Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Memahami Sabda Nabi “Inilah Sunnahku”

Avatar photo
39
×

Memahami Sabda Nabi “Inilah Sunnahku”

Share this article

Sunnah Rasulullah Saw tidak terbatas pada satu dimensi saja.

Ada sunnah Nabi yang berkaitan dengan masalah akidah (dalam konteks inilah makna sunnah dalam pemakaian ulama salaf: dalam bidang akidah).

Ada sunnah beliau yang berkaitan dengan ibadah. Ada sunnah beliau yang berkaitan dengan adat kebiasaan.

Tapi ada yang menarik. Meskipun ada sunnah dalam akidah, ibadah, kebiasaan dan sebagainya, tapi tidak ada satu hadits pun dalam kutub sittah (sepanjang yang saya tahu) yang di dalamnya Rasulullah Saw menegaskan, “Inilah sunnahku…”

Baca juga: Perkara Sunnah yang Mungkin Ditinggalkan di Zaman Sekarang

Ada memang hadits dalam Shahihain dengan redaksi: “Siapa yang tidak suka sunnahku maka ia bukan bagian dariku,” dan ini berkaitan dengan masalah menikah, puasa dan tidur di malam hari.

Satu-satunya hadits di mana Nabi menegaskan bahwa “Inilah sunnahku…” justeru tidak berkaitan dengan masalah akidah atau ibadah sama sekali, melainkan dalam masalah kesucian hati.

Perhatikan hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya berikut ini :

قال أنس بن مالك قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا بني، إن قدرت أن تصبح وتمسي ليس في قلبك غش لأحد فافعل، ثم قال لي: يا بني وذلك من سنتي، ومن أحيا سنتي فقد أحبني، ومن أحبني كان معي في الجنة. (قال الترمذي: هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه)

Anas bin Malik berkata, “Rasulullah Saw bersabda padaku: “Ananda, kalau engkau bisa setiap pagi dan sore hari, di dalam hatimu tidak ada rasa benci pada siapapun juga maka lakukanlah. Ananda, inilah sunnahku. Siapa yang menghidupkan sunnahku berarti ia mencintaiku. Siapa yang mencintaiku ia akan bersamaku di surga.”

Tanpa mengabaikan sunnah-sunnah dalam bidang akidah, ibadah dan sebagainya, mari berikan perhatian yang lebih besar pada sunnah Nabi yang satu ini: kebersihan hati.

Kalau yang disorot selalu sunnah dalam masalah ibadah furu’iyah, apalagi masalah penampilan luar, sementara sunnah yang lebih esensial dan langsung ditegaskan oleh Nabi melalui sabdanya, “inilah sunnahku…” diabaikan, tentu ini ibarat mencari jarum jahit tapi kapak hilang.

Kontributor

  • Yendri Junaidi

    Bernama lengkap Yendri Junaidi, Lc., MA. Pernah mengenyam pendidikan di Perguruan Thawalib Padang Panjang, kemudian meraih sarjana dan magister di Universitas Al-Azhar Mesir. Sekarang aktif sebagai Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Diniyyah Puteri Padang Panjang.