Tulisan, merupakan salah satu kekayaan intelektual yang diwariskan Kyai Sahal Mahfudz Kajen Pati untuk para santrinya. Baik itu berupa makalah dan buku berbahasa Indonesia, maupun kitab-kitab berbahasa Arab.
Kitab yang memiliki judul lengkap “Anwar al-Bashair ‘ala Ta’liqat Asybah wa an Nadlair li Al-Imam As-Suyuti“ ini merupakan kitab karya Kyai Sahal Mahfudz yang baru diterbitkan enam tahun setelah beliau wafat. Soft Launching Kitab tersebut dilaksanakan bertepatan dengan wisuda pertama Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda, pada awal Maret 2020.
Menyaksikan para santri beliau membaca kitab tersebut pada prosesi wisuda, terus terang menerbitkan rasa haru. Karena menurut saya, ini bukan semata soal bagaimana kitab itu dibaca. Namun bagaimana keberadaan sosok Kyai Sahal menjadi inspirasi dan menggerakkan hati santri untuk terus belajar, serta menunjukkan bahwa hubungan batiniah itu masih terus terjaga.
Al-Asyabah wa al-Nadlair sendiri merupakan kitab Ushul Fikih karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti yang cukup terkenal di kalangan pesantren. Kitab ini biasa dipelajari oleh santri di kelas atas. Hal ini karena Ushul Fikih merupakan disiplin ilmu yang bersifat pendalaman. Sehingga dalam tradisi pesantren, ilmu ini baru diajarkan saat dasar-dasar gramatika Arab sedikit banyak telah dikuasai oleh para santri.
Baca juga: Khidmah Kitab Al-Luma’, Dari Syekh Yasin Al-Fadani Hingga Mbah Sahal
Berbeda dengan kitab Ta’liqat yang Kyai Sahal tulis sebelumnya, yakni kitab berjudul “Thariqatul Husul ‘ala Ghayatul Wushul”, dimana catatan diberikan oleh beliau dalam bentuk kalimat atau keterangan cukup panjang. Adapun Ta’liqat dalam kitab “Anwar al–Bashair” ini dituliskan Kyai Sahal dalam bentuk kata atau kalimat pendek.
Kyai Sahal tidak memberikan catatan terlalu panjang dalam setiap keterangan dalam kitab ini. Catatan lebih banyak beliau suguhkan menjadi semacam footnote (catatan kaki) yang akan membantu santri dalam memahami maksud kata atau kalimat dalam kitab asal.
Dalam hal ini, Kyai Sahal paham betul, bahwa pemaknaan awal terhadap kata atau kalimat merupakan landasan awal sebelum memahami maksud sebuah tulisan. Karenanya, kitab ini menurut saya, menjadi penting dalam memberikan panduan bagi para santri. Terutama bagi mereka yang sedang mempelajari kitab karya Imam As-Suyuti tadi.
Baca juga: Kiai, Hadratusyaikh Hasyim Asyari dan Hari Santri
Kitab yang diterbitkan dalam jumlah terbatas ini paling tidak, dapat menandai bagaimana upaya para ulama dalam nguri-nguri (melestarikan) tradisi literasi pesantren. Kitab ini merupakan kitab karya Ulama Nusantara yang terhubung dalam sanad keilmuan dengan para ulama dan penulis sebelumnya, melalui guru-guru yang mengajarkannya.
Banyak ilmu dan uswah yang diberikan Kyai Sahal dalam setiap ucapan, perbuatan maupun tulisan yang beliau tinggalkan. Semoga, karya-karya beliau ini menjadi jariyah yang akan terus mengalir bagi beliau. Dan semoga, kita yang belajar, dan menuliskan kembali apa yang beliau ajarkan, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, mendapatkan berkah ilmu dan kebahagiaan. Amin.
Alfatihah kagem Kyai Sahal Mahfudz dan para masyayikh yang telah mendahului kita.
Kajen, Oktober 2020
Catatan: Mohon maaf, kitab ini masih dicetak dalam jumlah terbatas sehingga belum bisa didistribusikan secara umum.