Allah SWT memuliakan hamba-hamba yang Ia kehendaki. Allah membuat perbedaan keunggulan antara ras berdasarkan garis keturunan (nasab).
Ras Arab lebih utama dari Ajam (non-Arab). Suku Quraisy yang berbangsa Arab lebih utama dari suku-suku lain di bangsa Arab maupun Ajam.
Tetapi dalam skala individu, Allah menjadikan takwa sebagai perbedaan dalam keutamaan di antara mereka. Sebagaimana firman–Nya:
إن اكرمكم عند الله أتقاقم
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.”
Maka sahabat Shuhaib Ar-Rumi, Salman Al–Farisi, dan Bilal Al–Habsi lebih utama dari setiap ahlul bait yang tidak termasuk sahabat.
Tetapi dalam keutamaan yang disandang bukan hanya kemuliaan yang didapat. Di situ juga ada beban tanggungan yang harus dipikul.
Seperti contoh orang yang Allah muliakan dengan ilmunya. Sebagaimana FirmanNya:
هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Ayat ini menegaskan keutamaan orang yang berilmu, tetapi di balik itu ada tanggungan yang harus di pikul oleh orang yang berilmu. Mereka akan disiksa lebih berat dan berlipat, ketika mereka tidak mengamalkan ilmunya.
Dalam contoh lain ada juga orang-orang yang Allah muliakan dengan nasabnya yang mulia, sebagaimana kemuliaan para istri Rasulullah daripada setiap wanita wanita muslim.
Sebagaimana firman–Nya:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ
“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.”
Tetapi di balik kemuliaan yang Allah anugerahkan, dalam firman lain, Allah mengancam akan melipat gandakan siksa kepada para istri Rasulullah jika mereka bermaksiat.
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ مَن يَأْتِ مِنكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا
“Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.”
Pepatah mengungkapkan, “Orang yang terlambat dalam amal kebaikan, tidak bisa mempercepat nasabnya.”
Dari semua itu kita mengetahui bahwa dalam keunggulan dan keutamaan ada kemuliaan dan tanggungan. Barang siapa yang menyimpang dari tanggungannya maka tidak akan bertambah dalam kemuliaannya kecuali siksaan.
Tetapi kita tetap harus menghormati orang yang telah Allah muliakan walaupun ia menyimpang dari tanggungan atau sebagiannya.
Ini sebagai bentuk memuliakan orang yang telah Allah dan Rasul-Nya muliakan. Tetapi menghormati di sini tidak lantas membuatnya mesti harus selalu didahulukan dalam jabatan atau kepemimpinan. Karena berbeda ranah dan hal seperti jabatan dan kepemimpinan harus diserahkan kepada mereka yang ahli dan yang lebih maslahat untuk agama dan kehidupan.