Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Ayat-ayat Kauniyah dalam Surat Yasin

Avatar photo
23
×

Ayat-ayat Kauniyah dalam Surat Yasin

Share this article

Di antara bukti kekuasaan Allah swt. adalah
fenomena siang dan malam yang datang silih berganti. Allah swt. memisahkan dan
menyingkirkan siang dari malam, mendatangkan cahaya dari malam sehingga gelap
pun sirna, mengambil malam dari siang sehingga makhluk berada dalam kegelapan
dan cahaya pun sirna.

Begitulah siang dan malam datang silih
berganti. Sebagaimana firman-Nya dalam Sura
t Yasin:

 وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا
هُمْ مُظْلِمُونَ

“Dan suatu
tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan
siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.”
(QS. Yasin: 37)

Pergantian
siang dan malam itu
adalah akibat dari perputaran bumi pada
porosnya dari barat ke timur
(rotasi), sehingga matahari terbit di separuh belahan
bumi dan terbenam di separuh belahan lainnya.

Pada masing-masing kegelapan dan cahaya
terdapat kemanfaatan dan kebaikan. Saat gelap tiba, waktunya untuk menghentikan
aktifitas serta mengistira
hatkan jiwa. Sedangkan saat cahaya
bersinar, aktifitas dimulai dengan bekerja untuk mencari rezeki.

Selain
berotasi pada porosnya, bumi juga berputar mengelilingi matahari.

Begitu pula
dengan matahari yang memiliki dua pergerakan
, yaitu berotasi pada porosnya
kurang lebih sekali dalam setiap 26 hari dan berputar bersama planet-planetnya
mengelilingi pusat tata surya dengan kecepatan kurang lebih 200 mil/detik,
sebagaimana yang dikatakan oleh para astronom.

Berputarnya
matahari di orbitnya sampai ujung perputarannya merupakan ketetapan Allah
swt. Hal ini sebagaimana
dalam
disebutkan dalam firman-Nya
dalam surat Yasin juga
:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي
لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Dan matahari
berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.”
(Yasin:
38)

Dalam Tafsir
Ibnu Katsir
dikatakan, para ulama ahli tafsir berpendapat bahwa lafal mustaqarr
pada ayat ini terdapat dua dimensi:

Pertama, adalah dimensi
ruang, yaitu letak matahari yang berada di bawah
arasy yang sejajar dengan bumi. Karena di manapun
matahari berada, ia dan seluruh makhluk berada di bawah
arasy.

Kedua, adalah dimensi
waktu, yaitu berakhirnya pergerakan matahari pada hari kiamat.

Selain bumi dan matahari, Allah swt. juga menetapkan tempat-tempat jalur peredaran bulan yang
berjumlah 28.

Dalam kitabnya Tafsir Al-Munir,
Syeikh Wahbah Az-Zuhaili menyebutkan 28 garis edar
matahari tersebut adalah Asy-Syirathan,
Al-Buthain, Ats-Tsurayya, Ad-Dabaran, Al-Haq’ah, Al-Han’ah, Adz-Dzira’
Al-Mabsuthah, An-Natsrah, Ath-Tharaf, Al-Jabhah, Az-Zubrah, Ash-Sharfah,
Al-‘Awwa`, As-Simak Al-A’zal, Al-A’zal, Al-Ghafr, Az-Zubani, Al-Iklil, Al-Qalb,
Asy-Syaulah, An-Na’a`im, Al-Baladdah, Sa’d Adz-Dzabih, Sa’d Bula’, Sa’d
As-Su’ud, Sa’d Al-Akhbiyyah, Al-Fargh Al-Muqaddam, Al-Fargh Al-Mu`akhkhar,
dan Ar-Risya` (Bathn Al-Hut).

Setiap malam, bulan melewati satu tempat
dengan rata-rata 13 derajat dalam sehari, kemudian tertutup dan tidak
tampak selama dua hari apabila satu bulan berjumlah 30 hari.
Namun akan tertutup hanya semalam apabila satu bulan berjumlah 29 hari.

Pada akhir garis edarnya bulan akan tampak kecil, menguning, dan melengkung serta kembali ke
tempat awalnya hingga menyerupai tandan kurma yang tua, sebagaimana dalam
firman-Nya:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ
مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ

“Dan telah
Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga
(setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk
tandan yang tua.”
(QS. Yasin: 39)

Tempat-tempat
orbit bulan dapat digunakan untuk mengetahui periode bulan
,
sebagaimana
keberadaan matahari untuk mengetahui malam dan
siang
.

Hal ini sebagaimana firman Allah swt.:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ
لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

“Mereka
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah,
ltu adalah
(petunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.
’” (QS. Al-Baqarah: 189)

Matahari
dan bulan tidak bisa saling bertemu karena masing-masing memiliki garis edar
sendiri. Tanda malam yaitu bulan tidak akan mendahului tanda siang yaitu
matahari, karena masing-masing memiliki ruang dan kontrol (dominasi)
sendiri-sendiri, yakni siang untuk matahari dan malam untuk bulan.

Matahari,
bulan, dan bumi beredar dan
mengitar pada jalur edarnya di langit layaknya
ikan yang berenang di air. Hal ini tertuang dalam firman-Nya:

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا
أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ
يَسْبَحُونَ

“Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
(QS. Yasin: 40)

Inilah
kekuasaan Allah swt. yang telah menetapkan garis edar untuk matahari, bulan,
dan bumi sehingga salah satunya tidak menutupi pancaran sinar lainnya kecuali
kondisi-kondisi tertentu seperti saat gerhana matahari atau gerhana bulan. Wallahu
a’lam.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.