Dalam Marāqid Ahl al-Bayt fī al-Qāhirah, Muhammad Zakiyuddin Ibrahim memaparkan bahwa Sayyid Yahya adalah putra al-Qasim al-Ṭayyib bin Muhammad al-Ma’mun (yang masyhur juga dengan julukan al-Dībāj) bin Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib ra. Dengan demikian, sayyid Yahya adalah keturunan dari baginda Nabi saw. Dijuluki al-Shabīh (si mirip) sebab beliau mempunyai fisik wajah dan tubuh yang mirip dengan datuknya, baginda Nabi saw.
Ahmad bin Ṭālūn, seorang Jenderal Militer Abbasiyyah yang memerintah kawasan Mesir bahkan bertabarruk dan sangat hormat pada sayyid Yahya. Kala itu, sang Jenderal mendapat kabar bahwa ada seorang Ahlu Bayt baginda Nabi saw. yang sangat mirip fisik dan akhlaknya tinggal di Hijaz. Maka ia pun mengundang Ahlu Bayt tersebut beserta keluarganya untuk dapat hadir dan menetap di Mesir. Berbagai rayuan digunakan oleh Ahmad bin Ṭālūn hingga sayyid Yahya berkenan datang ke Mesir dengan ditemani sang Ayah.
Perilakunya ini membuat hati penduduk Mesir -yang memang pecinta Ahli Bayt- hormat pada Jenderal Militer ini sehingga ia dapat berkuasa di Mesir tanpa ada gangguan internal. Kedatangan sayyid Yahya Shabīh dan keluarganya di Mesir ini disambut dengan meriah dan suka cita. Tercatat dalam buku sejarah tentang perayaan kedatangan sayyid Yahya al-Shabīh dan segenap keluarga Ahlu Bayt ini selama berhari-hari. Bahkan konon Ahmad bin Ṭālūn mengerahkan semua pasukan berkudanya untuk berbaju hijau dalam rangka penghormatan menyambut kedatangan sayyid Yahya al-Shabīh.
Diceritakan bahwa pada peristiwa kedatangan sayyid Yahya di Mesir, ada seorang Yahudi bernama Abu Israil yang sudah kehilangan penglihatan mata (buta). Abu Israil berkata pada putrinya: “antar saya (ikut menyambut), nanti jika kamu lihat dia (sayyid Yahya) datang lewat depan saya, kabari”. Maka saat sayyid Yahya dan rombongan keluarga beliau lewat, si putri Abu Israil mengabari sang Ayah, saat itu juga Abu Israil bergumam:
اللهم إن كان هذا شبيها بنبيك في شيء من خلقه وهو على الحق ، فاردد على بصري
“Wahai Tuhan, jika memang dia itu mirip dengan NabiMu dalam suatu fisiknya maka dia memang benar, maka kembalikan penglihatanku.”
Belum sampai dia bergumam selesai, penglihatan si Yahudi tersebut sudah pulih hingga dia ikut bersuka cita atas kedatangan sayyid Yahya di Mesir dan akhirnya dia pun masuk Islam.
Ibnu Ziyad dan al-Sakhawi bercerita, dari Lisan bin Dzikir, “Saya berziarah ke makam sayyid Yahya al-Shabīh tanpa hormat, saya melihat sebuah cahaya muncul dari makam dan saya mendengar ayat:
إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا
Dari cerita ini Ibnu Ziyad berkata bahwa jika kita menziarahi pekuburan yang di situ ada makam Ahlu Bayt maka wajib membaca ayat di atas. Perilaku demikian ini dapat menjadi sebab terkabulnya doa.
Dalam Tuḥfat al-Aḥbāb wa Bughyat al-Ṭullāb diceritakan bahwa sayyid Yahya tidak hanya mirip secara fisik, bahkan akhlak dan sifat-sifat kemanusiaannya juga mirip dengan baginda Nabi saw. Kealiman sayyid Yahya juga masyhur sehingga banyak masyarakat Mesir kala itu bertabarruk pada beliau.
Sayyid Yahya juga mempunyai tanda lahir di pundak seperti tanda kenabian yang dimiliki oleh datuknya, baginda Nabi saw. Kala itu, jika orang-orang masuk kamar mandi umum bersama beliau dan melihat tanda lahir itu maka otomatis mereka akan tergerak lidah dan hatinya bershalawat pada baginda Nabi saw. Rasa rindu dan cinta pada baginda Nabi saw. senantiasa meluap kala melihat tanda lahir yang dipunyai oleh sayyid Yahya al-Shabīh.
Banyaknya orang yang berdatangan ke kediaman sayyid Yahya al-Shabīh tidak hanya ingin bertabarruk namun masyhur kala itu bahwa kediaman sang Ahli Bayt ini adalah tempat yang mustajab, banyak doa dan hajat pasca dipanjatkan di kediaman beliau terkabul.
Sayyid Yahya al-Shabīh wafat pada 28 Rajab 263 H./876 M. Makam beliau dekat dengan makam Imam Syafi’i ra. Di sekitar makam sayyid Yahya adalah makam-makam para Ahlu Bayt, seperti saudara lelaki sayyid Yahya yang bernama Abdullah bin al-Qasim al-Ṭayyib, juga saudarinya yaitu sayyidah Zainab binti al-Qasim al-Ṭayyib. Ada juga sayyidah Aminah binti Musa al-Kazim, sayyid al-Anwar (saudaranya sayyidah Nafisah qs.) dan lain sebagainya, Raḍiya Allāhu ‘anhum wa Qaddasa Allāhu asrārahum.
اللهم صلّ على خير الأنام، صلاة تفتح لنا باب رؤيته في اليقظة والمنام، وعلى أله وبارك وسلم