KH. Ahmad Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha menuturkan dalam salah satu ceramahnya bahwa roh atau arwah tidak pernah mati, sebab roh bukan makhluk.
Dalil yang mendasari bahwa roh itu bukan makhluk, Gus Baha kutip dari dua firman Allah yang berbunyi:
وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّاقَلِيْلًا
Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.'” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 85)
Dan
اَ لَا لَـهُ الْخَـلْقُ وَا لْاَ مْرُ ۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya: “Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 54)
Dua ayat di atas saling melengkapi dalam menjelaskan dan memaparkan esensi roh.
Dalam ayat yang pertama dijelaskan bahwa ruh adalah Amr dari Allah, sedang dalam ayat yang kedua dijelaskan bahwa Allah memiliki dua hal, yaitu Kholq dan Amr. Lantas apa yang menjadi jami’ atau titik temu dari keduanya?
Imam al-Quthubi dalam kitab tafsirnya yang berjudul al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an mengutip pernyataan Imam Ibnu Uyainah yang berbunyi:
فَالْخَلْقُ الْمَخْلُوقُ، وَالْأَمْرُ كَلَامُهُ الَّذِي هُوَ غَيْرُ مَخْلُوقٍ وَهُوَ قَوْلُهُ:” كُنْ”.” إِنَّما أَمْرُهُ إِذا أَرادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Kholqu adalah makhluk atau ciptaan Allah, sedangkan Amr adalah Kalamullah yang bukan makhluk. Hal itu berupa firman Allah yang berbunyi كن (jadilah) dalam ayat إِنَّما أَمْرُهُ إِذا أَرادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ.”
Dalam kitab yang sama, Imam Ibnu Uyainah juga menyampaikan bahwa orang yang menyamakan dan menggabungkan Kholq dengan Amr akan berstatus kafir, sebab secara otomatis dia mengklaim bahwa Kalamullah adalah makhluk. Padahal dalam kajian Ilmu Tauhid sudah jelas bahwa Kalamullah bukanlah makhluk.
Dengan mengkompromikan dua dalil di atas dapat disimpulkan bahwa roh yang bersemayam dalam diri kita bukan makhluk karena merupakan Kalamullah dan Kalamullah bersifat Qodim (dahulu). Sehingga pantas jika kemudian Gus Baha mengatakan bahwa roh tidak pernah mati, yang mati hanyalah jasad, sebab sesuatu yang bersifat Qodim itu terlepas dari fana’ atau kerusakan.
Logika Gus Baha Melihat Roh
Kiai muda asal Rembang Jawa Tengah itu menyampaikan bahwa saat seseorang sudah sampai pada ajalnya, maka roh yang ditiupkan padanya saat masih berada di dalam kandungan, kembali kepada Allah Swt, sesuai firman Allah yang berbunyi:
الَّذِيْنَ اِذَاۤ اَصَا بَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۙ قَا لُوْۤا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِ نَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (QS. Al-Baqarah: 156)
Dalam ayat ini tampak jelas bahwa roh adalah milik Allah dan dia akan kembali pula pada-Nya.
Murid KH. Maimoen Zubair itu juga menyampaikan sebuah logika yang sangat menarik. Saat manusia mati sering kita katakan bahwa ruhnya telah dicabut dari jasadnya.
Menurut Gus Baha, orang sekuler sekalipun mengakui bahwa kehidupan manusia itu tidak berakhir saat dia mati, sebab yang mati hanya jasadnya. Adapun ruhnya hanya dicabut dari jasadnya agar kembali ke habitat asalnya yaitu Allah Swt.