Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Ahmed Raza Khan Barelvi, Pecinta Nabi yang Dibenci Wahabi

Avatar photo
49
×

Ahmed Raza Khan Barelvi, Pecinta Nabi yang Dibenci Wahabi

Share this article

Imam Ahmed Raza Khan Barelvi, atau yang dikenal sebagai “Ala-Hazrat” adalah seorang cendekiawan, teolog, dan pakar hukum Islam sekaligus reformis sosial India.

Tidak ada ilmu melainkan telah beliau kuasai secara mendalam, mulai dari tafsir, hadits, ilmu linguistik, tasawuf, sejarah hingga logika. Selain sebagai ahli fiqih madzhab Hanafi terkemuka di zaman modern, Ahmed Raza Khan Barelvi juga menguasai ilmu alam, matematika, arsitektur, astronomi dan filsafat.

Para ilmuwan bahkan sampai berdecak kagum oleh pengetahuannya. Beliau pintar banyak bahasa dan menulis syair dalam tiga bahasa: Arab, Persia dan Urdu.

Penyair besar India Muhammad Iqbal pernah berkata, “Semenanjung India dari ujung utara sampai ujung selatan, dari tepi timur sampai tepi barat, belum lagi melahirkan orang yang menyerupai Ahmad Raza Khan dalam kecerdasannya. Zaman tidak bermurah hati memberi seseorang yang sepadan mendekati kepintarannya.”

Selain teladan dan karya, Imam Ahmad Raza Khan juga meninggalkan warisan yang tak ternilai, yaitu gerakan Barelviyah (atau Barelwiyah) yang berfokus pada pengabdian penuh kepada Nabi Muhammad. Kelompok ini adalah golongan ahlus sunnah di India. Penisbatan nama Barelviyah merujuk pada kota Barelvi—tempat beliau tinggal, wafat dan disemayamkan.

Baca juga: Khalifah Al-Mutawakkil dan Wanita yang Mengaku Cucu Nabi

Tumbuh di lingkungan kental agama, Raza Khan kecil sudah rajin mengaji sejak usia belia. Konon dia mampu menghafal seluruh al-Qur’an dalam jangka waktu satu bulan saja. Hal yang di luar nalar dan tidak mungkin terjadi tanpa karunia ilahi.

Sejak awal, beliau tidak menuntut ilmu demi mengejar dunia atau untuk mengenyangkan hasrat nafsu. Beliau mencari dan menyebarluaskan ilmu serta mengarang banyak buku semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya.

Tiga Tujuan Pokok

Sebagai pemimpin umat yang mengemban cita-cita besar Islam,  beliau mempersembahkan hidupnya untuk mempertahankan agama dan manhaj sunnah Nabi. Dalam perjuangannya, beliau juga menerima apa yang dahulu dialami oleh para nabi dan waliyullah. Berbagai macam penganiayaan dan fitnah terus memburunya baik di masa hidupnya maupun setelah tinggal.

Ada tiga tujuan pokok yang ia pegang teguh selama berjuang dan mensyiarkan cita-cita Islam.

Pertama: Tujuan nomor satu, paling utama, paling tinggi dan paling berharga adalah menjaga kehormatan Rasulullah Saw. dari kelancangan mulut setiap orang wahabi yang mengeluarkan kata-kata hina.

Kedua: Mengalahkan orang-orang yang gemar berbuat bid’ah dari golongan yang suka mengatasnamakan agama. Tidak lain mereka adalah gerombolan yang gemar berbuat kerusakan dan onar.

Ketiga: Mengeluarkan fatwa dengan sekuat tenaga berdasarkan madzhab Hanafi.

Lantaran niat mulia dan keikhlasan dalam beramal, ketiga tujuan tersebut purna dicapai berkat kemuarahan Allah Swt. yang melimpah di diri Imam Ahmad Raza Khan.

Besar Cinta kepada Nabi Muhammad Saw

Imam Ahmed Raza Khan bukanlah seorang pecinta Nabi biasa. Semua orang di Semenanjung India mengenal betul kesungguhan cinta ini. Beliau menjadikan syiar dan mencurahkan sepanjang hidupnya hanya untuk memperkenalkan keagungan Nabi besar Muhammad Saw.

Bukti cinta ini bisa kita lihat di berbagai macam buku dan syair-syairnya, makna yang terkandung  begitu menggelora, bagaikan ruh yang bergerak di dalam tubuh. Apabila sudah mulai berbicara tentang Nabi Muhammad Saw. beliau enggan mengakhirinya. Sampai diceritakan bahwa beliau pernah menyampaikan ceramah tentang Surat adh-Dhuha di kota Budaun. Karena surat ini menuturkan tentang Nabi Muhammad Saw., beliau hampir berceramah selama 6 jam tanpa jeda.

Kata-katanya tidak pernah lepas dari nama Rasulullah Saw. Beliau berpesan, “Sebutlah Rasulullah dalam setiap ucapan dan pembicaraan! Sebutlah namanya pagi dan sore!”

Kecintaannya pada baginda Rasulullah bagaikan mata air yang bening. Tidak dikeruhi kotoran. Dan tetap jernih hingga beliau dipanggil oleh Allah Swt. Setiap kali bulan kelahiran Nabi datang, beliau menyambutnya dengan penuh penghormatan dan perasaan haru bahagia.

Wasiat Terakhir

Ketika sedang menghadapi sakaratul maut, Imam Ahmad Raza Khan Barelvi menasehati orang-orang yang berada di sekitarnya:

“Jauhilah setiap orang yang kalian temukan di diri mereka sedikit saja penghinaan atas Rasulullah dan kedudukan beliau atau sedikit saja peremehan terhadap syariat dan hukum Allah, semulia apapun orang itu bahkan seandainya ia adalah syeikh yang dihormati! Buanglah orang seperti itu dari hati kalian seperti kalian membuang lalat dari susu.”

Beliau mewanti-wanti kita dari golongan ahli bid’ah agar tidak tertipu pada nama-nama besar dan gelar-gelar yang mereka agungkan, sehingga kita bisa selamat dari  kebatilan yang berujung pada celaka.

Beliau mengarang ratusan buku dan makalah dalam rangka merespon dan membongkar kesesatan aliran Bahaiyah, Qadiyaniyah dan paham naturalisme. Namun yang paling berbahaya menurutnya adalah bid’ah wahabi, yang sudah tersebar luas hingga mendirikan sekolah, universitas dan jamaah besar seperti sekolah Nadwatul Ulama dan Deoband, yang belakangan menjadi cikal bakal Jama’ah Tabligh.

Baca juga: Ketika Khalifah Al-Makmun Dibuat Ketawa oleh Nabi Palsu

Syekh Muhammad Ahmad al-Mishbahi dalam kitabnya yang berjudul Hudûts al-Fitan Wa Jihâd A’yân as-Sunan, meringkas karakter jernih dan bening Sang Imam Barelvi yang tidak terkotori oleh kerakusan dunia dan hawa nafsu.

Beliau menulis:

Imam Ahmed Raza Khan Barelvi tidak memperbolehkan para ulama mencari muka dalam perkara agama dan berdamai dengan orang-orang batil kecuali apabila mereka menghindari kebatilan dan kembali ke jalan kebenaran.

Beliau membantah ajaran-ajaran Kristen, Hindu, aliran Rafidhah, Qadiyaniyah, Wahabi, deobandisme, Nadawiyah, Nayasyirah dan aliran lainnya. Beliau amat keras mengecam setiap keharaman, kemungkaran, dan perilaku buruk yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Banyak buku karangannya penuh dengan respon atas praktik bid’ah dan kemungkaran baik yang sedang menjamur atau sudah muncul sebelumnya.

Ketika sudah tidak bisa lagi menyanggah bantahan beliau dengan bukti dan argumen rasional, para pelaku bid’ah mulai melancarkan kebohongan dan berita palsu. Mereka menyebutkan bahwa beliau menyamakan Rasulullah Saw. dengan Allah Swt., memperbolehkan sujud di hadapan orang-orang shaleh dan di depan kubur mereka dan bahwa beliau menentang segala gerakan pembaharuan.

Mereka menyebut golongan ahlu sunnah sebagai “Barelviyah” supaya orang yang tidak mengerti duduk persoalan menjadi salah paham lalu mengira bahwa Barelviyah ini adalah sekte baru Islam. Padahal sebenarnya, Imam Ahmed Raza Khan Barelvi tidak melenceng setapak pun dari jalan para sahabat, tabi’in dan ulama sesudahnya. Beliau tidak pernah keluar sejengkal pun dari tuntunan agama Islam dan madzhab Hanafi. Akan tetapi pihak-pihak yang menebar kebatilan memakai senjata kebohongan dan mengarang kabar bohong tentang beliau. Semua karya Sang Imam adalah saksi nyata atas kebohongan serangan fitnah mereka. Siapa saja yang merujuk ke sana, akan melihat bahwa sosok beliau bersih dari segala tuduhan palsu dan justru akan memperoleh banyak faidah, manfaat dan ilmu pengetahuan.

Kontributor