Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Catatan Sejarah: Sebelum Hijrah, Madinah adalah Kota Wabah

Avatar photo
36
×

Catatan Sejarah: Sebelum Hijrah, Madinah adalah Kota Wabah

Share this article

Dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Muslim dan al-Muwaṭṭa’, sayyidah Aisyah bint Abu Bakar ra. bercerita; kita tiba di Madinah, tanah Allah yang dipenuhi banyak wabah, di mana lembah Baṭḥān yang ada di utara kota Madinah, mengalir air keruh yang mengandung penyakit.

Dipaparkan juga dalam Sīrah Ibn Hishām dan Jāmi‘ al-Uṣūl fī Aḥādīth al-Rasūl, bahwa sesaat Abu Bakar ra. tiba di Madinah, beliau terkena demam begitu juga Bilal b. Rabbah ra. dan Amir b. Fuhairah ra., keduanya adalah mantan budaknya Abu Bakar ra. yang telah dimerdekakan.

Ketiganya tinggal dalam satu rumah saat awal-awal datang
di Madinah. Sayyidah Aisyah ra. pun mengunjungi mereka, hal ini sebelum turun
perintah tentang kewajiban hijāb bagi para istri Nabi saw.

Sayyidah Aisyah ra. menanyakan keadaan sang Ayah, Abu
Bakar ra. menjawab dengan sya’ir dalam kesadaran diri yang tak seratus persen akibat
demam yang tinggi, “Setiap orang berusaha berada dengan keluarganya di pagi
hari, sedang ia tak tahu bahwa kematian lebih dekat dari pada tali sandalnya.”

Amir b. Fuhairah ra. pun demikian saat ditanya oleh
sayyidah Aisyah ra., ia menjawab dengan sebuah syair, “Sungguh saya telah
menemukan kematian sebelum saya mengalaminya, sesungguhnya seorang pengecut
selalu meneriakinya dari atas. Setiap orang akan berusaha sekuat tenaga,
seperti seekor banteng yang melindungi kulitnya dengan tanduknya.”

Bilal b. Rabbah ra. yang saat itu berbaring sakit dengan tiduran di teras depan rumah, ia bersyair dengan setengah sadar dan meninggikan suaranya, “Andai saya dapat merasakan semalam saja di Fakh (suatu tempat di luar dekat Mekkah) dan di kanan kiriku ada Idhkir dan Jalīl (tanaman yang berbau harum), bisakah saya merasakan sejuknya air Majinnah (pasar di era Jahiliyah) dan singgah di Shāmah dan Ṭafīl (dua bukit yang ada di Mekkah)?”

Bilal ra. kemudian berucap, “Ya Allah, laknatlah Syaibah b. Rabi’ah, ‘Utbah b. Rabi’ah dan Umayyah b. Khalaf yang membuat kami terusir dari negeri kami (Mekkah) ke negeri dengan penuh wabah (Madinah).”

Dalam kitab Mawsū‘ah Ummu al-Mu’minīn ‘Āishah menjelaskan bahwa doa ini pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad saw.

Keadaan para Muhajirin yang tertimpa demam ini juga
diceritakan oleh Abdullah b. Amru b. Ash ra.,“Bahwa saat golongan kaum
Muhajirin Mekkah tiba di Madinah, selang beberapa hari mayoritas dari mereka
terserang wabah demamnya Madinah, semakin hari semakin bertambah parah hingga
mereka shalat dalam keadaan duduk.”

Melihat kondisi demikian, Nabi saw. bersabda, “Ketahuilah
bahwa pahala shalat dengan duduk setengahnya pahala shalat dengan berdiri.

Setelah mendengar sabda Nabi saw. tersebut, semua yang sakit mengupayakan dengan tenaganya masing-masing untuk shalat dengan berdiri.

Diceritakan dalam kitab Mut‘at
al-Anẓ
ār fī Sharḥ Masraḥ
al-Afk
ār bi Sīrat al-Nabiy
al-Mukht
ār, wabah demam ini juga
menimpah sayyidah Aisyah ra., di mana keadaan ini membuat beberapa rambut
beliau rontok jatuh di pundak.

Keadaan demikian membuat
mayoritas kaum Muhajirin ingin kembali ke Mekkah, hal ini sebagaimana
diceritakan dalam kitab Mawsū‘ah Naḍrat al-Na‘īm fī Akhlāq al-Rasūl al-Karīm.

Maka saat sayyidah Aisyah ra. pulang ke rumah selepeas
menjenguk sang Ayah dan kedua mantan budaknya, beliau menceritakan keadaan
ketiganya yang mengalami demam tinggi kepada Nabi saw.

Dan beliau saw. berdoa, “Ya Allah, berikanlah kami kecintaan pada kota Madinah, sebagaimana kecintaan kami pada kota Mekkah atau bahkan lebih, berkahi kami pada setiap mudd dan ṣā‘nya (takaran timbangan), dan perbaiki keadaannya (Madinah) serta pindahkanlah wabahnya ke wilayah Juḥfah.”

Dan beliau saw. juga berdoa, “Ya Allah, sempurnakanlah
hijrah para Sahabatku, jangan engkau kembalikan lagi ke belakang (maksutnya kekufuran
).”
Beberapa hari kemudian, para sahabat yang sakit berangsur sembuh.

Dalam penjelasan di kitab Mawsū‘ah Naḍrat dan Mawsū‘ah Ummu al-Mu’minīn, bahwa wabah demam yang ada di Madinah saat itu identik dengan virus Malaria.

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.