Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Mengapa Waktu Imsak Selalu Dipersoalkan?

Avatar photo
41
×

Mengapa Waktu Imsak Selalu Dipersoalkan?

Share this article

Saya geli setiap Ramadhan selalu disuguhi artikel
atau video yang memprotes waktu imsak dalam jadwal imsakiyah kita. Katanya,
waktu imsak di Indonesia itu salah karena seharusnya imsak itu saat Subuh tiba,
bukan sepuluh menit sebelumnya.

Kenapa geli? karena hal semacam ini seharusnya
dipahami oleh penulis tingkat pemula sekali pun. Mahasiswa S1 semester awal, bahkan
anak sekolah sekali pun diajari bahwa sebelum menulis suatu tema harus jelas
dulu definisinya, dan definisi itu sendiri berbeda-beda aspeknya. Ada aspek
bahasa dan ada pula aspek istilah. Aspek istilah juga berbeda-beda, tergantung
istilah dalam konteks apa dan di mana istilah itu berlaku. Ini harus jelas dulu
sebelum pembahasan apa pun dimulai.

Soal istilah imsak pun demikian. Kita harus tahu bahwa
istilah imsak itu banyak artinya:

1. Imsak dalam arti tidak berbicara.

2. Imsak dalam arti menahan apa pun secara umum.

3. Imsak dalam arti memulai puasa.

4. Imsak dalam arti waktu persiapan 10 menit
sebelum Subuh.

Semua itu adalah istilah imsak yang berlaku secara
umum, tidak ada yang salah darinya. Namanya saja istilah, terserah masyarakat
mau membuat istilah apa, yang penting sama-sama paham. Semua orang yang membuat
jadwal imsakiyah Ramadhan, baik itu orang Kementerian Agama, Lajnah Falakiyah ormas
tertentu, mahasiswa astronomi, atau apa pun yang biasa menerbitkan jadwal
shalat, SEMUANYA PAHAM bahwa kata imsak dalam jadwal mereka adalah makna
keempat, yakni waktu persiapan untuk berpuasa 10 menit sebelum dimulai, bukan
makna ketiga yakni Subuh itu sendiri yang memang batas dimulainya puasa.

Kenapa namanya kok imsak? Ya terserah masyarakat
mau dikasih nama apa. Kalau tak suka istilahnya karena merasa rancu dengan
makna “imsak” yang beragam, maka silakan diganti saja dengan istilah
lain. Hanya saja, kalau ada yang salah paham dan merasa rancu, maka semestinya
dia bertanya pada yang paham. Lucunya di negeri ini, yang salah paham dan
merasa rancu pada istilah imsak justru menyalahkan pemakai dan pembuat istilah
tersebut yang paham betul maksudnya.

Kenapa kok 10 menit? Ya terserah juga orang mau
menentukan waktu persiapan berapa menit, lah wong cuma persiapan untuk ibadah
kok dipermasalahkan. Selama ini di berbagai acara lumrah sekali ada aturan
“harap hadir 10 menit sebelum acara dimulai”, masak mau kita gugat
kenapa kok 10 menit, kenapa bukan 5 menit, kenapa bukan 15 menit atau kenapa
masih diberi waktu persiapan segala? Terlalu kekanak-kanakan mempermasalahkan
hal semacam ini.

Apalagi bagi yang paham aturan dalam membuat
jadwal shalat, maka hal semacam ini sangat penting. Semua jadwal shalat yang
ditulis itu sudah diberi waktu ihtiyath (waktu berhati-hati) selama 1-2 menit
agar siapa pun yang memakainya tidak sampai shalat sebelum masuk waktu. Bisa
dibayangkan bagaimana beban dosa dan beban moral pembuat jadwal shalat apabila
ternyata hitungannya sedikit meleset sehingga shalat orang tidak sah. Karena
itu, apabila misalnya waktu subuh dalam perhitungan aslinya jam 4:12:35 (jam
empat 12 menit 35 detik), maka akan ditulis sebagai jam 4:14. Pembulatan hingga
dua menit ini untuk berhati-hati.

Nah, dalam kasus puasa pembulatan itu justru
menjadi dilema sebab mereka tahu betul bahwa waktu Subuh dalam perhitungan asli
mereka dimulai 1-2 menit sebelum waktu yang mereka tulis di jadwal. Jadi,
prinsip ihtiyath dalam shalat adalah agar waktunya dimundurkan sedikit,
tetapi ihtiyath dalam puasa justru agar dimajukan sedikit. Karena itu
dimunculkanlah waktu imsak sebagai pengejawantahan prinsip ihtiyath
dalam berpuasa tersebut. Masyarakat seolah diberi pesan bahwa waktu shubuh yang
dilarang makan sudah hampir masuk 10 menit lagi, jadi sebaiknya sekarang mulai
bersiap-siap dulu, jangan mepet agar sempurna puasanya.

Dari sisi fikih, dalam sebuah hadis pun kita
dapati bahwa Nabi Muhammad memberi jeda sepanjang bacaan 50 ayat antara makan
sahurnya dan azan subuh. Itu artinya beliau bersiap-siap dahulu untuk menyambut
puasa dengan cara tidak makan sahur saat detik-detik menjelang adzan. Ini
adalah dalil yang cukup untuk dijadikan sebagai patokan kondisi ideal kapan
waktunya berhenti sahur. 50 ayat tersebut kalau dihitung dengan menit kurang
lebih 5-10 menit, tergantung panjang ayatnya dan kecepatan membacanya. Lain
lagi ceritanya bila konteksnya sedang tidak ideal seperti misalnya telat bangun
untuk sahur, maka tentu tidak masalah meskipun sahur di menit terakhir, yang
penting belum masuk waktu subuh.

Semoga bermanfaat.

Kontributor

  • Abdul Wahab Ahmad

    Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur. Menulis sejumlah buku di antaranya Kerancuan Akidah Wahabi.