Ketika sepasang manusia memilih untuk memadu kasih bersama, pastinya halangan dan rintangan akan menerjang langkah di tengah perjalanan. Ketika ego dari masing-masing pasangan diuji, dan dilebur jadi satu dalam bungkus pengorbanan dan cinta. Namun terkadang masihlah ada sisa ego meluap menjadi amarah dan nafsu.
Sejenak mari kita menyimak keharmonisan rumah tangga Rasulullah saw. Kesucian cinta yang berhasil beliau pupuk bersama istri-istrinya. Maka layaklah kita menjadikan pelajaran serta teladan dalam menjalankan rumah tangga.
Sikap Rasulullah saw. ketika menghadapi istri-istrinya yang ngambek atau marah, mencerminkan keluhuran sifatnya serta kesabaran tiada tara.
Bak pepatah mengatakan, “Jadilah kau air yang memadamkan api amarahku ketika aku marah, begitupun aku akan memadamkan api amarahmu ketika kau marah.” Itulah yang sudah Rasulullah saw. aplikasikan dalam kehidupannya.
Buktinya adalah kesaksian dari sahabat dalam sebuah riwayat. Suatu ketika Umar bin Khaththab memarahi istrinya atas suatu hal, bukannya malah diam, istrinya malah membalas ucapannya tersebut.
Kemarahan Umar meluap, hingga ia merasa ingkar atas apa yang diperbuat istrinya. Akan tetapi istrinya malah berkata:
ما تنكر أن أراجعك، فوالله إن أزواج النبي صلى الله عليه وسلم ليراجعنه، وتهجره إحداهن اليوم إلى الليل
“Mengapa kau heran (atas balasanku padamu)? Sungguh istri-istri Rasulullah saw. telah melakukan hal yang sama kepadanya, sampai-sampai salah satu dari mereka mendiamkan Rasulullah saw. hingga malam, (sedang beliau tetap bersabar).” (HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya, no: 348)
Termasuk dari kesabaran Rasulullah saw. juga diceritakan dalam riwayat yang lain bahwa suatu ketika Rasulullah saw. masuk ke dalam rumah. Di sana sudah ada Aisyah sedang duduk bersama saudaranya.
Kemudian, Rasulullah saw. mengajak Aisyah untuk berbicara serta menyamarkan pembicaraannya dari saudaranya itu.
Setelah mendengar ucapan dari Rasulullah saw. tiba-tiba Aisyah mendorong dada Rasulullah saw.—ungkapan tanda marah. Hingga saudaranya (yang meriwayatkan hadits ini) pun memarahinya, seraya berkata:
ما لك يا كذا وكذا تفعلين هذا برسول الله صلى الله عليه وسلم؟
“Apa yang kau lakukan wahai Aisyah (saudaraku), apakah begini perlakuanmu kepada Rasulullah saw.?”
Rasulullah saw. hanyalah tersenyum, seraya bersabda:
دعيها فإنهن يفعلن هذا وأشد من هذا
“Biarkanlah dia! Sungguh ia telah biasa melakukan ini semua, bahkan pernah melakukan perbuatan yang lebih dari itu.” (HR. Al-Ajiri, dalam kitabnya Asy-Syari’ah, no: 2407)
Satu lagi, bukti kesabaran Rasulullah saw. yang tiada tara adalah peristiwa berikut:
Suatu saat terjadi sedikit permasalahan (rumah tangga) antara Rasulullah saw. dengan Aisyah.
Hingga permasalahan pun tak berujung titik temu, yang mengharuskan Rasulullah saw. memanggil mertuanya Abu bakar (ayah dari Aisyah) sebagai penengah dalam menyelesaikan masalah.
Rasulullah saw. membuka percakapanbersama istrinya seraya menawarkan:
تكلمين أو أتكلم
“Kau yang ingin bicara terlebih dahulu, atau aku?”
Amarah yang telah menguap dalam diri Aisyah pun tak terkontrol. Dia menjawab ucapan suaminya itu dengan sedikit mengangkat suara, seraya berkata:
بل تكلم أنت ولا تقل إلا حقا
“Justru kaulah yang layak untuk memulai pembicaraan. Janganlah engkau berkata kecuali kebenaran.”
Mendengar lagat yang tak pantas yang diucapkan Aisyah, ayahnya secara otamatis menamparnya, atas ketidaksopanannya kepada Rasulullah saw.
Merasa takut, Aisyah berlari dan bersembunyi di belakang punggung Rasulullah saw. dan meminta perlindungan kepada beliau.
Karena besarnya kasih serta cinta Rasulullah saw. kepada istrinya itu, Rasulullah saw. justru memarahi Abu Bakar, seraya berkata:
لم ندعك لهذا ولا أردنا منك هذا
“Tujuanku mengajakmu bukan untuk ini. Aku pun tak ingin kau lakukan ini untukku!” (Dikutip dari kitab Ihya Ulumiddin, 3/367)
Sabar menghadapi omelan atau amarah dari pasangan, merupakan suatu hal yang diwajibkan bagi setiap suami. Sungguhlah Rasulullah saw. ialah sosok yang harus diteladani oleh setiap suami dalam menghadapi amarah istrinya.
Anas bin Malik, mengakui kesabaran dari Rasulullah saw. dalam tuturnya:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أرحم الناس بالنساء والصبيان
“Sungguh Rasulullah saw. ialah sosok yang sangat menyayangi istri-istrinya dan anak-anak.” (dinukil dari kitab Ihya Ulumiddin, 3/256)
Maka bersabar menghadapi amarah atau perilaku pasangan sangat diwajibkan oleh agama. Bahkan termasuk ajaran dari Rasulullah saw. yang telah diaplikasikan dalam kehidupannya.
Kekerasan Rumah Tangga
Adapun kasus KDRT, menampar, serta menganiaya pasangan bukan termasuk ajaran Rasulullah saw. Perbuatan itu sangat dikecam oleh Nabi seperti yang telah dijelaskan dalam kisah tamparan Abu bakar kepada putrinya.
Rasulullah saw. menghimbau kepada para suami agar bersikap lemah lembut kepada pasangannya, serta bersabar. Dalam hadits, beliau bersabda:
استوصوا بالنساء خيراً فإنما هن عوان عندكم أخذتموهن بأمانة الله واستحللتم فروجهن بكلمات الله
“Berbuatlah baik kalian semua kepada wanita (pasangan kalian)! Sungguh mereka adalah tanggunganmu. Kalian telah menyuntingnya dengan mengemban amanah dari Allah swt. (untuk berbuat baik kepadanya), serta kalian telah menghalalkan mereka dengan ayat Allah swt.” (HR. Abu Daud, no: 185, 2/182)
Kemudian, Rasulullah saw. menerangkan keutamaan bersabar atas perangai buruk istri, dalam sabdanya:
من صبر على سوء خلق امرأته أعطاه الله من الأجر مثل ما أعطى أيوب على بلائه
“Barangsiapa mau bersabar atas perangai buruk istrinya, maka Allah swt. akan memberinya ganjaran seperti ganjaran Nabi Ayub as. atas kesabarannya terhadap bala dan ujian (yang dihadapinya).” (Dinukil dari kitab Ihya Ulumiddin, 2/43) Wallahu A’lam bis Showab.
Referensi:
1. Shahih Muslim, Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi.
2. Sunan Abu Daud, Al-Imam Sulaiman bin Asyats as-Sijistani.
3. Ihya Ulumiddin, Al-Imam Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.
4. Ad-Da’wah At-Tammah, Al-Habib Abdullah bin A’lawi Al-Haddad.