Jika melihat fenomena yang ada, tidak sedikit kaum Muslim saat ini fokusnya hanya mengutamakan kesalehan pribadi dibanding mengintrospeksi kesalehan sosial yang ada pada dirinya. Banyak yang terjebak dalam kebiasaan beribadah secara pribadi tanpa menyadari peran sosial yang penting untuk kesejahteraan bersama. Padahal dalam Islam tidak hanya ditekankan akan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan saja, tetapi juga mencakup hubungan horizontal antar sesama manusia. Meskipun ibadah adalah aspek penting dari kehidupan seorang Muslim, kesalehan sosial seharusnya menjadi bagian integral dari keberislaman.
Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah ritual salat dan puasa, tetapi juga dilihat dari output sosial terhadap sesama berupa kasih sayang, cinta kasih, penuh kesantunan, sikap demokratis, memberi serta membantu, dan menghargai hak orang lain (Helmiati, 2015). Dalam pandangan Islam ketakwaan seseorang tidak hanya ditandai oleh ibadah ritual dan bentuk ibadah individu saja, melainkan dengan bagaimana nilai-nilai agama itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an sendiri menggarisbawahi pentingnya kepedulian dengan menekankan bahwa iman yang sejati akan selalu diiringi dengan tindakan nyata. Dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 177 terdapat beberapa pokok ajaran Islam, termasuk unsur-unsur aqidah, ibadah, dan akhlak, terutama yang berkaitan dengan kesetiaan sosial (Yusuf, 2021). Pada ayat lain juga disinggung tentang konsep Ta’awun yaitu tolong-menolong dan takwa yang terdapat dalam surah Al-Maidah [5] ayat 2 (Teguh, 2022). Selain itu terdapat juga Hadis Nabi yang artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Problem Pemicu Umat Islam Terjebak dalam Rutinitas Ibadah Pribadi
Banyak umat Islam saat ini terjebak dalam rutinitas ibadah pribadi, sering kali tanpa menyadari pentingnya kontribusi sosial bagi kesejahteraan bersama. Di antara penyebabnya yaitu; Pertama, Individualisme meningkat yang ditandai dengan kurangnya kontribusi serta tanggung jawab sosial dan lebih mementingkan pencapaian pribadi (ibadah pribadi).
Kedua, kurangnya pendidikan sosial dimana pedidikan yang lebih terfokuskan pada aspek ritual keagamaannya saja dan mengesampingkan pemahaman seputar tanggung jawab sosial, padahal hal tersebut juga merupakan bagian integral dari ajaran Islam.
Ketiga, kondisi ekonomi dan sosial yang mendorong untuk fokus pada pemenuhan kebutuhan pribadi dan keluarga, dengan alasan keterbatasan sumber daya dan situasi ekonomi yang sulit.
Dari sedikitnya tiga problem di atas, dapat disimpulkan bahwa fenomena keterjebakan dalam praktik ibadah pribadi bukan hanya akibat dari keputusan individu semata. Situasi sosial, pendidikan, dan ekonomi yang kompleks juga berpengaruh terhadap fenomena ini.
Upaya Pengokohan Kesalehan Sosial
Untuk menjadikan kesalehan sosial sebagai wujud nyata dari keberislaman, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok yaitu; Pertama, memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk menyebarluaskan pesan-pesan kesalehan sosial. Hal tersebut diharapkan mampu menginspirasi satu sama lain untuk lebih aktif berkontribusi kepada sesama.
Kedua, mendorong budaya berbagi dengan mengajak untuk bersedekah dan mengeluarkan zakat kepada yang membutuhkan. Tidak hanya itu saja, tindakan sederhana seperti menjenguk teman yang sakit atau membantu keluarga yang kesusahan juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih solidaritas.
Ketiga, melalui kolaborasi dengan lembaga yang dapat memperkuat upaya dalam menerapkan kesalehan sosial. Salah satu bentuk kolaborasi dengan lembaga yang memungkinkan untuk pengembangan penerapan kesalehan sosial dalam hal berbagi adalah melalui BAZNAS. BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) berfungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq dan sedekah kepada yang membutuhkan.
Di antara output dari Baznas yakni berupa penyaluran dana beasiswa pendidikan kepada pelajar yang membutuhkan, bantuan-bantuan kegiatan syariat Islam yang lainnya, bahkan penyaluran bantuan kepada saudara-saudara di Palestina. Hal tersebut merupakan suatu kemajuan teknologi yang dapat memudahkan antara pihak pemberi zakat dengan pihak yang layak menjadi target penerima. Itulah mengapa kecanggihan teknologi era saat ini dirasa perlu menjadi perantara dalam terealisasinya kesejahteraan masyarakat.
Oleh sebab itu, kesalehan sosial dirasa merupakan bagian penting dari keberislaman yang menunjukkan bagaimana seseorang tidak hanya berhubungan dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, penting bagi umat Islam untuk menerapkan hal tersebut melalui upaya yang tulus dalam kesalehan sosial, yang nantinya bisa menjadi aksi nyata untuk menghidupkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.