Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Lima Tahapan Mensyukuri Karunia Anak

Avatar photo
30
×

Lima Tahapan Mensyukuri Karunia Anak

Share this article

Anak adalah karunia bagi setiap orang tua. Kehadiran anak dalam keluarga disambut dengan ceria, semarak dan penuh kebahagiaan. Keluarga tanpa anak terasa kurang sempurna. Sebab mereka dapat menjadi permata hati bagi kedua orang tuanya. Lelah, capek, penat selepas bekerja seakan menghilang jika dapat bercengkrama dan bercanda ria dengan anak.

Para orang tua harus menyadari bahwa memiliki keturunan adalah kehendak Allah. Firman-Nya dalam Q.S. As-Syu’ara’ (42) ayat 49: “Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki,” menjadi penegas bahwa kehadiran anak adalah kuasa Allah. Dengan demikian, anak merupakan anugerah istimewa yang harus senantiasa disyukuri oleh setiap orang tua.

Dalam menjalankan rasa syukur kepada Allah terhadap kehadiran anak dalam lingkungan keluarga, ada beberapa tahapan yang bisa dilaksanakan orang tua sesuai dengan syariat Islam. Di antara tahapan-tahapan tersebut adalah;

Pertama, mengucap alhamdulillah dan bersedekah setelah sang istri dinyatakan hamil.

Mengucapkan puji dan syukur kepada Allah adalah hal paling utama bagi orang tua. Sikap ini menandakan kebahagiaan orang tua akan hadirnya anak yang melengkapi keluarga kecilnya.

Akan lebih afdhal jika kebahagiaan calon orang tua ditambah rasa syukurnya dengan mensedekahkan sebagian hartanya kepada anak-anak yatim, orang terlantar, dan orang-orang yang membutuhkan di sekitarnya.

Kedua, melaksanakan aqiqah setelah anak lahir.

Apalagi jika sang anak dilahirkan dalam keadaan sehat, normal dan tidak kurang apapun dalam fisik serta akalnya. Sebaiknya orang tua melaksanakan penyembelihan hewan untuk aqiqah anak. Dua kambing untuk anak laki-laki, satu kambing untuk anak perempuan. Waktu yang terbaik adalah 7 hari setelah kelahiran anak. Jika belum sanggup, maka boleh dilaksanakan kapan saja.

Menyembelih hewan aqiqah merupakan bentuk rasa syukur orang tua kepada Allah atas kelahiran putranya ke dunia ini. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi. Maka sembelihlah hewan dan hilangkan semua gangguan darinya.

Ketiga, berbelas kasih terhadap anak.

Artinya anak diberikan kasih sayang dengan kelembutan, ungkapan rasa sayang, tidak menyakiti secara verbal maupun fisik dan memberinya pakaian yang terbaik. Perilaku orang tua semacam ini yang akan merangsang pertumbuhan anak dalam suasana keluarga yang harmonis, penuh cinta dan berkembang sesuai naluri keislamannya.

Hal ini pula yang sering dilakukan Rasulullah dalam menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Dalam membangun keluarga, Nabi dapat menjadi teladan bagi umatnya.

Salah satunya melalui kesaksian Anas bin Malik yang berkata; Saya tidak pernah melihat orang yang lebih berbelas kasih terhadap anak-anak selain Rasulullah SAW. Putranya, Ibrahim, sedang dirawat seorang suster di perbukitan sekitar Madinah. Dia akan pergi ke sana dan kami akan pergi bersamanya dan dia akan memasuki rumah, menjemput putranya, dan menciumnya, lalu kembali.”

Keempat, banyak mendoakan anak di waktu kecil.

Saat Usamah bin Zaid masih kecil, Rasulullah pernah meletakkannya di salah satu pahanya dan Hasan bin Ali di paha lainnya. Lalu beliau memeluk mereka berdua seraya berdoa: “Ya Allah, berbelas kasihlah kepada mereka karena aku berbelas kasih kepada mereka!” Sikap Rasulullah ini menunjukkan kebiasaannya dalam mendoakan anak-anak terhadap kebaikan.

Kelima, bersyukur dengan memberikan pendidikan yang terbaik buat anak.

Pendidikan non-formal yang baik untuk anak bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua dapat memulai pendidikan anak dengan mengajarkan akhlak mulia terhadap mereka. Sebagaiman hadis Nabi: Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.” Di samping itu anak juga dikenalkan kepada Allah, diajarkan shalat, diceritakan kisah para nabi dan tokoh Islam.

Adapun pendidikan formal, orang tua dapat memilihkan lembaga pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak. Dalam mengembangkan potensi anak terhadap Islam, pesantren layak menjadi tempat terbaik. Di tempat ini, anak-anak bisa menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, menghafal dan memahami ribuan hadis, mampu membaca kitab kuning dan lain sebagainya.

Jika potensi pembelajaran agama sudah ditanamkan dengan baik, maka lembaga pendidikan negeri bisa menjadi solusi untuk mengembangkan bakat-minat anak. Misalnya melalui institusi pendidikan Islam di bawah naungan Kemenag seperti MIN, MTsN dan MAN memberikan porsi 50:50 antara materi agama dengan umum. Sedangkan institusi pendidikan di bawah kewenangan Kemendikbudristek seperti SD, SMP dan SMA memberikan porsi lebih banyak di materi umum.

Anak adalah aset bagi orang tuanya yang harus disyukuri. Memberikan yang terbaik kepada mereka adalah sebuah keharusan bagi orang tua. Adapun harapan para orang tua adalah mereka dapat hidup lebih baik dibanding kehidupan orang tuanya.

Barangkali tahapan-tahapan di atas hanya sekedar pengingat bagi para orang tua agar perjalanan hidup dalam keluarga terasa lebih bermakna. Imbasnya, perilaku dan sikap anak juga setimpal kepada orang tuanya kelak jika mereka sudah mulai menua. Para orang tua tentu bahagia jika putra-putrinya bersyukur atas kehadiran mereka. Hal ini yang mendorong anak untuk melakukan yang terbaik untuk orang tuanya.   

Lebih jauh lagi, dengan sikap-sikap di atas, para orang tua berharap anak-anaknya akan melakukan hal yang sama terhadap cucu-cucunya nanti. Karena mereka akan menjadi role model bagi generasi setelahnya. Wallahu A’lam.

Baca artikel menarik lainnya tentang anak di sini

Kontributor

  • Andi Luqmanul Qosim

    Mengenyam pendidikan agama di Ta'mirul Islam Surakarta dan Universitas Al-Azhar Mesir. Sekarang aktif sebagai pengajar di Fakultas Syariah IAIN Salatiga dan Guru Agama di SMAN 1 Parakan Temanggung.