Zaman medsos saat ini ada dua meme atau poster yang berseliweran. Yang
satu mengucapkan selamat tahun baru Hijriyah. Satunya lagi menganggap ucapan
selamat tahun baru Islam tersebut adalah bidah. Mana yang benar?
Ada seorang ulama yang memiliki banyak
penguasaan ilmu, baik Hadis, Fikih, Tafsir, Sejarah, Sastra Arab dan lainnya.
Beliau adalah Al-Hafidz As-Suyuthi. Beliau tuntas membahas masalah ucapan
selamat.
Dalam kitabnya yang berjudul Wushul
Amani bi Ushul Tahani (PDF), Al-Hafidz
As-Suyuthi menampilkan riwayat Hadis dan Atsar. Di antaranya dalil ucapan selamat meraih
kedudukan utama dalam agama, ucapan selamat atas tobat, ucapan selamat atas kesembuhan dari
penyakit, ucapan selamat selesainya ibadah haji, ucapan selamat kepulangan
haji, ucapan selamat pulang dari perang, ucapan selamat pernikahan, ucapan
selamat atas kelahiran, ucapan selamat datang bulan Ramadan, ucapan selamat
hari raya Idul Fitri dan di bagian akhir Imam As-Suyuthi membahas ucapan
selamat tahun baru.
ﻓﻘﺪ ﻃﺎﻝ اﻟﺴﺆاﻝ ﻋﻦ ﻣﺎ
اﻋﺘﺎﺩﻩ اﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ اﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﺑﺎﻟﻌﻴﺪ ﻭاﻟﻌﺎﻡ ﻭاﻟﺸﻬﺮ ﻭاﻟﻮﻻﻳﺎﺕ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ، ﻫﻞ ﻟﻪ ﺃﺻﻞ ﻓﻲ
اﻟﺴﻨﺔ؟
Banyak pertanyaan tentang kebiasaan
orang-orang perihal ucapan selamat hari raya, tahun baru, bulan baru dan
sebagainya. Apakah ucapan tersebut memiliki dasar dalam hadis?
ﻓﺎﺋﺪﺓ : ﻗﺎﻝ اﻟﻘﻤﻮﻟﻲ ﻓﻲ اﻟﺠﻮاﻫﺮ:
ﻟﻢ ﺃﺭ ﻷﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻛﻼﻣﺎ ﻓﻲ اﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﺑﺎﻟﻌﻴﺪﻳﻦ ﻭاﻷﻋﻮاﻡ ﻭاﻷﺷﻬﺮ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ اﻟﻨﺎﺱ، ﻭﺭﺃﻳﺖ
ﻓﻴﻤﺎ ﻧﻘﻞ ﻣﻦ ﻓﻮاﺋﺪ اﻟﺸﻴﺦ ﺯﻛﻲ اﻟﺪﻳﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻌﻈﻴﻢ اﻟﻤﻨﺬﺭﻱ ﺃﻥ اﻟﺤﺎﻓﻆ ﺃﺑﺎ اﻟﺤﺴﻦ
اﻟﻤﻘﺪﺳﻲ ﺳﺌﻞ ﻋﻦ اﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﻓﻲ ﺃﻭاﺋﻞ اﻟﺸﻬﻮﺭ ﻭاﻟﺴﻨﻴﻦ ﺃﻫﻮ ﺑﺪﻋﺔ ﺃﻡ ﻻ؟ ﻓﺄﺟﺎﺏ ﺑﺄﻥ اﻟﻨﺎﺱ
ﻟﻢ ﻳﺰاﻟﻮا ﻣﺨﺘﻠﻔﻴﻦ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻗﺎﻝ: ﻭاﻟﺬﻱ ﺃﺭاﻩ ﺃﻧﻪ ﻣﺒﺎﺡ ﻟﻴﺲ ﺑﺴﻨﺔ ﻭﻻ ﺑﺪﻋﺔ اﻧﺘﻬﻰ
Al-Qamuli berkata dalam kitab Al-Jawahir:
“Tidak saya temukan pendapat ulama Syafi’iyah tentang hukum ucapan selamat hari
raya, tahun baru dan bulan baru seperti yang dilakukan oleh orang-orang.”
Saya melihat kutipan dari Syekh
Zakiyuddin Abdul Adzim Al-Mundziri, bahwa Al-Hafidz Al-Maqdisi ditanya tentang
mengucapkan selamat pada awal bulan dan tahun, apakah bidah atau tidak? Beliau
menjawab bahwa ulama selalu beda pendapat soal itu. Menurut saya adalah boleh,
bukan sunah dan bukan bidah. (Al-Hawi Li al–Fatawi, 1/90)