Kehidupan kita tidak jauh dari yang namanya kamar mandi. Hampir setiap saat kita pasti ada kebutuhan untuk menuju kamar mandi, baik untuk buang air kecil maupun buang air besar. Kita terpaut dengan adanya kamar mandi, tentu kita akan kebingungan jika tidak ada tempat ini, sebab kita sering punya kepentingan pribadi yang harus diselesaikan di sini.
Memandang manfaatnya yang sangat besar, tak elok rasanya jika kita tak mengetahui siapa yang berinisiatif membangun tempat yang sangat bermanfaat ini. Fakta ini kadang terselip dalam benak kita, padahal seharusnya kita mengetahuinya, dalam rangka menghormati jasa penemunya. Kira-kira siapakah yang menciptakan kamar mandi untuk pertama kali?
Dijelaskan:
ذكر كثير من عُلَمَاء التَّفْسِير والتاريخ أَن أول من بني لَهُ الْحمام سُلَيْمَان بن دَاوُد عَلَيْهِ السَّلَام، وَكَانَ سَبَب ذَلِك قدوم بلقيس عَلَيْهِ، لما رأى فِي سَاقهَا شعرًا كثيرا، فَسَأَلَ الجان عَن مَا يُزِيلهُ، فصنعوا لَهُ النورة، وصنعوا لَهُ الْحمام وَالله أعلم.
Para ilmuwan tafsir dan sejarah, banyak yang menyebutkan bahwa yang pertama kali membangun kamar mandi adalah Nabi Sulaiman bin Daud As. Pembangunan ini dilatarbelakangi oleh kunjungannya Ratu Bilqis, Nabi Sulaiman As melihat di betis Ratu Bilqis terdapat banyak rambut. Maka Nabi Sulaiman As pun meminta (menyuruh) sesuatu kepada para jin agar bisa menghilangkan rambut tersebut. Kemudian para jin membuat nurah (semacam obat penghilang rambut), serta membuatkan untuknya kamar mandi guna tempat bebersih sang Ratu.
Kemudian bangsa Ajam (bangsa non Arab) menirunya, di antaranya bangsa Mesir, Romawi dan bangsa-bangsa lainnya. Adapun bangsa Arab (Hijaz) sendiri, tidak mengenal tempat ini, kecuali setelah wafatnya Rasulullah SAW, yakni di eranya para sahabat RA.
Adapun riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah masuk ke kamar mandi (Hammam Al-Juhfah), periwayatannya itu bermasalah dalam segi transmisinya. Ibnu Katsir mengatakan:
والْحَدِيث الَّذِي يرْوى أَن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم دخل حمام الْجحْفَة، مَوْضُوع بِاتِّفَاق أهل الْمعرفَة بِالْحَدِيثِ، وَلَيْسَ بِصَحِيح.
“Hadis yang mengisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah memasuki kamar mandi (hammam Al-juhfah), para ulama hadis berkonsensus bahwa riwayat ini maudhu’ (palsu), periwayatannya tidak sahih (valid).”
Hanya saja, sahabatlah yang pernah masuk kamar mandi. Ibnu Katsir menjelaskan:
وَإِنَّمَا روى الإِمَام الْحَافِظ أَبُو بكر بن أبي شيبَة فِي كِتَابه الَّذِي صنفه: عَن إِسْمَاعِيل بن علية عَن أَيُّوب عَن عِكْرِمَة: أَن ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا، دخل حمام الْجحْفَة، وَهَذَا إِسْنَاد صَحِيح.
“Al-Imam Al-Hafidz Abu Bakar bin Abi Syaibah meriwayatkan dalam kitabnya, yang bersumber dari Ismail bin Aliyyah, dari Ayyub, dari Ikrimah, bahwa Abdullah bin Abbaslah yang pernah masuk ke kamar mandi. Transmisi (riwayat) ini yang dianggap sahih (valid).”
Jadi tidak benar, bahwa Rasulullah saw pernah masuk kamar mandi. Para sahabatlah, tepatnya Abdullah bin Abbas, yang pernah memasukinya.
Demikianlah penjelasan mengenai penemu kamar mandi, keterangan ini disarikan dari Kitab Al-adab wa al-ahkam al-muta’alliqah bi dukhul al-hammam (PDF) karya Ibnu Katsir (Al-Hafidz Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Umar, W 774 H) halaman 25. Semoga bisa membuat anda nyaman, dengan mengetahuinya. Juga agar tidak hanya menggunakannya saja, namun juga mengetahui siapa penemunya. Wallahu a’lam.