Keistimewaan kiswah Ka’bah membuat penasaran banyak jamaah dan umat Islam secara umum. Bagaimana sejarahnya?, terbuat dari apa? Di mana dan bagaimana pembuatannya? Tentu juga banyak pertanyaan lainnya.
Mungkin itu juga yang menginspirasi pemerintah Arab Saudi untuk membuka Mugamma al Malik Abdul Aziz Li Kiswatil Ka’bah al Musyarrafah (Komplek Kiswah Ka’bah Raja Abdul Aziz) menjadi salah satu obyek ziarah. Jamaah haji dan jamaah Umroh pun bisa leluasa mengunjunginya.
Selain terdapat sejarah tertulis, poster dan workshop pembuatan kiswah ka’bah yang di-display, di sana juga ada guide yang akan menjelaskan berbagai pertanyaan. Pada tahun 2017, atas usul Ketua Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Syekh Dr. Abdurrahman bin Abdul Aziz as Sudeis, Raja Salman menyetujui komplek yang sebelumnya bernama The Kiswa Factory of the Holy Ka’aba (Pabrik Kiswah Ka`bah) berubah nama menjadi seperti sekarang ini.
Baca juga: Istana Ras Al Tin, dari Aly Pasha hingga Raja Farouk
Berbicara tentang sejarah kiswah ka’bah, sebenarnya sudah ada sejak sebelum Islam. Budaya menutup ka’bah dengan kiswah sudah dijalankan oleh tokoh-tokoh masyarakat zaman itu. Mereka menutup ka’bah dengan kulit ataupun kain Qubbathi yang diproduksi di Mesir. Adalah Tuba’ bin Abi Karab, seorang Raja Yaman yang sangat terkenal dan berkuasa sejak tahun 378 M, orang pertama yang menutup ka’bah dengan kiswah.
Suatu saat, dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Yaman, Tuba` yang didampingi dua orang Yahudi sebagai penunjuk jalan melintasi Mekah dan melihat ka’bah. Tuba` berniat ingin menghancurkan ka’bah, tetapi dua orang Yahudi tersebut melarang. Keduanya menceritakan tentang keagungan ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s., dan akan menjadi sangat istimewa nantinya ketika seorang Nabi Mulia diutus oleh Allah pada akhir zaman.
Mendengar nasehat tersebut, Tuba’ menurut, tidak ada lagi niat menghancurkan ka’bah. Bahkan sebaliknya, ia memuliakan ka`bah. Tuba bersama rombongannya lalu melaksanakan tawaf mengelilingi ka’bah. Sesampainya di Yaman, Tuba’ kemudian mengajak kaumnya untuk memeluk agama Yahudi, agama yang dibawa oleh Nabi Musa a.s. saat itu.
Setelah itu tradisi menutupi ka’bah berlanjut dari waktu ke waktu, jika penutup ka’bah tampak tidak layak maka mereka akan menggantinya dengan yang baru, demikian seterusnya hingga masa Qusoi bin Kilab.
Pada zaman Qusoi bin Kilab, dia mengumpulkan uang dari setiap kabilah untuk membiayai penggantian kiswah ka’bah setiap tahun. Tradisi ini diwariskan hingga ke anak cucunya, sampai pada masa Abi Rabi`ah bin Al Mughirah. Sebelum memeluk Islam, dia melakukan penggantian kiswah satu tahun sekali, lalu keluarga kabilah-kabilah Quraish bergantian pada tahun setelahnya, ini yang mereka sebut sebagai Adl.
Setelah “Fathul Makah”, Nabi Muhammad SAW melaksanakan Haji Wada` pada tahun 9 H. Saat itu, untuk pertama kalinya kiswah ka’bah diganti oleh Rasulullah SAW pada masa Islam. Jenis kain yang digunakan sebagai kiswah ka’bah adalah kain yang sangat terkenal saat itu, seperti kain tenun al Qubbathi dengan bordiran ayat-ayat Quran di atasnya yang terkenal sejak ratusan tahun sebelum Masehi. Ada juga bahan yang namanya “Barud el Yamani”, jenis kain yang sangat terkenal di Yaman saat itu.
Pada masa kepemimpinannya Khalifah Umar bin Khattab, ra., melepas kiswah ka’bah dan menggantinya dengan yang baru. Kiswah lama yang diturunkan, oleh Umar digunting dan dibagi menjadi beberapa potong, lalu diberikan kepada jamaah haji untuk mereka gunakan sebagai pengganti payung peneduh dari sengatan panas matahari Mekah.
Suatu saat di zaman Umar ra., di Madinah dan Mekah terjadi masa sulit yang dikenal dengan “Aam ar Ramadah”, mungkin semacam paceklik atau krisis ekonomi karena produksi terhenti. Itu terjadi pada tahun 17-18 H. Baitul Mal di dua kota tersebut tidak mampu membiayai penggantian kiswah.
Maka Umar minta kepada Gubernur Mesir, Amr bin Ash untuk mengirim kiswah ka`bah dari Mesir. Kebetulan saat itu, industri tenun dan kerajinan menyulam atau bordir di Mesir sedang dalam masa keemasannya. Amr bin Ash mengirim kiswah ka`bah karya asli rakyat Mesir, dan Itu adalah yang pertama bagi Mesir mengirim kiswah ka`bah di masa Islam.
Baca juga: Ka’bah Berganti Baju, Kiswah dalam Kisah (Bagian 1)
Pada zaman Khalifah Usman bin Affan, ra. kiswah yang dipasang untuk menutupi ka’bah dibuat berlapis, ka’bah ditutup dengan kiswah, lalu di atas kiswah ditutup lagi dengan kiswah yang lain. Bahan yang digunakan oleh pengrajin kiswah pada zaman Usman adalah “burud el Yamaniah” kain bordir khas Yaman yang sangat terkenal. Hal itu dilakukan sepanjang beliau menjabat sebagai Khalifah.
Sementara pada zaman Khalifah Ali bin Abi Talib, ra., tidak ditemukan kisah tentang penggantian kiswah. Ada sumber mengatakan bahwa kiswah ka`bah tidak sempat diganti pada zaman Khalifah Ali bin Abi Talib, karena umat Islam saat itu terlalu sibuk akibat fitnah besar yang kita kenal dengan “al fitnah al kubro”. (bersambung)