Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Kita Semua Pendosa yang Memilih-Milih

Avatar photo
564
×

Kita Semua Pendosa yang Memilih-Milih

Share this article
Banyak orang tampak saleh bukan karena benar-benar suci, tapi karena dosanya tidak terlihat.
Banyak orang tampak saleh bukan karena benar-benar suci, tapi karena dosanya tidak terlihat.

Kadang kita lupa, yang membuat kita jauh dari Allah bukan karena banyaknya dosa, tapi karena kita menikmati dosa yang terasa cocok bagi diri kita sendiri.

Kita pilih dosa yang nyaman — lalu sibuk menghakimi orang lain yang berdosa dengan cara yang berbeda.

Cermin yang Pecah: Saat Kita Sibuk Menilai

Banyak orang tampak saleh bukan karena benar-benar suci, tapi karena dosanya tidak terlihat.
Sementara sebagian lain tampak kotor bukan karena mereka lebih buruk, tapi karena mereka jujur terhadap luka dan kelemahannya.

Kita sering lupa: tugas kita bukan menilai orang lain, tapi memperbaiki diri.

Allah ﷻ berfirman:

فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“Janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah (Allah) yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa.”
(QS. النجم [An-Najm]: 32)

Ayat ini lembut tapi tegas — bahwa merasa diri suci bisa jadi bentuk kesombongan paling halus. Kesombongan yang menutupi dosa, bahkan membuat seseorang merasa tidak perlu ampunan.

Imam al-Ghazali menulis dalam Ihya’ Ulumiddin, “Barang siapa merasa dirinya suci, maka ia telah jatuh dalam dosa kesombongan. Orang seperti itu lebih kotor daripada pendosa yang menyesal.”

Dosa yang Kita Sukai

Ada dosa yang terasa “nyaman” bagi sebagian orang. Menunda shalat dengan dalih lelah, bergosip atas nama keakraban, atau berbohong “demi kebaikan”.

Kita terbiasa menormalkan dosa kita sendiri, tapi marah melihat orang lain jatuh dalam dosa yang lain.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertobat.” (HR. الترمذي، رقم 2499)

Hadis ini sederhana, tapi dalam: Allah tidak mencari manusia tanpa dosa. Allah mencari manusia yang tahu dirinya berdosa — lalu kembali.

Dosa Kecil yang Diremehkan

Kita sering berpikir: “Ah, cuma dosa kecil.”

Tapi Imam al-Ghazali mengingatkan:

“Jangan engkau pandang kecilnya dosa, tetapi pandanglah kepada siapa engkau bermaksiat.”

Karena dosa kecil yang dilakukan terus-menerus bisa menjadi besar di sisi Allah.

Dan dosa besar yang disesali dengan sungguh-sungguh bisa menjadi jembatan menuju rahmat-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apa pun, walau hanya dengan wajah ceria kepada saudaramu.

Jika kebaikan kecil saja tidak boleh diremehkan, bagaimana mungkin dosa kecil dianggap remeh?

Ampunan Seluas Langit

Bagi siapa pun yang merasa berat karena dosanya, ketahuilah — Allah tidak pernah lelah membuka pintu ampunan.
Selama kita masih mau mengetuk, rahmat-Nya selalu menunggu.

Allah ﷻ berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. الزمر [Az-Zumar]: 53)

Ayat ini bukan sekadar penghiburan. Ini janji, bahwa selama hati belum menyerah, Allah belum menutup pintu-Nya.

Rendahkan Hati, Bukan Orang Lain

Kita semua sedang berjalan pulang ke arah yang sama — menuju Allah. Hanya saja, ada yang langkahnya cepat, ada yang tersandung, ada yang masih belajar berdiri.

Maka jangan merasa lebih baik dari siapa pun. Bisa jadi, orang yang hari ini terlihat hina, besok lebih mulia di sisi Allah daripada kita yang sibuk merasa benar.

Imam al-Ghazali berpesan, “Jangan tertipu oleh amalmu, dan jangan berputus asa karena dosamu. Karena Allah menutup jalan putus asa, dan membuka lebar-lebar jalan ampunan.”

Kita semua pendosa — hanya saja, sebagian dari kita lebih pandai menyembunyikan dosanya. Yang membedakan bukan siapa yang lebih bersih, tapi siapa yang lebih sadar diri.

Maka biarlah dosa orang lain menjadi pelajaran, bukan bahan penghakiman. Karena di hadapan Allah, kita semua hanyalah hamba yang sedang belajar pulang — dengan pakaian bernoda, tapi hati yang terus ingin bersih.

والله أعلم بالصواب

Kontributor

  • Rayhan Mubarok

    lahir di Jakarta, 1999. Pernah menempuh studi di Pondok Modern Darussalam Gontor dan Universitas Al-azhar Kairo.