Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Andai Hubungan Umara dan Ulama Bagai Al-Mahdi dan Sufyan Ats-Tsauri

Avatar photo
25
×

Andai Hubungan Umara dan Ulama Bagai Al-Mahdi dan Sufyan Ats-Tsauri

Share this article

Ketika Khalifah al-Mahdi selesai menunaikan ibadah haji, dia berkata, “Datangkan Sufyan menghadapku kemari!” Para petugas kemudian menugaskan pengintai di sekitar rumahnya. Malam harinya, Sufyan Ats-Tsauri ditangkap dan dibawa pergi oleh mereka.

Tatkala Sufyan Ats-Tsauri sudah berada di hadapan Khalifah al-Mahdi, dia mendekat kepadanya seraya berkata, “Mengapa kamu tidak mendatangi kami sehingga kami bisa meminta nasehat darimu dalam urusan kami? Apapun yang kamu perintahkan kepada kami, tentu bakal kami lakukan. Dan apapun juga yang kamu larang, niscaya akan kami tinggalkan.”

Langsung saja, Sufyan bertanya, “Berapa biaya yang engkau habiskan selama perjalanan haji ini?”

“Aku tidak tahu,” Kata al-Mahdi, “Aku sudah punya bendahara dan pegawai yang menangani urusan ini.”

Sufyan bertanya lagi, “Kalau begitu, apa alasanmu kelak ketika engkau berdiri di hadapan Allah kemudian Dia menanyakan hal ini kepadamu? Padahal Khalifah Umar bin Khaththab saja ketika selesai berangkat haji, bertanya pada pembantunya, ‘Berapa uang yang kita habiskan untuk perjalanan ini?’ Kemudian pegawainya menjawab, ‘Wahai Amirul Mukminin, delapan belas dinar.’ Lantas Umar berkata, ‘Celaka kamu! Kita telah menghabiskan harta baitul mal kaum muslimin.’ Aku mengetahui sebuah hadits yang diceritakan kepada kami oleh Manshur dari al-Aswad bin Alqamah, dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah Saw bersabda, ‘Alangkah banyak orang yang bergelimang dalam harta Allah dan harta rasul-Nya menuruti kehendak nafsunya. Baginya api neraka kelak.’”

Baca juga: Nasehat Hasan Al-Bashri kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Sekretaris al-Mahdi yang bernama Abu Ubaid sampai berkata, “Apakah Amirul Mukminin akan menerima nasehat semacam ini?”

Dengan tegas Sufyan menjawab, “Diamlah! Sesungguhnya Fir’aun binasa karena Haman. Begitu juga sebaliknya.”

Di lain hari, Khalifah al-Mahdi mengutarakan keinginan menikah lagi kepada istrinya, Khaizuran.

Khaizuran menjawab, “Tidak halal bagimu menikah lagi setelahku.”

“Tentu saja, boleh.” Kata al-Mahdi.

“Kalau begitu,” ucap istrinya, “harus ada orang yang kamu kehendaki untuk menjadi hakim antara aku dan kamu.

Kata al-Mahdi kepada Khaizuran,  “Apakah kamu ridha apabila orang itu adalah Sufyan ats-Tsauri?”

“Ya, aku ridha.”

Sufyan ats-Tsauri didatangkan. Khalifah al-Mahdi membuka persoalan, “Ibu Harun ar-Rasyid ini menyangka bahwa tidak halal bagiku menikah lagi, padahal Allah Swt berfirman: ‘Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat.’ (QS. an-Nisa’: 3)?”

Baca juga: Fenomena Ulama Muda, Definisi dan Siapa Saja Mereka?

Khalifah diam tidak meneruskan ayat itu. Kemudian Sufyan berkata, “Sempurnakan ayat itu!” Maksud dia adalah terusan ayat tersebut yang berbunyi: ‘Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.’

“Dan kamu sendiri tidak adil.” Kata Sufyan Ats-Tsauri. Khalifah al-Mahdi tidak marah dan menerima kegagalannya menikah lagi. Dia memerintahkan agar Sufyan diberi hadiah 10.000 dirham  namun ditolak olehnya.

Kontributor

  • Redaksi Sanad Media

    Sanad Media adalah sebuah media Islam yang berusaha menghubungkan antara literasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Mengampanyekan gerakan pencerahan melalui slogan "membaca sebelum bicara". Kami hadir di website, youtube dan platform media sosial.