Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Muhammad Abduh, Ulama Pembaharu Pendidikan Asal Mesir

Avatar photo
60
×

Muhammad Abduh, Ulama Pembaharu Pendidikan Asal Mesir

Share this article

Islam adalah agama
rasional yang menjadi basis kehidupan modern. –Muhammad Abduh.

***

Pelopor pembaharu Islam, sebuah gelar
yang pantas disandang oleh sosok se
kaliber Muhammad Abduh. Ia juga dikatakan
sebagai penerus gurunya Jamaluddin al-Afghani
. Guru-murid itu mempunyai kesamaan
sifat
: mendukung gagasan
pembaharuan dalam Islam.

Bila ada
perbedaan
mendasar dari
keduanya
, maka itu urusan taktis.
Jamaluddin al-Afghani sosok revolusioner, sedangkan Muhammad Abduh lebih mendukung
pembaharuan yang berangsur-angsur, dan
memfokuskan pembaharuan dalam aspek pendidikan.

Nama asli Muhammad Abduh adalah
Muhammad bin Hasan bin Hasan bin Khairullah. Ia lahir pada tahun 1849 M, di
desa Mahallat Nasr
Provinsi al-Buhaira,
Mesir. Muhammad Abduh lahir dari pasangan Abduh bin Khoirullah, seorang petani
miskin dari Mahallat Nasr dan Junainah binti Uthman al-Kabir seorang janda dari
keturunan terpandang di Tantha.

Muhammad Abduh kecil memulai pendidikan pertama di rumah bersama
dengan ayah dan ibunya
. Ia
belajar membaca dan menulis. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan cepat
memfilter berbagai ilmu
. Tidak
heran jika pada usia 10 tahun
, ia
telah menyelesaikan hafalan Qur’an dalam kurun waktu 2 bulan.
Tepat di usia 13 tahun
,
ia dikirim ke Tantha untuk belajar agama
di Masjid Ahmadi. Masjid yang kedudukannya nomor dua setelah
Masjid al-Azhar, dengan sistem
pendidikan membaca dan menghafalkan
namun tidak memberi sarana untuk memahami.

Karena merasa tidak puas dengan sistem
pembelajaran yang demikian rupa,
Muhammad Abduh remaja bertekad untuk tidak melanjutkan
perjalanan akademisnya.
Pada
usia 16 tahun
,
dia memutuskan untuk menikah
dengan gadis pilihannya, dan memulai kehidupan berpetani di
daerah asalnya.

Singkat cerita, Syekh Darwis, paman Muhammad Abduh datang padanya
u
ntuk meminta dia kembali melanjutkan
pendidikannya.
Setelah
lulus pada tahun 1866
, dia
meninggalkan keluarga dan istrinya untuk
berangkat ke Kairo guna melanjutkan pendidikan
di al-Azhar. Harapannya yang besar untuk belajar kembali patah, ketika dia
menghadapi bahwa sistem pembelajaran al-Azhar tidak sesuai dengan harapannya.

Hingga
akhirnya pada
tahun 1869, Abduh menemui Jamaluddin
al-Afghani seorang mujahid

kelahiran Iran
guna belajar bersamanya. Melalui sosok
Jamaluddin, Muhammad Abduh merasa puas dengan didikan
sang guru, karena
sistem pembelajaran yang tidak didap
atkan dari al-Azhar dan Tanta, dia peroleh darinya. Seperti pengetahuan-filsafat,
matematika, teologi
dan
lain sebagainya. Tapi yang menjadi titik fokusnya adalah
teologi.

Berbicara mengenai pembaharuan, Mesir
pada masa
Muhammad Abduh
sedang gencar-gencarnya tertarik pada ilmu sains, yang diusung oleh Napoleon
Bonaparte, seorang penjajah
dari Perancis. Berkat jajah
annya,
bangsa Mesir membuka mata bahwa selama ini sistem pendidikan mereka dalam masa
ketertinggalan
yang
mengharuskan untuk
diperbaiki.
Guna mendukung
pembelajaran ilmu sains
,
Napoleon membentuk lemb
aga ilmiah “Institut d’Egypte”. Dari
situlah gairah intelektual
sarjana-sarjana
Mesir mulai hidup, Muhammad
Abduh salah satunya.

Menurut Muhammad Abduh, sistem
pendidikan di Mesir terbelakang karena sistem doktrinasi yang ada pada
lembaga-lembaga pendidikannya, semisal menghafal suatu diskursus ilmu tanpa ada
pengkajian dan telaah pemahaman lebih lanjut. Sistem pendidikan seperti itu pula
yan
g menggambarkan
kemandegan dalam kebebasan intelektual, di mana para siswa hanya menerima
pemahaman dari seorang guru tanpa dia mengemukakan pendapatnya.
Hal ini membuat
kesalahpahaman dalam memahami suatu ilmu.
Muhammad Abduh memberi dukungan untuk pelajar
yang kritis dan tanggap
, sebuah
metode

yang diadopsi dari sistem pendidikan Perancis.

Akan tetapi, kebanyakan masyakat muslim pada
abad
modern menentang ilmu
pengetahuan yang diusung dari Barat, seperti filsafat. Hal tersebut berbeda dalam
pandangan Muhammad Abduh. Ia melihat bahwa dasar-dasar kemajuan Barat terletak
pada ilmu pengetahuannya.
Ia berpendapat
bahwa
umat Islam harus pula
mengetahui
sains
dan filsafat guna kemajuan agama.

Muhammad Abduh
mengusulkan ilmu seperti filsafat masuk ke
dalam kurikulum madrasah. Akan tetapi, usulannya itu tidak serta-merta
mendapat dukungan dari beberapa pihak. Seiring lambat laun pemikiran tersebut
disetujui oleh masyarakat. Sekolah-sekolah modern didirikan di samping
madrasah-madrasah, seperti didirikannya sekolah teknik pada 1816, sekolah
kedokteran pada tahun 1838, disusul sekolah apoteker, pertambangan dan lainnya.

Pembaharuan
dalam aspek pendidikan diharapkan
menjadi batu loncatan untuk mendukung
pembebasan dari
kungkungan tradisi
dan penafsiran-penafsiran agama yang kolot. Seperti agama Islam dibatasi pada
uru
san pengabdian umat
kepada Tuhannya,
padahal
esensinya
mencakup seluruh aspek kehidupan
sosial masyarakat, seperti pendidikan, perdagangan, dan
lain sebagainya. 

Kebanyakan masyarakat
Islam pada masa itu terkekang oleh tradisi agama
nya sendiri. Mereka beranggapan bahwa agama itu absolut
dan tidak boleh berubah. Tidak mengherankan jikalau masyarakat pada masa itu
statis. Peran Muhammad Abduh dalam pembaharuan seperti membangunkan masyarakat dari
tidur lelapnya.
Mendobrak
tradisi Islam bukan berarti
serta-merta
mengganti
tradisi yang sudah ada, akan tetapi
bergerak menuju kemajuan Islam untuk umat.  

Pada akhirnya semua makhluk akan
kembali Tuhannya.
Muhammad Abduh mengakhiri perjalanan
hidupnya pada 11 Juli 1905
. Selama
55 tahun
dia mendedikasikan dirinya
untuk masyarakat. Upacara penghormatan terakhir dilakukan secara resmi oleh
pemerintah Mesir
. Sebagai
Mufti
Agung dan tokoh besar memang sudah
sepatutnya dikenang jasanya. Dengan kereta api istimewa, jenazahnya dibawa ke
Kairo untuk dishalatkan di Masjid al-Azhar.
Jasadnya diistirahatkan di kompleks pemakaman yang terletak di Jalan Salah Salem, dekat
dengan kantor Darul Ifta Mesir dan Universitas al-Azhar.
 

Kontributor

  • Lum’atul Badril Hidayah

    Penulis di waktu senggang, alumni Madrasah Raudlatul Ulum Pati dan sedang menempuh pendidikan di Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo Mesir.