Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Akhlak Nabi Muhammad SAW terhadap Anak Yatim

Avatar photo
33
×

Akhlak Nabi Muhammad SAW terhadap Anak Yatim

Share this article

Bukan kebetulan bila Nabi Muhammad SAW terlahir sebagai anak yatim. Ayahnya, Abdullah, meninggal dunia saat beliau berusia dua bulan dalam kandungan sang ibunda. Kesedihannya kian bertambah disusul dengan wafatnya sang ibunda.

Aminah binti Wahb meninggal dunia di Al-Abwa’, sebuah kawasan yang berada di antara Mekkah dan Madinah. Saat itu usia Nabi Muhammad SAW baru beranjak enam tahun. Sehingga kepengasuhan diambil alih oleh sang kakek, Abdul Mutthallib.

Jika kita hendak menekuni masa-masa awal kehidupan Nabi, beliau jauh dari didikan ayahnya, pun terhalang dari kasih sayang ibunya. Beliau tumbuh tanpa orang-orang yang memanjakannya dan jauh dari keberlimpahan harta. Hal inilah yang menyebabkan beliau begitu memperhatikan anak yatim dan memuliakannya.

Baca juga: Imam As-Suyuthi, Anak Yatim Piatu yang Jadi Ulama Tersohor

Imam Ibnu Hajar mendefiniskan yatim dalam kitab Tuhfatul Muhtaj:

اليتيم (صغير) لم يبلغ بسن، أو احتلام لخبر {لا يتم بعد احتلام حسنه} المصنف وضعفه غيره (لا أب له) وإن كان له جد.

“Yatim ialah seorang anak kecil yang belum baligh atau belum bermimpi, sebagaimana khabar (tidak disebut yatim apabila sudah bermimpi/ baligh), pun ia tidak memiliki ayah meski masih memiliki kakek.”

Anjuran Menyayangi Anak Yatim

Nabi Muhammad SAW merupakan suri teladan. Beliau mengajarkan bagaimana sikap yang semestinya dilakukan terhadap anak yatim. Dalam riwayat Abu Umamah disebutkan, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ مَسَحَ على رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلاَّ لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ، وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِى الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ، وَفَرَّقَ بَيْنَ أُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى.

Artinya, “Barang siapa mengusap kepala anak yatim dengan niat karena mencari keridhaan Allah swt, maka baginya sepuluh kebaikan dari setiap helai rambut yang diusapnya. Dan barang siapa yang berperilaku baik terhadap anak yatim (baik itu laki-laki mau pun perempuan) yang dimilikinya, maka kelak Aku (Rasulullah SAW) dan dia (pengasuh anak yatim) di surga seperti dua jari ini, (lalu Nabi mengisyaratkan dengan merenggangkan kedua jari telunjuk dan jari tengah).”

Berdasarkan riwayat di atas, terpampang jelas bahwa Nabi Muhammad SAW menuntun umatnya untuk memuliakan anak yatim. Beliau memberikan arahan dan segenap pelajaran agar senantiasa berinteraksi dengan baik terhadap mereka. Bahkan, Nabi menjanjikan surga bagi siapa saja yang mampu berlaku hal tersebut.

Selain itu, Nabi juga menjadikan berperilaku baik terhadap anak yatim sebagai obat dari kotornya hati. Sebab, hati yang paling jauh dari Allah swt ialah hati yang kotor.

Abu Darda’ menyebutkan, pernah suatu ketika sahabat menghampiri Rasulullah SAW dan mengadukan perihal dirinya yang merasa jauh dari Allah swt, lantas Rasullullah bertanya,

أتحب أن يلين قلبك؟ قال: نعم، قال: فأدن اليتيم إليك، وامسح برأسه، وأطعمه من طعامك فإن ذلك يلين قلبك، وتقدر على حاجتك.

“Apakah engkau ingin menjadikan hatimu lembut?” Tanya Nabi.

“Iya, Aku mengingikannya wahai Rasulullah.” Jawabnya.

Lalu Nabi bersabda, “Jika begitu, rawatlah anak yatim, usaplah kepalanya, berikanlah ia makan dari makananmu, karena sesungguhnya hal itu mampu melembutkan hatimu, dan memenuhi hajat yang menjadi keinginanmu.”

Pada masa ke-Nabian, beliau memuji wanita-wanita Quraisy, yang sukarela merawat dan mengasuh anak yatim. Bahkan, beliau menyatakan, sebaik-baiknya wanita adalah wanita Quraisy, yang merawat anak yatim di saat kecil, dan menikahkannya setelah beranjak dewasa.

Kisah lain, selepas Sayyidina Ja’far bin Abdul Mutthallib wafat, Nabi Muhammad SAW mengambil alih kepengasuhan anak-anaknya. Mengetahui istri Sayyidinai Ja’far mengkhawatirkan kebutuhan mereka, sontak Nabi berkata,

العيلة (يعني الفقر والحاجة) تخافين عليهم وأنا وليهم في الدنيا والآخرة. (رواه أحمد)

Artinya, “Mayoritas keluarga takut terkait kefakiran yang akan menimpa mereka, dan akulah yang akan menjadi wali mereka di dunia dan di akhirat.” (HR. Ahmad)

Akhlak Nabi terhadap Anak Yatim

Di antara akhlak-ahlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam memperilakukan anak yatim ialah:

  • Berinteraksi baik dengan mereka sebagaimana berinteraksi dengan anaknya sendiri.
  • Memberikan nafkah dan memenuhi kebutuhannya.
  • Memberikan pendidikan yang layak, serta mengajarkan adab.
  • Mengawasi pergaulan mereka dan memberi petuah nasihat.
  • Menikahkan mereka bila sudah beranjak dewasa.
  • Tidak melukai perasaannya, meski ia berbuat kesalahan ingatkanlah dengan cara yang baik.
  • Tidak mengingatkan mereka terhadap orang tuanya wafat.
  • Tidak menjadikan dirinya seolah-olah sebagai seorang yatim.

Dengan demikian, penjabaran riwayat-riwayat di atas merupakan penggambaran yang jelas mengenai sisi ahlak Rasulullah SAW terhadap anak yatim. Beliau menempatkan anak yatim pada kedudukan mulia. Begitu pun dengan orang yang memuliakannya. Wallahu A’lam bis Showab.

Referensi:

  • Ghoyatul Maqshad fi Zawaid Al-Musnad, karya Syaikh Ali bin Abu Bakar bin Sulaiman Al-Hastimi.
  • Hakadza  Ta’amala An-Nabiyyu, karya Syaikh Ahmad Abdu Malik Ahmad Hizabr Al-Iwadhi.
  • Mushannaf Abdur Razzaq, karya Syaikh Abdur Razzaq bin Hamam Al-Yamani As-Shan’ani.
  • Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj, karya Imam Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitami.

Kontributor

  • Faisal Zikri

    Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.