Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Menziarahi Syekh Muhammad Sa’ad Selakau, Murid Syekh Ahmad Khatib Sambas

Avatar photo
32
×

Menziarahi Syekh Muhammad Sa’ad Selakau, Murid Syekh Ahmad Khatib Sambas

Share this article

Jum’at (30/10) menjelang siang hari ini, saya menziarahi masjid tua, rumah dan makam Syekh Muhammad Sa’ad (w. 1922 M) di Selakau, Sambas, Kalimantan Barat.

Syekh Muhammad Sa’ad Selakau adalah mursyid Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah (TQN) yang juga murid langsung dari Syekh Ahmad Khatib Sambas di Makkah (w. 1875 M), ulama besar Nusantara di Tanah Suci yang juga inisiator TQN.

Masjid Bersejarah Sirajul Islam, didirikan pada 12 Rabi’ul Awwal 1340 H

Dalam catatan riwayat hidup yang diterima dari ahli keturunan, didapati informasi jika Syekh Muhammad Sa’ad lahir pada tahun 1807 M di Selakau, wilayah Kesultanan Sambas. Saat usia 13 tahun (1920), beliau pergi haji ke Makkah dan menetap di sana untuk belajar.

Di antara guru beliau di Makkah adalah Syekh Dawud Pattani (w. 1847), Syekh Abdul Ghani Bima (w. 1853), Syekh Ahmad Khatib Sambas (w. 1875) dan lain-lain.

Tampaknya, Kesultanan Sambas dan beberapa kesultanan lainnya di Kalimantan Barat memiliki kedekatan dengan para ulama Pattani.

Di Sambas, misalnya, ada Syekh Abdul Jalil Pattani yang menjadi ulama besar wilayah itu pada abad 19 M. Demikian halnya di Kesultanan Mempawah, ada Syekh Muhammad Ali b. Faqih Pattani, yang menjadi mufti Mempawah kedua, menggantikan Syarif Husain al-Qadri (w. 1771), mufti pertama Mempawah dan ayah dari Syarif Abdurrahman al-Qadri (w. 1808), pendiri Kesultanan Pontianak.

Syekh Ahmad Khatib Sambas adalah salah satu ulama besar Nusantara yang legendaris. Sesuai dengan nama yang melekat di belakangnya, beliau berasal dari Sambas.

Pemandangan masjid tua Sirajul Islam dari luar

Jaringan murid-murid Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah yang diinisiasinya menyebar di banyak wilayah Nusantara.

Di antaranya adalah Syekh Abdul Karim Banten di Makkah (yang menurunkan Syekh Asnawi Caringin, Syekh Tubagus Falak Bogor, Syekh Arsyad Thowil Banten-Minahasa, Syekh Ibrahim Brumbung Demak), Syekh Thalhah Kalisapu Cirebon (yang menurunkan Abah Sepuh Suryalaya, lalu Abah Anom Suryalaya), Syekh Abdurrahman Bali (penghimpun materi ajaran Syekh Ahmad Khatib Sambas dan menkodifikasikannya menjadi Fath al-‘Arifin), Syekh Ahmad Hasbullah Madura (yang menurunkan Syekh Tamim Peterongan) dan lain-lain.

Terkait jaringan murid-murid Syekh Ahmad Khatib Sambas juga jaringan literatur TQN, sila disimak di sini.

Ternyata, murid-murid Syekh Ahmad Khatib Sambas asal daerahnnya sendiri terbilang cukup banyak. Di antara mereka adalah Syekh Nuruddin Teukarang (Sambas) yang berasal dari Mindanau (Filipina), juga Syekh Muhammad Sa’ad Selakau yang kita bicarakan di muka.

Sepulang dari Makkah, Syekh Muhammad Sa’ad Selakau terlebih dahulu singgah dan mengajar di Kesultaanan Banjar (Kalimantan Selatan) selama kurang lebih 11 tahun lamanya. Setelah itu, beliau baru kembali ke kampung halamannya yang terletak di tepi Sungai Selakau, Sambas.

Di kampung halamannya itu Syekh Muhammad Sa’ad kemudian mendirikan masjid dan madrasah. Dalam catatan yang terdapat di pintu masuk, dikatakan masjid tersebut selesai dibangun pada tahun 1340 Hijri (1921 Masehi).

Di Selakau pula Syekh Muhammad Sa’ad menyebarkan ajaran TQN yang beliau warisi dari Syekh Ahmad Khatib Sambas, sekaligus mentalqin dan membaiat murid-muridnya. Hingga saat ini, di kecamatan Selakau dan kecamatan Sambas lainnya, masih dapat kita jumpai para pengamal TQN yang jalur transmisinya (sanad) berasal dari Syekh Muhammad Sa’ad ini.

Selepas shalat Jum’at nanti, saya berencana untuk menjumpai manuskrip-manuskrip peninggalan Syekh Muhammad Sa’ad. Semoga diberi kemudahan.Wallahu A’lam.

Sambas, 14 Rabiul Awwal 1442 Hijri.

Catatan:

1. Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada al-Mukarram KH. Ma’ruf Khozin, Ketua Aswaja Center Jawa Timur yang telah bermurah hati membawa saya untuk pergi ke Kalimantan Barat dalam rangkaian program muhibbah maulid beliau.

2. Terima kasih juga kepada para sesepuh PWNU Kalimantan Barat yang juga para akademisi IAIN Pontianak, KH. Dr. Wajidi Sayadi, Dr. Erwin Mahrus, Dr. Faizal Amin yang dalam diskusi kemarin di kantor PWNU memberikan banyak limpahan informasi mengenai jaringan keilmuan ulama Kalbar.

3. Juga terima kasih kepada kawan-kawan PW Ansor Kalbar, Hisaniah (Himpunan Santri dan Alumni Kiyai Yahya Sabrawi Malang) Kalbar dan Himasal (Himpunan Alumni Santri Lirboyo) Kalbar yang telah bebaik hati menemani saya dalam ziarah ini.

Kontributor

  • A. Ginanjar Syaban

    Nama lengkapnya Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban, MA. Filolog Muda NU ini adalah pakar naskah Islam Nusantara. Sehari-hari menjadi dosen di UNU Jakarta, dan aktif menulis juga menerjemah buku-buku berbahasa Arab.