Kealiman Imam Mutawali pun tidak lepas dari peran lingkungan dan para ulama Al-Azhar yang membimbingnya. Dari sanalah proses kepribadian dan kealiman al-Mutawali tercipta. Maka tak ayal, jika al-Mutawali tidak hanya mahir dalam bidang ilmu qira’at Al-Qur’an, beliau juga mahir dalam bidang bahasa dan syariah. Kemahiran tersebut tersebut dapat dilihat dari banyaknya karya-karya beliau yang berupa syair.
Diceritakan bahwa suatu ketika ada orang yang datang ingin menguji kealiman Imam Mutawali. Beliau pun dengan tegas menanyakan kepada orang tersebut, apakah Anda menginginkan jawaban menggunakan “natsar” (redaksi biasa) atau menggunakan syair?
Di tengah-tengah kesibukan mengemban amanat sebagai Syaikh Umum al-Maqari’, Syaikh al-Mutawali juga aktif mengajar (menerima setoran bacaan Al-Qur’an dan qira’at), menulis, meneliti dan mentahqiq kitab-kitab yang berkaitan dengan qira’at Al-Qur’an dan rasm Al-Qur’an, maka wajar bila di kemudian hari, generasi setelah beliau, menyematkan gelar “al-Jazari al-Shaghir” (Imam Jazari Junior) dan “Khatimat al-Muhaqiqin” (pemungkas para peneliti) kepada beliau.
Tidak dipungkiri bahwa pada masa itu terdapat banyak ulama jebolan Al-Azhar dan lainnya yang memiliki kompetensi yang sama. Namun, Syaikh al-Mutawali tampil di tengah-tengah masyarakat dengan spesialisasi keilmuan yang mumpuni sekaligus tekun dan tulus dalam mendalami bidang tersebut.
Sehingga tidak heran bila beliau tidak hanya dikenang sebagai maha guru para qari’ dan al-Jazari Junior, tapi juga dikenang sebagai “Bapak qira’at”, karena hampir semua tranmisi sanad qira’at Al-Qur’an jalur Mesir dapat dipastikan melalui Syaikh al-Mutawali. Bisa dikatakan bahwa beliau adalah muara sanad Mesir pada masanya
Transmisi Sanad Al-Mutawali
Dalam Islam, transmisi sanad adalah sesuatu yang sangat istimewa, dan mencari sanad yang tinggi sangat dianjurkan, sebab dengannya seorang akan mendapatkan berkah dekat dengan Nabi Muhammad Saw,. Sementara seorang yang memiliki sanad yang nazil (rendah) bukan berarti tidak mendapatkan berkah, sebab dengan sanad yang nazil seorang akan mendapatkan berkah karena banyaknya masyayikh.
Secara transmisi sanad antara al-Mutawali dan Nabi Muhammad terdapat dua jalur; pertama jalur ‘aly (tinggi), kedua jalur nazil (rendah). Jalur pertama terhitung antara al-Mutawali dan Nabi 25 orang, sedangkan jalur yang kedua terhitung 26 orang.
Di sini penulis akan memetakan kedua jalur di atas dengan mempertimbangkan jika dalam satu tabaqhat (angkatan) terdapat dua nama atau lebih, maka penulis akan mencantumkan satu nama yang terkenal.
Berikut adalah jalur transmisi sanad al-Mutawali; Ahmad al-Dari al-Maliki (1) Ahmad Salmunah (2) Ibrahim al-Ubaidi (3) Abdurrahman al-Ujhury (4) Yusuf Afandi Zadah (5) Ali al-Manshuri (6) Sulthan al-Mazzahi (7) Saifuddin al-Fadhali (8) Ibnu Abdul Haq al-Sunbathy (9) Zakaria al-Anshari (10)
Ridwan al-Uqba (11) Muhammad al-Jazary (12) Muhammad bin Abdurraham al-Hanafi (13) Muhammad bin Ahmad al-Shaigh (14) Ibrahim bin Ahmad al-Tamimi (15) Abu al-Yumni Zaid al-Kindi (16) Sibthu al-Khayyath al-Baghdadi (17) Abdul Qahir bin Abdussalam al-Abbasi (18)
Muhammad bin al-Husain al-Karizini (19) Ali bin Muhmmad al-Hasyimi (20) Ahmad bin Sahal al-Usynani (21) Ubaid bin al-Shabbah (22) Hafs bin Sulaiman (23) Ashim bin Abi Najud (24) Abdurrahman al-Sullami (25) Sahabat; Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab dan Zaid Tsabit.
Sementara dari jalur lain, al-Mutawali lebi nazil (rendah) satu rijal; Muhammad bin Ahmad al-Shaigh (14) Ali Bin Syuja’ al-Dharir (15) Abu al-Qasim bin Firruh Al-Syatibi (16) Ali bin Hudzail al-Balnisi (17) Sulaiman bin Najah (18) Abu Amr al-Dani (19) Thahir bin Ghalbun (20) Ali Muhammad al-Hasyimi (21) Ahmad bin Sahal al-Usynani (22) Ubaid bin al-Shabbah (23) Hafs bin Sulaiman (24) Ashim bin Abi Najud (25) Abdurrahman al-Sullami (26) Sahabat; Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab dan Zaid Tsabit.
Komentar Ulama
Seorang yang alim akan terbukti kealimannya jika diakui oleh orang alim lainnya yang semasa maupun yang hidup setelahnya. Ibaratnya, dia adalah pribadi yang menjadi figur untuk diteladani (uswah hasanah), juga pribadi yang menjadi inspirasi untuk dikuiti. Syaikh al-Mutawali merupakan ulama yang banyak sekali dipuji oleh ulama yang semasa maupun yang hidup setelahnya, baik dengan natsar maupun dengan syair.
Imam al-Banna berkata:
قال الإمام شيخنا محمد # المتولي الحبر نعم المفرد
قال شيخنا الإمام الأوحد # المتولي شمسنا محمد
“Seorang Imam berkata, Guru kami Muhammad Al-Mutawali
adalah seorang yang dalam ilmu dan pemahamannya, ia sebaik-baiknya manusia”
“Ia berkata, Guru kami satu-satunya (orang yang alim)
al-Mutawali adalah matahari kami yang terpuji”.
Imam Hasan al-Husaini berkata:
هو الحبر ذو التحقيق قدوة عصره # محمد المتولي عمدة من تلا
“Muhammad al-Mutawali adalah yang dalam ilmu dan pemahamannya,
pemilik ketelitian yang jeli, panutan masanya, rujukan bagi orang yang membaca Al-Qur’an”.
Imam Ali al-Dhabba’ berkata: “Dia adalah seorang ustadz yang sangat alim, sangat dalam pemahamannya, seorang peneliti yang jeli, kuat hafalannya dan akurat”.
Murid-muridnya
Berkat ketekunan dan ketulusannya dalam mendalami bidang ini, al-Mutawali mendapatkan kedudukan yang prestisius di bidang itu, yaitu beliau terpilih menjadi maha guru para qari’ di Mesir (Syaikh Umum al-Maqari’ fi al-Diyar al-Mashriyah) menggantikan Syaikh Khalifah al-Fisyni pada tahun 1293 H.
Amanat ini merupakan kedudukan tertinggi dalam bidang qira’at Al-Qur’an di suatu negara, dan bukan sembarang orang yang mendapatkan amanat ini kecuali orang yang betul-betul memiliki kompetensi yang mumpuni dalam bidang itu sesuai kapasitas dan kapabalitasnya. Sebab ia menjadi rujukan utama dalam qira’at Al-Qur’an di sebuah negara.
Maka wajar bila kemudian banyak para penuntut ilmu yang datang kepadanya untuk belajar Al-Qur’an dan qira’atnya, salah satunya adalah, Syaikh Muhammad al-Banna, Syaikh Ahmad Syalabi, Syaikh Mustafa Syalabi, Syaikh Abdurrahman al-Khatib al-Syi’ar, Syaikh Hasan al-Juraisi al-Kabir, Syaikh Hasan Atiyah, Syaikh Muhammad Maghribi, Syaikh Abdul Fattah Hunaidi, Syaikh Hasan Khalaf al-Husaini, Syaikh Muhammad al-Husaini al-Haddad, Syaikh Muhammad al-Ghazuli, Syaikh Hasan bin Yahya al-Kutbi, menantu al-Mutawali dan lain-lain.
Karya-karyanya
Al-Mutawali adalah salah satu ulama yang tidak hanya aktif mengajar tapi juga produktif menulis serta mentahqiq kitab-kitab pendahulunya. Kebanyakan karya-karya yang ditulis oleh al-Mutawali adalah berkaitan dengan ilmu tajwid, qira’at Al-Qur’an, ilmu rasm.
Terutama dalam bidang tahrirat Qira’at (memverifikasi dan dan mengevaluasi qira’at yang diriwayatkan, serta membedakan setiap riwayat secara terpisah dan terperinci), hampir tidak dijumpai ulama muta’akhirin yang punya perhatian dan kontribusi yang besar dalam bidang tahrirat Qira’at sebagaimana Al-Mutawali. Di samping itu, beliau juga punya karya tentang tafsir dan syair pujian kepada Nabi.
Secara garis besar karya al-Mutawali terbagi sebagai berikut; karya dalam bidang qira’at Sab’ah, karya dalam bidang qira’at Asyrah, karya dalam bidang qira’at syadzah dan karya diluar qira’at, seperti Tajwid, Tafsir, Pujian kepada Nabi dan lain-lain.
Di antara karya-karya al-Mutawali adalah sebagai berikut:
- Fath ar-Rahman fi Tajwid al-Qur’an al-Adzim
- Safina al-Najah Fima Yata’allaq bi Qaulihi “حاش لله” buku ini pernah dicetak tapi kemudian hilang dari peredaran.
- Risalah fi Madzhab al-Qurra’ al-Sab’ah fi Ya’at al-Idhafah wa al-Zawaid
- Tahqiq al-Bayan fi ‘Addi Ayi Al-Qur’an
- Taudhih al-Maqam fi Ahkam al-Waqf li Hamzah wa Hisyam
- Ithaful Anam Syarah Taudhih al-Maqam fi Ahkam al-Waqf li Hamzah wa Hisyam
- Al-Wajuh al-Musfirah fi al-Qira’at al-Tsalats al-Mutammimah li al-Qira’at al-Asyr
- Mandzumah fi Bayan Ma Khalafa fihi Warsy al-Mashri Hafsan ‘an Ashim al-Kufi
- Fath al-Mu’thi wa Ghunyah al-Muqri
- Mandhumah fi Bayan al-Fawashil Mukhtalaf fiha Baina Ahli al-Adad
- Mandzumah Daliyah fi Aujuh (الأن) li Warsy
- Al-Kaukab al-Duri fi Qira’at Abu Amr al-Bashri
- Rajaziyah fi Bayan Ma Khalafa fihi Qalun Warsyan min Thariq al-Syathibiyah
- Fathul Majid fi Qiraat Hamzah min Thariq al-Qashid
- Al-Lu’lu’ al-Mandzum fi Bayan Jumlatin Min al-Marsum
- Rajaziyah fi Bayan Aujuh al-Takbir min Thariq al-Imam Ibnu Katsir
- Al-Wadhihah fi Tajwid al-Fatihah wa Syarhuhu
- Fathul Karim fi Tahrir Aujuh al-Qur’an al-Adzim wa Syarhuhu
- Fathul Karim fi Tahrir Aujuh al-Qur’an al-Adzim min Thariq al-Azmiri
- Al-Durar al-Hisan fi Tahrir Aujuh al-Qur’an wa Syarhuhu Fathurrahman al-Rahim
- l-Syihab al-Tsaqib/ al-Ghasiq al-Waqib fi Bayan Thuruq al-Azraq wa Madzahib al-Ghunnah Anhu
- Al-Burhan al-Ashdaq wa al-Shirath al-Muhaqqaq fi Man’I al-Ghunnah li al-Azraq
- Risalah fi al-Hamzatain min Kalimat wa min Kalimatain li al-Qurra’ al-Asyrah
- Jawahir al-Qalaid fi Madzahib al-Asyrah fi Ya’at al-Idhafat wa al-Zawaid
- Al-Fawaid al-Mu’tabarah fi Qira’at al-Arba’ah ba’da al-Asyrah
- Mawarid al-Bararah ala al-Fawaid al-Mu’tabarah
- Tahdzib al-Nasyr wa Khazanat al-Qira’at al-Asyr
- Al-Raudh an-Nadhir syarah Fathul Karim
- Idhah al-Dilalat fi Itsbat al-Qira’at
- Rajaziyah fi Bayan Ma’akhid Aujuh al-Qira’at, al-Ma’rufah bi Ghuzuw al-Thuruq
- Al-Tanbihat fi Syarh Ushul al-Qira’at
- Al-Ajalat al-Badi’ah al-Ghurar fi Asanid al-Aimmah al-Qurra’ al-Arba’ata Asyar
Setelah mendarmabaktikan untuk Al-Qur’an, Imam Mutawali kembali keharibaan tuhan-Nya pada hari kamis 11-Rabiul Awal -1313 H – 1895 M, dan di makamkan di Qarafah al-Kubra, Kairo, dekat Bab al-Wada’.