Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Ilmu Mengantarkan Kita kepada Ketakwaan yang Sempurna

Avatar photo
25
×

Ilmu Mengantarkan Kita kepada Ketakwaan yang Sempurna

Share this article

Nasehat untuk menjadi muttaqin (pribadi yang bertakwa) kerap sekali kita dengar di setiap Jumat terutama nanti ketika Ramadhan, hampir setiap muslim mendengar ayat seruan berpuasa yang ditutup dengan harapan semoga puasa bisa mengantarkan pribadi yang berpuasa menjadi hamba yang bertakwa.

Di antara definisi takwa yang disebutkan dalam kitab AtTa’rifat adalah menjaga diri dari siksa Allah dengan cara taat kepada-Nya.

الاحتراز بطاعة الله عن عقوبته

Hal ini menuntut kita agar memiliki rasa khouf atau takut kepada Allah hingga muncul dorongan yang kuat untuk tunduk dan patuh kepada Allah.

Kenapa harus muncul rasa khouf? Bukankan Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?

Sebagaimana kita ketahui bahwa di samping rahmah, Allah pun menyifati dirinya sendiri dengan Syadidul ‘Adzab; Syadidul ‘Iqob; Syadidul Mihal. Bahkan dalam Surat Al-Maidah ayat 98 Allah memproklamirkan diri-Nya sendiri sebagai Dzat Yang Maha Pedih Siksanya sekaligus sebagai Dzat Yang Maha Pengampun dan Penyayang.

اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ وَأَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

Untuk memiliki rasa takut kepada Allah yang nantinya mengantarkan kita menjadi hamba Allah yang muttaqin, dibutuhkan ilmu. Hal ini karena dengan ilmu kita dapat mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya sebagaimana yang sudah dan senantiasa kita pelajari dalam ilmu tauhid semisal kitab Aqidatul Awam dan lain-lain. Dan mempelajari ini merupakan tangga pertama yang harus dilewati oleh semua santri sebagimana yang telah ditegaskan Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Adabul Alim wal Muta’allim sebelum menapaki tangga ilmu pengetahuan yang lain.

Demikian pula ilmu yang lain, semisal ilmu tentang menata hati; mempelajari tipu daya nafsu yang senantiasa menjauhkan kita dari Allah dan mendekatkan kita kepada murkaNya. Ilmu ini akan membimbing kita untuk senantiasa menjadi pribadi yang selalu waspada dengan tipu daya nafsu kita. Dan Hadhrotusy Syeikh pun memasukkan ilmu ini kedalam kategori ilmu yang fardhu ‘ain dipelajari.

Kualitas ketakwaan seseorang akan ditentukan oleh kualitas keilmuannya; semakin dalam ilmunya semakin tinggi kualitas ketakwaannya, begitupula sebaliknya. Allah Subahanahu wa Ta’ala dawuh dalam Al-Qur’an:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Artinya: “Hanya ulamalah yang memiliki sifat takut kepada Allah.” (QS. Fathir: 28)

Ayat di atas merupakan salah satu ayat yang dijadikan landasan oleh Hadhrotusy Syeikh untuk menegaskan bahwa ulama adalah insan paling mulia dengan alasan karena merekalah yang benar-benar memiliki rasa takut yang sebenar-benarnya kepada Allah.

Masihkah kita bersantai-santai dalam menuntut ilmu? Jangan, sekali lagi jangan, yakinlah bahwa ilmu lah yang mengantarkan kita kepada derajat takwa yang luhur dan itulah kemulian yang hakiki bagi kita di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kontributor

  • Ahmad Roziqi

    Alumni Al-Azhar Kairo Mesir Fakultas Syariah Islamiyah. Mudir Ma'had Ali Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang Jawa Timur.