Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Fiki Naki dan Jendela Pendidikan

Avatar photo
30
×

Fiki Naki dan Jendela Pendidikan

Share this article

M Fiqih Ayatullah alias Fiki Naki
merupakan anak muda asal Pekanbaru yang akhir ini mengguncang jagat maya.
Melalui akun OmeTV yang kemudian dijadikan konten di YouTube, pemuda 20 tahun
itu berhasil menghipnotis generasi milenial dengan kecerdasannya berdialog
menggunakan berbagai bahasa.

Namanya banyak dikenal ketika ia
membuat konten di OmeTV dengan Dayana, gadis cantik dari Astana, Kazakhstan.
Wanita yang juga seorang mahasiswa Hukum dan Politik di Kazguu University itu
berhasil menjadi obat dari pesakitan psikologi akibat pandemi. Saat ini YouTube
Fiki Naki sudah lebih dari 3 juta subscribe dan dianggap berhasil
menginspirasi banyak anak muda di Indonesia.

Berdasarkan pengakuannya, ia telah
menguasai 4 bahasa internasional (Inggris, Rusia, Rumania, dan Spanyol).
Sedangkan cita-citanya adalah berhasil menguasai 10 bahasa dunia. Menariknya
Fiki Naki belajar bahasa asing tidak melalui guru atau kursus, ia mempelajari
kesemuanya melalui media digital. Logatnya yang fasih ketika berbicara bahasa
asing membuat banyak orang terkagum, meskipun tanpa menempuh pendidikan bahasa
asing.

Selain keahliannya berbahasa asing,
Fiki Naki juga berhasil mengubah citra OmeTv yang dikesankan sebagai aplikasi
“negatif” menjadi aplikasi “positif”. Fiki Naki juga menjadi contoh bagi
produsen konten di berbagai platform media digital agar lebih mementingkan
prestasi, bukan sensasi untuk menjadi viral.

Kecerdasan
Artifisial

“Tidak ada orang bodoh, yang ada adalah
orang yang tidak mau belajar”. Demikian yang selalu saya jadikan motivasi
kepada orang lain. Kepandaian akan terlihat jika seseorang serius untuk belajar
dan mengetahui banyak hal. Seperti Fiki Naki yang mengajarkan banyak hal
tentang proses belajar yang efektif dan efisien tanpa mengandalkan seorang guru
atau tentor di pendidikan formal.

Niat adalah pondasi utama agar mampu
menguasai banyak hal. Selanjutnya fokus pada apa yang ingin dipelajari. Pandemi
seharusnya menjadi momentum untuk mendalami minat, bakal, dan skill yang
dimiliki. Ketika media digital memanjakan konsumen dengan beragam pengetahuan
lintas ruang dan waktu.

Tidak ada gunanya meratapi nasib
pendidikan nasional yang terpaksa dilakukan secara daring dengan banyaknya
permasalahan teknis dan konsep kurikulum tiap sekolah. Semua orang harus bisa
memposisikan diri sebagai manusia produktif. Mempersiapkan diri apabila kelak
pekerjaan nonskill digantikan dengan teknologi (software/ robot).

Fiki Naki mengajarkan bahwa setiap
orang harus segera mengasah keahliannya. Setiap orang harus aktif belajar
dengan memanfaatkan media digital. Mulai dari hal yang paling disenangi,
kemudian ditekuni, maka uang akan datang menghampiri. Bukankah pekerjaan
paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar?

Tidak harus seperti Fiki Naki yang
menguasai banyak bahasa. Setiap orang punya minat dan bakat masing-masing yang
tinggal diasah. Media digital hanya sarana yang membantu setiap orang
mempercepat menemukan keahlian dalam hidupnya. Tidak ada alasan lagi untuk
bermalas-malasan dalam mempelajari sesuatu.

Menunggu Panen

Ketika banyak kritik seputar dunia
pendidikan di Indonesia, Fiki Naki mengajarkan bahwa untuk belajar tidak hanya
dalam ruang sekolah dan kuliah. Pemerintah juga harus jeli memfasilitasi
pendidikan nonformal agar berhasil mewujudkan kecerdasan kehidupan berbangsa.

Masalah yang sering membelenggu
masyarakat Indonesia adalah sikap instan dalam melakukan apapun. Ingin segera
mendapatkan hasil atas upaya yang dilakukan. Ibarat menanam benih padi, mereka
berharap sorenya bisa dipanen. Sedangkan untuk memanen padi harus menunggu
sekira 3 bulan dulu, baru menikmati hasilnya yang dilalui dengan proses
panjang.

Kebanyakan orang tidak sabar menunggu
hasil panen. Sehingga padi yang belum waktunya panen sudah dipanen. Hasilnya
pun mengecewakan. Fiki Naki belajar berbagai bahasa sebelum membuat konten
OmeTV dan YouTube. Kemudian viral akhir ini yang membuatnya dikenal banyak
orang. “Mie Instan saja butuh proses.

Untuk meraih kesuksesan, seseorang
harus sabar menunggu hasil, menekuni setiap proses, dan memanfaatkan peluang
untuk belajar. Era globalisasi memaksa semua orang untuk mengasah keahliannya
jika tidak ingin tergerus dengan teknologi. Jangan sampai manusia hanya
dijadikan sasaran konumen teknologi tanpa mengetahui cara memproduksi
teknologi.

Fiki Naki adalah inspirasi untuk bangsa
Indonesia yang memimpikan mewujudkan generasi emas masa depan. Demografi
penduduk yang mayoritas generasi milenial adalah potensi yang harus cermat
dimanfaatkan. Pemerintah harus jeli melihat peluang dan memberikan fasilitas
yang memadai untuk memudahkan setiap orang belajar tanpa bayang-bayang
pendidikan formal di tengah pandemi.

Kontributor

  • Joko Yuliyanto

    Penggagas Komunitas Seniman NU, Penulis Buku dan Naskah Drama. Aktif Menulis Opini di Media Daring.