Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Benarkah qadha dan qadar bisa ditolak dengan doa?

Avatar photo
44
×

Benarkah qadha dan qadar bisa ditolak dengan doa?

Share this article

Hakikat doa ialah pengakuan seorang hamba kepada Tuhannya bahwa ia hamba yang selalu butuh pertolongan, hamba yang tanpa kekuatan dari-Nya ia tidak akan mampu melaksanakan ibadah dan tidak akan kuat menghindar dari maksiat, pengakuan bahwa ia adalah manusia tanpa daya yang fitrahnya hanya diciptakan beribadah kepada-Nya.

Ibnu Atha`illah rahimahullah mengatakan, “Doa memiliki rukun, sayap, sebab, dan waktu. Doa yang sesuai dengan rukun-rukunnya, akan kuat. Jika sesuai sayapnya (sayapnya dipasang), akan terbang ke langit. Jika sesuai waktunya, akan naik. Dan, jika sebab-sebabnya dilaksanakan, akan sukses (terkabul).” Beliau melanjutkan, “Rukun-rukun doa (di antaranya) adalah hati harus hadir, anteng, khusuk, dan hati harus bertautan dengan Allah Swt. Sayap-sayapnya adalah jujur. Waktu berdoa (paling istijabah) adalah waktu sahur. Sebab-sebab doa diistijabah adalah berselawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Fungsi Doa

Dikatakan bahwa doa adalah kunci dari segala hajat, meninggikan derajat, melebur dosa maksiat, senjata bagi orang mukmin, menghilangkan kesusahan, bisa menolak bala’ laksana perisai bisa menolak anak panah, dan menjaga dari segala hal-hal yang tidak diinginkan. Disebutkan di dalam kiatb Syarah Ratib al-Haddad karya Habib Alwi bin Ahmad bin al-Hasan bin Abdullah bin Alwi al-Haddad Ba’awali halaman 26:  

فَإِذَا كَانَ الْعَبْدُ دَائِمَ الذِّكْرِوَالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ إِلَى اللّهِ تَعَالَى حَفِضَ ذَلِكَ مِنْ جَمِيْعِ الْمَكَارِهِ. فَإِذَا جَاءَهُ ضَرَرٌأَوْ مَكْرُوْهٌ مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْمَخْلُوْقِيْنَ مَنَعَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَصَدَّتْ فِيْ وَجْهِهِ فَلَا يَزَالُ مَحْفُوْظًا مِنْ جَمِيْعِ الْجِهَّاتِ إِلَّا مِنْ جِهْةِ فَوْقَ فَإِنَّ الْقَضَاءَ وَالْقَدَرَ نَازِلَانِ فَإِذَا نَزَلَ الْقَضَاءُ وَالْقَدَرُ أَسْلَمَتْهُ الْمَلَائِكَةُ. (شرح راتب الحداد: ص 26)

Artinya: “Hamba yang mendawamkan zikir, doa, dan bersimpuh merendahkan diri kepada Allah Ta’ala, ia akan dijaga dari segala hal yang tidak menyenangkan. Maka, ketika datang kepadanya seseorang yang ingin mencelakakan, maka malaikat akan mencegahnya dan akan menutupi mukanya. Ia akan senantiasa dijaga dari segala arah, kecuali arah atas. Dari arah atas tersebut qada’-qadar akan tetap turun. Namun, malaikat akan menyelamatkannya.”

Dari penjelasan ini, poin yang bisa kita ambil adalah bahwa berdoa sangatlah penting dan harus dijaga, konsisten berdoa. Bagaimana doa bisa menjadi tameng dari mara bahaya yang akan menimpa. Bahkan bisa menjadi penolak bala’, sebagaimana telah disebutkan di muka. Dari penjelasan ini juga, kita tahu arti dari penjelsan ulama bahwa qada’-qadar bisa ditolak dengan doa.

Maksud Qada’-Qadar Bisa Ditolak dengan Doa

Sejatinya qada’-qadar tetap turun, turun dari arah atas, seperti yang telah dijelaskan. Sebab, walaupun doa bisa menjaga dari segala arah, tidak dari arah atas.  Namun, berkat doa kita, Allah Swt. mengutus malaikatnya untuk menyelamatkan dari malapetaka yang sudah ditetapkan kepada kita dan turun dari arah atas. Artinya, qada’-qadar atau ketetapan Allah tetap terealisasi, tapi ada ketetapan lain yang juga berjalan.

Oleh sebab itu, untuk tetap menjaga keselamatan dari marabahaya yang telah ditetapkan dan akan turun dari atas, maka kita perlu membuat tameng dari arah atas tersebut. Kita harus melangitkan doa secara konsisten. Di samping berdoa, disebutkan juga di kitab yang sama, bahwa cara membuat tameng dari arah atas yaitu dengan memperbanyak amal saleh. Logika sederhananya sebagaimana berikut.

Seorang hamba yang konsisten melangitkan doa dan senantiasa memperbanyak ketaatan kepada Tuhannya, maka potensi doa dan amal saleh yang akan naik ke langit sangat besar. Jika hal ini terjadi, langit atau arah atas yang menjadi jalur turunnya malapetaka akan penuh dengan doa dan amal saleh kita. Dengan sebab inilah, malapetaka tersebut akan tertahan, tidak turun dari arah atas. Hanya saja, doa dan amal saleh tersebut tidak pasti bisa menolak. Antara doa dan malapetaka akan bertempur. Jika doa menang, malapetaka akan tertolak. Pun sebalik, jika doa kalah, malapetaka akan tetap turun. Dalam konteks ini, Nabi Muhammad Saw. bersabda:

الدعاء والبلاء يتعالجان إلى يوم القيامة أي يتصارعان رواه البزار والحاكم (مغني المحتاج :ج 4 / ص 240)

Artinya: Sampai hari kiamat, doa dan malapetaka akan selalu saling berkelahi (saling mengalahkan).” (HR. Imam Bazzar dan Hakim [dikutip dalam kitab Mughni al-Muhtaj, juz 4, halaman 240, Makabah Syamilah])

Walhasil, doa bagi seorang sangatlah peting. Doa bukan hanya wujud penghambaan, melainkan dapat menolak malapetaka.

Semoga bermanfaat. Wallāhu `A’lam.

Kontributor

  • Syifaul Qulub Amin

    Alumni Pondok Pesantren Nurul Cholil, Demangan Barat, Bangkalan, Madura. Sekarang aktif menjadi kontributor sekaligus editor di Website PCNU Bangkalan. Penyuka tumpukan buku dan kitab gundul. Lagi fakus menulis buku dan merambuti kitab gundul (menerjemah).