Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Megengan, tradisi syar’i masyarakat Jawa menyambut Ramadhan

Avatar photo
24
×

Megengan, tradisi syar’i masyarakat Jawa menyambut Ramadhan

Share this article

Megengan dari kata pegeng yang berarti menyapih. Dalam bahasa Kawi, Megengan berarti ngampet (menahan). Megengan dilakukan di bulan Ruwah (Sya’ban) yang bertujuan menyambut bulan Pasa (Puasa/Ramadhan) dengan mengirim doa untuk para arwah keluarga yang telah meninggal. Oleh sebab itu, bulan Sya’ban dalam bahasa Jawa disebut Ruwah, serapan dari kata Arab Arwāḥ (jiwa/ruh orang meninggal).

Mendoakan orang yang telah meninggal disyariatkan dalam Islam dan dalil tentang itu secara tersurat dan tersirat banyak dapat kita jumpai baik di al-Quran maupun Hadis baginda Nabi saw. Berkumpul secara berjamaah untuk berzikir juga banyak dalil yang menyarankan dan membolehkannya. Begitu juga penyambutan bulan Ramadhan, bulan teragung dan istimewa. Bulan yang mana pintu-pintu surga terbuka, sedang pintu-pintu neraka tertutup dengan setan-setan terbelenggu. Sebagaimana Hadis:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ (رواه الترمذي والحاكم)

Artinya,“Jika malam awal bulan Ramadhan tiba maka terbelenggulah setan-setan dan jin, pintu-pintu neraka tertutup dan tidak terbuka satu pintupun dan terbukalah pintu-pintu surga dan tidak tertutup satu pun serta seseorang akan berkumandang, ‘Wahai para pecinta kebaikan terimalah, wahai pecinta keburukan rasakanlah, Allah swt berhak membebaskan seseorang dari neraka.’ Dan hal ini (terjadi) setiap malam (Ramadhan).” (HR. Al-Tirmidzi dan Al-Hakim)

Berkaitan dengan ini Ibnu Rajab menuliskan dalam Laṭā’if al-Ma‘ārif (hal. 147-148) tentang bagaimana baginda Nabi saw. memberikan kabar gembira pada umat tentang Ramadhan dan mengutip pendapat beberapa ulama tentang bagaimana seorang Muslim tidak gembira dengan datangnya Ramadhan. Bagaimana seorang Muslim tidak senang dengan dibukanya seluruh pintu surga, ditutupnya semua pintu neraka dan terbelenggunya para setan? Maka wajar jika Ramadhan datang seorang Muslim bersiap menyambutnya sebab senang.

Praktik Megengan di masyarakat

Megengan adalah salah satu bentuk pengejawantahan akan kegembiraan menyambut Ramadhan dengan mengumpulkan para tetangga, bersama mengirim doa untuk para arwah dan bersedekah makanan bagi yang hadir–yang diundang. Sehingga tradisi Jawa ini sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam walau baginda Nabi saw. sendiri belum pernah melakukan tradisi ini. Sebab perilaku meninggalkannya baginda Nabi saw. atas sesuatu (tark al-Nabī) tidaklah menunjukkan atas dilarangnya sesuatu itu. Perlu petunjuk lain yang dapat menguatkan bahwa sesuatu yang ditinggalkan atau tidak dilakukan oleh beliau itu terlarang. Dan para ulama Ushul Fikih sudah menyampaikan masalah ini dengan jelas sebagaimana ucapan Syeikh Ali Jum’ah dalam kitab al-Bayān (1/213):

ولقد اتفق علماء المسلمين سلفا وخلفا شرقا وغربا على ان الترك ليس مسلكا للاستدلال بمفرده… فالترك لايفيد حكما شرعيا بمفرده

“Dan para ulama Muslim telah benar-benar bersepakat mulai yang terdahulu sampai yang sekarang, dari ujung Timur sampai Barat bahwa al-tark (meninggalkannya baginda Nabi saw. pada sesuatu) secara menyendiri bukanlah salah satu cara untuk menarik sebuah dalil… maka al-tark secara menyendiri tidaklah dapat memunculkan sebuah hukum syariah”. Pasal al-tark ini juga pernah kami tulis dalam sebuah artikel jurnal secara panjang lebar.

Tradisi penyambutan Ramadhan yang dilakukan oleh Baginda Nabi saw. sendiri–sebagaimana yang diutarakan oleh Muhammad al-Dabisi dalam Ḥāl al-Mu’minīn fī Sha‘bān hal. 20– salah satunya adalah dengan memperbanyak berpuasa di bulan Sya’ban. Hingga diriwayatkan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan di mana baginda saw. banyak berpuasa selain di bulan Ramadhan.

Tidak menutup kemungkinan bahwa baginda Nabi saw. juga banyak bersedekah dan mendoakan umatnya yang telah meninggal di bulan Sya’ban. Sebab ketidaktahuan akan sesuatu belum tentu sesuatu itu tidak terjadi, hanya memang tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau saw. atau sahabat beliau pernah mengadakan suatu acara seperti Megengan. Namun menilik dari maksud dan proses Megengan dilakukan, sama sekali tidak ada koridor syariah yang dilanggar bahkan banyak ditemukan kebaikan syariah dijalankan; menyambut Ramadhan, mendoakan yang telah wafat, berkumpul untuk zikir dan bagi sedekah makanan.

Jika ada sebuah acara peresmian gedung atau peringatan akan suatu hal yang diadakan secara mewah dengan mengundang banyak tamu dan tersaji banyak makanan tidak dipermasalahkan, lantas kenapa Megengan dipermasalahkan?

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.