Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Mengenang Kesabaran Sayyidah Aisyah dalam Peristiwa Hadits Ifk

Avatar photo
50
×

Mengenang Kesabaran Sayyidah Aisyah dalam Peristiwa Hadits Ifk

Share this article

Dalam perjalanan pulang kaum Muslimin dari perang Bani
Mustahliq, tersiar berita dusta bertujuan merusak keluarga Nabi saw. Berikut
ini kami kemukakan ringkasan dari riwayat yang tertera di dalam Ash-Shahihain.

Aisyah ra. meriwayatkan bahwa dalam perjalanan ini ia ikut
keluar bersama Rasulullah saw. Aisyah ra. berkata, “Setelah selesai dari
peperangan ini Rasulullah saw. bergegas pulang dan memerintahkan orang-orang
agar segera berangkat di malam hari. Di saat semua orang sedang berkemas-kemas
hendak berangkat, aku keluar untuk membuang hajat, aku terus kembali hendak
bergabung dengan rombongan. Pada saat itu kuraba-raba kalung leherku, ternyata
sudah tak ada lagi. Aku lalu kembali lagi ke tempat aku membuang hajatku tadi
untuk mencari-cari kalung hingga dapat kutemukan kembali.

Di saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah
orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap
segala-galanya. Mereka menduga aku berada di dalam sekedup sebagaimana dalam
perjalanan, oleh sebab itu haudaj lalu mereka angkat kemudian diikatkan pada
punggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam
haudaj. Karena itu mereka segera memegang tali kekang unta lalu mulai berangkat!

Ketika aku kembali ke tempat perkemahan, tidak aku jumpai seorang pun yang
masih tinggal. Semuanya telah berangkat. Dengan berselimut jilbab aku berbaring
di tempat itu. Aku berpikir, pada saat mereka mencari-cari aku tentu mereka
akan kembali lagi ke tempatku. Demi Allah, di saat aku sedang berbaring,
tiba-tiba Shafwan bin Mu‘atthal lewat. Agaknya ia bertugas di belakang pasukan.
Dari kejauhan ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku,
ia sudah mengenal dan melihatku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab.
Ketika melihatku ia berucap, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un! Istri
Rasulullah?“ Aku pun terbangun oleh ucapan itu. Aku tetap menutup diriku dengan
jilbabku.

Demi Allah, kami tidak mengucapkan satu kalimat pun dan
aku tidak mendengar ucapan darinya kecuali ucapan Inna lillahi wa inna
ilaihi raji‘un
itu. Kemudian dia merendahkan untanya lalu aku menaikinya.
Ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami datang di Nahri
Adh-Dhahirah tempat pasukan turun istirahat. Di sinilah mulai tersiar fitnah
tentang diriku. Fitnah ini berumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul
(orang munafi
k).

Aisyah ra. melanjutkan: Setibanya di Madinah kesehatanku terganggu selama
sebulan. Saat itu rupanya orang-orang sudah banyak berdesas-desus berita dusta
itu, sementara aku belum mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja aku tidak
melihat kelembutan dari Rasulullah saw, yang biasa kurasakan ketika aku sakit.
Beliau hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya, “Bagaimana keadaanmu?“
Setelah agak sehat aku keluar pada suatu malam bersama Ummu Mastha untuk
membuang hajat. Waktu itu kami belum membuat kakus. Di saat kami pulang,
tiba-tiba kaki Ummu Mastha terantuk sehingga kesakitan dan terlontar ucapan
dari mulutnya, “Celaka si Masthah!“ Ia kutegur, “Alangkah buruknya ucapanmu itu
mengenai seorang dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam perang Badr?“

Ummu Mastha bertanya, “Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?

Aisyah ra. melanjutkan: Ia kemudian menceritakan kepadaku
tentang berita dusta yang tersiar sehingga sakitku bertambah parah
. Malam itu aku menangis hingga pagi hari, air mataku terus
menetes dan aku tidak dapat tidur.

Kemudian Rasulullah saw. mulai meminta pandangan para
sahabatnya mengenai masalah ini. Di antara mereka ada yang berkata, “Wahai
Rasulullah mereka (para istri Nabi) adalah keluargamu. Kami tidak mengetahui
kecuali kebaikan.” Dan ada pula yang mengatakan, “Engkau tak perlu bersedih,
masih banyak wanita (lainnya). Tanyakan hal itu kepada pelayan perempuan
(maksudnya Barirah). Ia pasti memberi keterangan yang benar kepada anda!

Rasulullah saw. lalu memanggil pelayan perempuan bernama Barirah, dan bertanya,
“Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?“ Ia mengabarkan
kepada Nabi saw, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali sebagai orang yang
baik-baik.

Kemudian Nabi saw. berdiri di atas mimbar dan bersabda:
“Wahai kaum Muslimin! Siapa yang akan membelaku dari seorang lelaki yang telah
menyakiti keluargaku? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali
yang baik. Sesungguhnya mereka telah menyebutkan seorang lelaki yang aku tidak
mengenal lelaki itu kecuali sebagai orang yang baik.

Sa‘ad bin Muadz lalu berdiri seraya berkata, “Aku yang akan membelamu dari
orang itu wahai Rasulullah saw! Jika dia dari suku Aus, kami siap penggal
lehernya. Jika dia dari saudara kami suku Khazraj maka perintahkanlah kami,
kami pasti akan melakukannya.“ Maka timbullah keributan di masjid sampai
Rasulullah saw. meredakan mereka.

Aisyah ra. Melanjutkan: “Kemudian
Rasulullah saw. datang ke rumahku. Saat itu ayah-ibuku berada di rumah.
Ayah-ibuku menyangka bahwa tangisku telah menghancurluluhkan hatiku. Sejak
tersiar berita dusta itu, Nabi saw. tidak pernah duduk di sisiku. Selama
sebulan beliau tidak mendapatkan wahyu tentang diriku.

Aisyah ra. berkata, “Ketika duduk Nabi saw. membaca puji syukur ke Hadirat
Allah SWT lalu bersabda, “Hai Aisyah, aku telah mendengar mengenai apa yang
dibicarakan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah maka Allah SWT,
pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa maka mintalah ampunan
kepada Allah SWT dan tobatlah kepada-Nya.“

Seusai Rasulullah saw. mengucapkan ucapan itu, tanpa kurasakan air mataku
tambah bercucuran. Kemudian aku katakan kepada ayahku, “Berilah jawaban kepada
Rasulullah saw. mengenai diriku.” Ayahku menjawab, “Demi
Allah, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab.
Aku katakan pula kepada ibuku, “Berilah jawaban mengenai diriku.”

Dia pun menjawab, “Demi Allah aku tidak tahu bagaimana
harus menjawab
.” Lalu aku berkata, “Demi
Allah, sesungguhnya kalian telah mendengar hal itu sehingga kalian telah
membenarkannya. Jika aku katakan kepada kalian bahwa Allah Maha Mengetahui
bahwa aku tidak bersalah kalian pasti tidak akan membenarkannya. Jika aku
mengakuinya Allah Maha Mengetahui bahwa aku tidak bersalah, pasti kalian akan
membenarkan aku. Demi Allah aku tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan
kalian kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Nabi Yusuf as: “Sebaiknya
aku bersabar. Kepada Allah swt sajalah aku mohon pertolongan atas apa yang
kalian lukiskan
. (QS. Yusuf : 18)

Aisyah ra. berkata: Kemudian aku pindah dan berbaring di tempat tidurku.
Selanjutnya Aisyah berkata: Demi Allah, Rasulullah saw. belum bergerak dari
tempat duduknya, juga belum ada seorang pun dari penghuni rumah yang keluar
sehingga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya. Beliau tampak lemah lunglai
seperti biasanya tiap hendak menerima wahyu Ilahi, keringatnya bercucuran
karena beratnya wahyu yang diturunkan kepadanya. Aisyah berkata: Kemudian
keringat mulai berkurang dari badan Rasulullah saw. lalu beliau tampak
tersenyum. Ucapan yan pertama kali terdengar ialah, “Bergembiralah wahai
Aisyah, sesungguhnya Allah telah membebaskan kamu.
Kemudian ibuku berkata, “Berdirilah (berterimahkasihlah)
kepadanya.

Aku jawab: “Tidak! Demi Allah, aku
tidak akan berdiri (berterima kasih) kepadanya (Nabi saw) dan aku tidak akan
memuji kecuali Allah. Karena Dialah yang telah menurunkan pembebasanku.

Aisyah ra. berkata: Kemudian Allah menurunkan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu
buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang dari mereka
mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang
mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab
yang besar
.” sampai dengan ayat 21. (QS. an-Nur : 11-21)


Aisyah melanjutkan: Sebelum peristiwa ini ayahku membiayai Mastha karena
kekerabatan dan kemiskinannya. Tetapi setelah peristiwa ini ayahku berkata: “Demi
Allah, saya tidak akan membiayainya lagi karena ucapan yang diucapkan kepada
Aisyah. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya
: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di
antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum
kerabat(nya). Orang–orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah,
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
.”  (QS. An-Nur : 22)

Lalu Abu Bakar berkata
, “Demi Allah, sungguh aku
ingin mendapatkan ampun Allah.
Kemudian ia kembali
membiayai Masthah.

Kemudian Nabi saw. keluar dan menyampaikan khutbah kepada
orang-orang dan membacakan ayat-ayat al-Quran yang telah diturunkan mengenai
masalah ini. Selanjutnya Nabi saw. memerintahkan supaya dilakukan hukum hadd
(dera) kepada Masthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy
karena mereka termasuk orang-orang yang ikut menyebarluaskan desas-desus berita
fitnah tersebut.

(Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan AlButhi.

 

Kontributor

  • Tsalis Muttaqin

    Tsalis Muttaqin, alumnus Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Menyelesaikan S1 di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadits, Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Sekarang aktif mengajar sebagai dosen di IAIN Surakarta.