu Bait yang cerdas!”

Meski ia bukan seorang dzuriyah Nabi, tapi sejumlah ulama menyebutnya dengan gelar syarif min ahil bait an-nabawi. Sebagaimana yang dilakukan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar. Di antara ulama keturunan Ibnul Hanafiyah yang terkenal adalah Imam Sya’rani shahibul mizan al-kubra. Memang bukan seorang keturunan Nabi, tapi ia seorang Hasyimi dan Quraisyi sebab anak dari Ali putra dari tokoh Quraisy ternama: Abu Thalib!

Kontributor

  • Alfan Khumaidi

    Alumni Blokagung yang kini berdomisili di Mesir. Meminati kajian keislaman dan aktif di PCI NU Mesir.