Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Manuskrip Nazhoman “Partai NU” Berbahasa Sunda Pegon dari Keresek Garut

Avatar photo
19
×

Manuskrip Nazhoman “Partai NU” Berbahasa Sunda Pegon dari Keresek Garut

Share this article

Berikut ini adalah nazhoman (puisi
berbait dan berima) berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) yang berisi
kampanye dan ajakan kepada masyarakat Sunda agar memilih Partai Nahdlatul Ulama
(NU).

Menariknya, teks nazhoman “Partai NU”
ini terhimpun bersama teks-teks lain dalam satu buah naskah (manuskrip) yang
memuat kompilasi beberapa kajian dalam pelbagai bidang ilmu pengetahuan Islam,
seperti ilmu tauhid (teologi), sejarah hidup Nabi Muhammad, serta hukum Islam
(fikih) dasar.

Teks nazhoman “Partai NU” sendiri berada
“nyempil” sebanyak empat buah halaman, yaitu pada halaman 18 sampai 21 pada
manuskrip, dengan jumlah keseluruhan 20 (dua puluh) bait nazhom. Sayangnya,
tidak terdapat keterangan yang utuh mengenai siapa pengarang nazhoman ini.
Titimangsa penulisan manuskrip nazhoman Partai NU ini diperkirakan pada rentang
waktu antara tahun 1955-1970-an. Manuskrip ini sendiri ditemukan keberadaannya
sebagai milik salah seorang ajengan di Keresek, Garut.

Manuskrip nazhoman “Partai NU” berbahasa
Sunda Pegon ini telah dikaji oleh Hartono sebagai bahan penelitian tesisnya
pada Program Pascasarjana pada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas
Padjadjaran Bandung tahun 2014, dengan judul “Naskah Nadoman Kampanye Partai
NU: Edisi Teks, Terjemahan dan Kajian Fungsi Teks”.

* * *

Tertulis pada pembukaan nazhoman:

بسم الله جدي ووتن # ڽبت جنڠن فڠيران

ݢوستي الله صفة رحمن # نو كݢوڠن كامليئن

ڽكتو دئي ت لفت # مݢي تتف سلام رحمة

كاكڠجڠ نبي محمد # فانوتن سديا ؤمة

(Bismillah jadi wiwitan #
Nyebat jenengan pangeran

Gusti Allah sipat Rahman #
Nu kagungan kamulyaan

Nya kitu deui teu lepat #
Mugi tetep salam rahmat

Ka kangjeng Nabi Muhammad
# Panutan sadaya umat)

Artinya:

(Bismillah menjadi
permulaan # Menyebut nama Sang Tuhan

Gusti Allah yang memiliki
sifat Rahman # Yang memiliki kemuliaan

Begitu juga tidak salah
(lepat) # Semoga tetap salam dan rahmat

Untuk kangjeng Nabi
Muhammad # Yang menjadi panutan semua umat)

Setelah itu, penulis nazhom melanjutkan:

وبعد إي نظمن # ايموتكنن فرا إخوان

كولا ورݢا نهضينا # جڠ سكابيه مسلمين

ڽوندوك وقت مڠسا دتڠ # فلهن أموم منجلڠ

فكن مله وكل ؤراڠ # ڽئن دسر ؤنداڠ٢

(Wa ba’du ieu nadoman #
Emutkeuneun para ikhwan

Kulawarga Nahdliyina #
jeung sakabeh muslimina

Cunduk waktu mangsa datang
# Pilihan umum menjelang

Pikeun milih wakil urang #
Nyieun dasar undang-undang)

Artinya:

(Wa ba’du, ini adalah
sebuah nazhoman # Untuk menjadi pengingat handai taulan

Keluarga besar Nahdliyyin
# Juga seluruh umat Muslimin

Dalam waktu yang akan
datang # Pemilihan umum menjelang

Untuk memilih wakil kita #
Membuat dasar undang-undang negara)

Selanjutnya, sang pengarang nazhaman
menjelaskan tentang tentang seluk beluk Partai NU dan juga lambang partainya.
Tertulis di sana:

أينؤ تيه إسلام دسرنا # علماء أنو ممفينا

كتو دئي فرا استري نا # مسلمات اينؤ نمينا

أري سمبول فرتي ؤراڠ # بول دنيا تا مڠمڠ

أنو دي بڠكت كو تمبڠ # سي سنا سلافن بينتڠ

(NU teh Islam dasarna #
Ulama anu mingpinna

Kitu deui para istrina #
Muslimat NU namina

Ari simbul parte urang #
Bola dunia teu mangmang

Anu dibeungkeut ku tambang
# Sisina salapan bentang)

Artinya:

(NU adalah partai yang
berspiritkan Islam # Yang dipimpin oleh para ulama

Demikian juga para
perempuannya # Yang terwadahi dalam Muslimat NU

Adapun simbol partai kita
# Adalah bola dunia yang nyata

Yang diikat oleh tali
tambang # Di sisinya ada bintang sembilan)

سڠكس كتو فنمبه نا # حرف عراب أكسرانا

نهضة العلماء تيئا # ته ايت كيتو سمبولنا

دولور دولور كدي للي # أفلكن مسيڠ ݢومتي

سمبول اينؤ أنو فستي # نو ݢس دي ترڠكن تدي

(Sanggeus kitu panambahna
# Hurup Arab aksarana

Nahdlatul Ulama tea # Tah
eta kitu simbulna

Dulur-dulur kade lali #
Apalkeun masing gumati

Simbul NU anu pasti # Nu
geus diterangkeun tadi)

Artinya:

(Setelah itu yang menjadi
penambahnya # Huruf Arab aksaranya

Yaitu “Nahdlatul Ulama” #
Nah begitulah ia simbolnya

Saudara-saudara jangan
lupa # Harap untuk senantiasa mengingatnya

Lambang NU yang sudah
jelas # Yang telah diterangkan tadi)

* * *

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi
sosial-keagamaan terbesar di Indonesia. NU yang diresmikan pada tahun 1926
berafiliasi dengan ideologi Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang
menjadi ideologi mayoritas umat Muslim di dunia. Ahlus Sunnah wal Jama’ah
memiliki akar sejarah, pemahaman, tradisi dan sanad keilmuan yang terus
berkesambungan dan berkesinambungan selama empat belas abad lamanya sejak zaman
Rasulullah SAW hingga masa saat ini tanpa mengalami keterputusan.

Selain itu, NU juga memiliki karakter
yang khas, yaitu moderat (tawassuth), toleran (tasâmuh), seimbang (tawâzun),
lempang (i’tidâl) serta berselaras dengan spirit kebudayaan dan kebangsaan.

Pada tahun 1952, NU mendeklarasikan
sebagai sebuah partai politik, dan mengikuti pemilu tahun 1955. Dalam pemilu
tahun tersebut, Partai NU berhasil mendapatkan suara yang cukup besar dengan
memperoleh 45 kursi di parlemen. Partai NU pun menjadi salah satu dari empat
partai dengan perolehan suara terbesar di Indonesia, yaitu PNI, PKI, Masyumi
dan Partai NU. Jumlah suara-kursi yang didulang oleh Partai NU pun terus besar
dan signifikan dalam pemilu-pemilu tahun berikutnya.

Pada tahun 1973, atas keputusan
pemerintahan Orde Baru masa Soeharto, Partai NU dan seluruh partai yang
berlatar belakang Islam lainnya dilebur ke dalam satu buah wadah partai, yaitu
Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Orde Baru hanya mengizinkan keberadaan tiga
buah partai politik saja, yaitu PPP, Golkar (Golongan Karya) dan PDI (Partai
Demokrasi Indonesia).

* * *

Selain nazhoman “Partai NU” berbahasa
Sunda Pegon yang kita diskusikan ini, terdapat juga sebuah kitab lain yang
ditulis dalam tema yang sama, yaitu kitab “Sya’ir Mustika Jagat” yang ditulis
oleh KH. Dhoimuri dari Blora (Jawa Tengah) dalam bahasa Jawa Pegon. Selain itu,
terdapat juga karya berjudul “Partai NU dan Aqidahnja” yang ditulis oleh KH.
Amak Fadhali, KH. Idham Chalid dkk. pada tahun 1969 dalam bahasa Indonesia
aksara Latin. Pada masa itu, KH. Idham Chalid menjabat sebagai Ketua Umum PBNU.

Seorang ulama Tatar Sunda yang lain,
yaitu KH. Abdul Halim Kedung (Leuwimunding, Majalengka), juga menulis sebuah
kitab berbahasa Melayu-Indonesia aksara Arab berisi sejarah besar NU dari mulai
awal berdirinya hingga tahun 1970. Kitab tersebut berjudul “Sejarah Perjuangan
Kiyahi Abdul Wahhab [Chasbullah]).

Wallahu A’lam

Sukabumi, Dzulhijjah 1442 Hijri/Juli
2021 Masehi

Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban

 

Kontributor

  • A. Ginanjar Syaban

    Nama lengkapnya Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban, MA. Filolog Muda NU ini adalah pakar naskah Islam Nusantara. Sehari-hari menjadi dosen di UNU Jakarta, dan aktif menulis juga menerjemah buku-buku berbahasa Arab.