Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Belajar Mencintai Negara dari Syekh Adnan Al-Afyuni

Avatar photo
24
×

Belajar Mencintai Negara dari Syekh Adnan Al-Afyuni

Share this article

Sekitar empat tahun yang lalu, Jum’at, 4 Rabi’ul Akhir 1437 H bertepatan dengan 15 Januari 2016 M di Pekalongan pada rangkaian acara Maulid Kanzus-Shalawat Maulana Habib Luthfi ibn Yahya, Syekh Adnan Al-Afyuni, Mufti Damaskus Suriah menyampaikan:

يعرف قيمة الوطن من يرى وطنه يُهدم ويُدمَّر … تكالَبت عليه الأمم ، وتحول إلى ساحة حرب ضَروس لا تبقي ولا تذر

Seseorang ketika negaranya porak poranda, mengalami kehancuran dan menjadi rebutan kuasa-kuasa asing hingga menjadi medan perang yang sengit, dan tidak ada yang tersisa, maka ia akan mengetahui seberapa pentingnya nilai sebuah negara.

يعرف قيمة الوطن من يرى الأرض في بلده قد صُبغت بلون الدم ، وعششَ في ربوعها غراب الموت والخراب

Di saat tanah air seseorang sudah berwarna merah berlumuran darah, seluruh penjuru negara menjadi sarang burung gagak kematian dan kehancuran, maka ia akan mengetahui betapa pentingnya nilai sebuah negara.

Baca juga: Syekh Nuruddin Itr, Pakar Hadits Suriah Yang Sangat Mencintai Al-Azhar

يعرف قيمة الوطن من يرى أهله مشردين في أصقاع الأرض يقتاتون الذل ويفترشون الهوان ويمضغون المر والصبر

Tatkala seseorang melihat saudara-saudara sebangsanya berlarian tercerai-berai di berbagai belahan bumi, mencari-cari makanan dengan penuh kehinaan, tidur beralaskan ketidakberdayaan dan sehari-hari mengunyah kepahitan serta menahan kesabaran, maka ia akan memahami dan menyadari bagaimana nilai pentingnya sebuah negara.

يعرف قيمة الوطن من غاب عن سمعه ضحكات الأطفال وزقزقة العصافير ، وحلَّ مكانها صوت المدافع وأزيز الرصاص

Di saat seseorang sudah tidak dapat lagi mendengarkan tawa ceria anak-anak dan kicauan indah burung-burung di negaranya. Yang ia dengar hanya suara desingan tank dan peluru, maka ia akan memahami dengan baik bagaimana nilai sebuah negara.

يعرف قيمة الوطن من ضاع منه الأمل … وضاع منه المستقبل … وضاعت منه السعادة يوم ضاع الوطن

Dan tatkala seseorang sudah kehilangan asa dan harap, hampa kehilangan semangat menggapai cita masa depan, dan lenyap segala kebahagiaan, maka ia akan memahami dengan penuh keinsafan bagaimana pentingnya sebuah negara.

وعندما نرى الأوطان في أماكن متعددة من الأرض تُدمر .. تَضيع .. تُسرق .. وتُقسم ، نُدرك أهمية البحث في الدفاع عن الوطن ، وندرك أن الدفاع عن الأوطان وحمايتها وصيانتها واجب تفرضه الضرورة والمصلحة، بل هو واجب يفرضه الدين وتقرره الشريعة لأن حب الوطن من الإيمان

Saat kita mengamati beberapa negara di belahan dunia mengalami kehancuran, terbengkalai dengan sia-sia, dijarah, dan terpecah belah, maka kita akan memahami bagaimana pentingnya membahas tema bela negara. Dengan melihat realita yang menyedihkan itu pula kita akan menyadari bahwa bela negara, menjaganya dan memeliharanya merupakan sebuah kewajiban. Kesimpulan bahwa bela negara adalah suatu kewajiban bukan hanya di dasarkan kepada nalar kebutuhan (adh-dharurah) dan nalar kemaslahatan (al-mashlahah). Bela negara bahkan merupakan kewajiban yang diperintahkan agama dan ditetapkan oleh syariah, sebab cinta negara adalah sebagian dari iman (Hubbul Wathan minal-Iman).

Baca juga: Cinta Baginda Nabi kepada Negerinya: Tinjauan Islam Nusantara

***

Pidato Syekh Adnan Al-Afyuni di atas begitu menggetarkan jiwa, membuat kita tersadar betapa pentingnya menjaga persaudaraan, persatuan, dan melindungi negara dari ancaman perpecahan, serta mengingatkan kita betapa bahayanya ajaran-ajaran yang suka menyulut konflik dan menimbulkan perpecahan.

Dan pada Kamis sore kemarin (22/10), Syekh Adnan Al-Afyuni meninggalkan kita semua dalam insiden pengeboman pada mobil yang beliau tumpangi.

انا لله وإنا إليه راجعون

إن القلب ليحزن وإن العين لتدمع ولا نقول إلا ما يرضي الرب

وجزاه الله خيراً عنا وعن المسلمين

Materi lengkap yang disampaikan Syekh Adnan Al-Afyuni (Arab dan Terj Indonesia) pada Konferensi Internasional Ulama Thariqah di Hotel Santika Kota Pekalongan, Jawa Tengah Indonesia, 15 Januari 2016 dengan tema “Bela Negara: Pengertian dan Urgensinya dalam Islam” dapat diunduh di sini.

Kontributor

  • Arif Chasanul Muna

    Asal Kudus, sekarang domisili di Pekalongan. Pernah nyantri di MA TBS Kudus, lusus pada 1997. Kemudian melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Mesir, lulus 2002. Sekarang aktif sebagai dosen di IAIN Pekalongan Jawa Tengah