Suatu saat Gusti Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa istrinya Siti Hajar dan putra Nabi Ismail yang masih bayi ke suatu lembah tandus tanpa air tumbuhan dan rerumputan. Yaitu lembah Bakkah, atau Makkah.
Lembah Makkah itu dulunya merupakan tempat Baitullah yang sudah ada pada zaman Nabiyullah Adam Alaihis salam. Kemudian hilang lenyap oleh sapuan ganas padang pasir ditambah dengan banjir bandang yang menenggelamkan seluruh muka bumi pada masa Nabi Nuh Alaihis Salam.
Meski sebagai manusia, hati Nabi Ibrahim tidak tega, namun sebagai hamba Allah SWT yang taat dan patuh, beliau tetap menjalankan perintah itu, apa pun resikonya.
Beliau sangat yakin bahwa apa pun perintah Gusti Allah SWT pasti ada maslahatnya, pasti ada manfaatnya, pasti membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi dirinya dan keluarganya.
Sampailah Nabi Ibrahim, istri dan bayinya di sana setelah menempuh perjalanan amat jauh dari Palestina ke Makkah kurang lebih memakan waktu satu bulan naik unta.
Kemudian Nabi Ibrahim mendirikan kemah seadanya dan tinggal di Makkah beberapa hari. Setelah itu beliau kemudian berniat meninggalkan istri dan anaknya di Makkah, karena perintah Gusti Allah SWT adalah membawa mereka berdua ke Makkah dan menempatkan mereka di sana.
Pada saat itu, Nabi Ibrahim sama sekali tidak punya kekuatan untuk berpamitan pada istrinya, tidak punya kemampuan untuk berkata pada istrinya.
Hatinya merasa tidak tahan, tidak tega meninggalkan istri dan anaknya tinggal di Mskkah, lembah yang tandus, tanpa ada air , tumbuhan maupun rerumputan.
Baca juga: Tahun Gajah: Kenangan Kegagalan Raja Abrahah Menyerang Ka’bah
Akhirnya, secara diam diam Nabi Ibrahim menuntun unta meninggalkan istrinya. Sementara Hajar hanya bisa melihat suaminya meninggalkannya tanpa kata pamit atau apapun yang menunjukkan adanya kata perpisahan.
Akhirnya Siti Hajar memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai, suamiku, apakah engkau akan meninggalkan aku dan anakku di tempat yang gersang bin tandus ini sendirian. Kepada siapakah engkau menitipkan kami?”
Meski mendengar kata kata istrinya itu dengan hati yang teriris-iris dan tercabik-cabik karena kasihan, Nabi Ibrahim tetap saja berjalan ke depan.
Kemudian istrinya berkata lagi seperti kalimat yang dikatakannya di depan dengan agak berteriak.
Nabi Ibrahim tetap saja berjalan ke depan.
Sampai kemudian ketika istrinya bertanya lagi, “Wahai suamiku, apakah semua ini adalah perintah dari Gusti Allah SWT dan apakah engkau menitipkan kami pada Gusti Allah SWT?”
Nabi Ibrahim berhenti sejenak dan memberi isyarat bahwa ini memang kehendak Gusti Allah SWT dan ia memang menitipkan mereka pada-Nya.
Mendengar jawaban suaminya, Siti Hajar hatinya merasa lega, tenang dan tentram.
Siti Hajar sangat yakin seyakin-yakinnya haqqul yakin bahwa gusti Allah SWT tak akan pernah menyia-nyiakan, Gusti Allah SWT pasti akan melindunginya, Gusti Allah SWT pasti akan mencukupi kebutuhannya, Gusti Allah SWT pasti akan merawatnya, Gusti pasti akan membimbing mereka berdua, Siti Hajar dan putranya, Ismail.
Baca juga: Keutamaan Ziarah ke Makam Imam Asy-Syafi’i sesudah Ashar Hari Jumat
Sementara itu Siti Hajar terus menatap suaminya sampai kemudian tak terlihat lagi.
Setelah sampai di suatu tempat yang tak terlihat oleh istrinya, Nabi Ibrahim naik ke suatu bukit yang dari atasnya beliau bisa melihat istri dan anaknya.
Sebenarnya Nabi Ibrahim sangat kasihan sekali dengan istri dan anaknya tinggal sendirian di lembah tandus, tanpa air tanpa tumbuhan dan tampak rerumputan.
Namun beliau juga sangat yakin bahwa gusti Allah SWT pasti akan mencukupi, melindungi, membimbing, dan tidak menyia-nyiakan mereka.
Saat itu Nabi Ibrahim berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaan istrinya dan anaknya yang ditinggal di lembah yang gersang bin tandus ini dengan doa yang luar biasa menyentuh:
ربنا اني اسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع عند بيتك المحرم، ربنا ليقيمو االصلوة فاجعل أفئدة من الناس تهوي إليهم وارزقهم من الثمرات لعلهم يشكرون
“Ya Allah, ya Tuhan Kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Yaa Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung rindu kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah buahan, mudah mudahan mereka tetap bersyukur.”
Selanjutnya, Siti Hajar dan Ismail yang masih bayi tinggal di Makkah sendirian. Pada saat persediaan minuman sudah habis, Siti Hajar berusaha mencari air kesana kemari. Hal itu ditunjukkan dengan beliau bolak-balik lari lari kecil dari bukit Marwa ke bukit Shafa.
Baca juga: Syekh Yusri Cerita Kemunculan Imam Mahdi sampai Kaum Beriman Masuk Surga
Siti Hajar naik ke bukit shofa dari sana beliau melihat dari atas adakah air di sekitarnya. Ternyata tidak ada air. Lalu beliau naik ke bukit marwa melihat air dari atas bukit. Ternyata tidak ada air juga. Hal itu beliau lakukan berkali kali.
Setelah beliau merasa putus asa, maka beliau kembali ke tempat bayinya. Ternyata tak disangka di dekat anaknya itu ada sumber air yang mengalir. Sumber itu di kemudian hari dikenal Sumur Zamzam yang tidak pernah kering airnya meski digunakan untuk memberikan minuman pada semua jamaah haji.
Subhanallah, memang benar sekali, bahwa Gusti Allah SWT tak akan menyia-nyiakan hamba-Nya, karena apa pun perintah-Nya pasti ada maslahatnya, pasti ada manfaatnya, pasti ada kebaikan dan kebahagiaan di baliknya.
Sungguh doa Nabi Ibrahim telah dikabulkan, meski saat berdoa tak terbayang sama sekali adanya air. Namun, karena berdoa pada Dzat Yang Maha Penyebab segala sebab, maka doanya dikabulkan. Intinya doa bisa membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin.
Juga doa Nabi Ibrahim dikabulkan sehubungan dengan permohonannya agar sebagian manusia cenderung merindukan istri dan anaknya di Makkah.
Saat ini setiap tahun ada jutaan umat Islam yang melakukan ziarah ke Makkah baik untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Sepanjang tahun ada umrah. Dan pada bulan tertentu mereka melakukan ibadah haji.
Siapa pun yang pernah datang ke Makkah dipastikan pasti ingin datang ke Makkah lagi dan ke Makkah lagi. Tidak heran jika ada orang yang hatinya selalu ingin ke Makkah. Itu semua adalah lantaran doa nabi Ibrahim yang diijabahi Gusti Allah SWT.
Makkah memang bukan penghasil buah-buahan, namun orang yang pernah datang ke Makkah baik ibadah haji maupun umrah, pasti menyaksikan betapa melimpahnya buah-buahan di Makkah dari berbagai jenis buah buahan. Itu juga adalah hasil ijabah atas doa yang disampaikan Nabiyullah Ibrahim Alaihis Salam.
Nabi Ibrahim adalah salah rasul ulul Azmi yang sangat kuat keyakinannya pada keesaan Gusti Allah SWT. Beliau adalah panutan dan pedoman semua agama samawi dalam bertuhan. Keyakinannya pada gusti Allah SWT selalu menginspirasi siapapun kaum beriman. Termasuk sunnah nabi Ibrahim adalah ibadah kurban dan ibadah khitan.
Semoga kita bisa selalu mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan juga sunnah Nabi Ibrahim AS yang telah diajarkan oleh Baginda Nabi. Amin.