Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Alasan Allah bersumpah dengan waktu dhuha dan malam dalam surat ad-Dhuha

Avatar photo
58
×

Alasan Allah bersumpah dengan waktu dhuha dan malam dalam surat ad-Dhuha

Share this article

Surat Ad-Dhuha adalah surat nomor urut 93 dari 114 surat Al-Qur’an, terdiri dari 11 ayat dan termasuk surat Makkiyah.

Secara garis besar surat Ad-Dhuha, seperti yang dijelaskan oleh Syekh Muhammad Ali Al-Shabuni dalam Safwat at-Tafasir, Juz 3 hal 571 berisi 4 hal:

Pertama, sumpah Allah atas waktu Dhuha dan malam atas keluhuran derajat Nabi Saw. Allah tidak meninggalkan ataupun membenci Nabi Muhammad Saw seperti anggapan kaum musyrikin saat itu bahwa Allah telah meninggalkan Nabi Muhammad dengan tidak menurunkan wahyu selama beberapa hari.

Kedua, bisyarah (kabar gembira) atas kedudukan Nabi dengan diantaranya pemberian yang agung (syafaat agung di akhirat). “Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya, sehingga engkau menjadi puas.” Ad-Dhuha: (93:5).

Ketiga, menjelaskan keadaan Nabi saat kecil dan anugerah Allah kepada Nabi.

Keempat, diakhiri dengan  wasiat yang berisi 3 hal: lemah lembut terhadap anak yatim, welas asih terhadap yang membutuhkan dan membantunya serta perintah untuk “tahaddust”, mengabarkan anugerah kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah.

Asbab Nuzul Surat adh-Dhuha

Berbicara terkait sebab turunnya surat Ad-Dhuha, Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Juz 8 hal 424 dengan antara lain mengutip riwayat Imam Ahmad menjelaskan bahwa sebab turunnya surat adh-Dhuha ialah karena lambat turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad Saw selama satu atau dua hari. Hal tersebut menimbulkan reaksi dari orang kafir.

Mereka mengira Allah telah meninggalkan dan membenci Nabi sehingga tidak menurunkan wahyu lagi kepada Nabi.

Seorang perempuan dari mereka berkata, “Wahai Muhammad, kami mengira Tuhanmu telah meninggalkanmu.” Kemudian turunlah surat Ad-Dhuha yang membela Nabi Muhammad Saw.

Baca juga: Karena Membaca Al-Quran di Kuburan, Kau Tuduh Aku Yahudi?

Lebih lanjut, Syekh Fakhruddin ar-Razi dalam kitabnya Mafatih Al-Ghaib Juz 31 hal 209 menjelaskan hikmah mengapa dalam surat Ad-Dhuha Allah hanya bersumpah dengan waktu duha dan malam sebagai berikut:

Pertama, dengan surat Ad-Dhuha seakan Allah menjelaskan risalah atau wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad Saw  itu tidak sekehendak Nabi Muhammad, melainkan melihat maslahat yang ada dan bukan karena Allah meninggalkan Nabi.

Allah menjelaskannya dengan membuat perumpamaan waktu dhuha (siang) dan malam yang mungkin sekali terjadi adanya perbedaan waktu antara keduanya. Dengan terkadang waktu siang lebih panjang ataupun sebaliknya, malam lebih panjang dari siang. Melainkan perbedaan tersebut karena hikmah yang ada di dalamnya.

Kedua, setelah adanya perintah Allah “al-Bayyinah ‘ala al-Mudda’i wa al-Yaminu ‘ala man ankara”, saksi berada pada pendakwa sedangkan sumpah ada pada orang yang mengingkarinya. Dalam hal ini orang-orang kafir mendakwa (menuduh) bahwa Nabi telah ditinggalkan oleh Allah. Nabi Muhammad sebagai “man ankara”, kemudian melayangkan kepada mereka untuk mendatangkan hujjah dan mereka tidak mampu. Maka kemudian lazim bagi Nabi bersumpah bahwa Allah tidak meninggalkan maupun membencinya.

Baca juga: Hukum Membaca Al-Qur’an Tanpa Berwudhu dan Lewat Aplikasi

Ketiga, seakan-akan Allah mengatakan kepada kita untuk melihat waktu malam yang bersisian dengan siang di mana keduanya seakan tidak mengalah satu sama lain. Terkadang malam mengalahkan siang (dengan lebih panjang waktunya) juga sebaliknya, siang terkadang mengalahkan malam. Dengan demikian bagaimana mungkin manusia menginginkan selamat dari (perbuatan) manusia lainnya.

Demikian kemungkinan alasan Allah bersumpah dengan waktu duha dan malam dalam surat Ad-Dhuha. Wallahu a’lam.

Referensi:

1. Fakhruddin ar-Razi, Mafatih Al-Ghaib Juz 31, 1981, Beirut: Daar Al-Fikr.

2. Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim Juz 8, 1999 Riyadh: Daar Thayyibah.

3. Muhammad Ali al-Shabuni, Safwat At-Tafasir Juz 3, 1981, Beirut: Daar Al-Qur’an Al-Karim.

Kontributor

  • Alwi Jamalulel Ubab

    Alumni Khas Kempek, Cirebon. Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.