Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Merespon Pandemi dengan Bersyukur

Avatar photo
24
×

Merespon Pandemi dengan Bersyukur

Share this article

Di masa pandemi ini, setiap hari kita disuguhi berbagai macam informasi tentang bahaya, dampak dan eskalasi penyebaran COVID-19 di mana-mana. Informasi yang kita terima secara panca indera baik melalui smartphone, televisi, radio maupun hasil obrolan dengan orang terdekat harus kita sikapi dengan ucapan syukur agar terhindar dari wabah serupa.

Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi saw. dalam hadis
riwayat al-Suyuti dalam al-Jāmi’ al-Ṣagīrnya hadis nomor 8667: “Barangsiapa melihat
orang yang sedang tertimpa ujian lalu ia berkata;

الحمدُ للهِ الذي عافَانِي مِمَّا ابْتلاكَ به ، و فَضَّلَنِي على كَثيرٍ مِمَّنْ
خلق تَفضِيلًا

Segala puji bagi Allah swt. yang telah
membebaskanku dari ujian sepertimu, dan memberikanku kebaikan melebihi yang
lain), maka ia akan terhindar dari bahaya ujian serupa.”

Ibn Majah, Al-Tirmidzi dan juga al-Bayhaqi menyampaikan
hadis serupa dalam kitabnya Sunan Ibn Mājah, Jāmi’al-Tirmidhī dan Sha’b al-īmān dengan perbedaan redaksi di belakangnya.

Ibn Majah dalam hadis no. 3892 menyampaikan bahwa sesiapa
yang mengucap ucapan syukur di atas saat melihat orang yang sedang tertimpa
bala maka ia akan diselamatkan dari bala serupa di manapun ia berada (ufiya
min dh
ālika al-balā’, kā’inan mā kāna).

Al-Tirmidzi dalam hadis no. 3431 yang menyampaikan bahwa
sesiapa yang mengucap ucapan syukur di atas saat melihat orang yang sedang
tertimpa bala maka ia akan diselamatkan dari bala serupa sepanjang hidupnya (illā ‘ufiya min dhalika al-balā’ kā’inan mā kāna māāsha).

Sedangkan al-Bayhaqi dalam hadis no. 4129 menyampaikan bahwa
sesiapa yang mengucap ucapan syukur di atas saat melihat orang yang tertimpa
ujian maka ia telah dianggap bersyukur atas nikmat yang didapat (kāna shakara tilka al-ni‘mah).

Dalam kitab Tuḥfat al-Aḥwadhī Sharh Jāmi‘ al-Tirmidhī Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfuri
menjelaskan, ujian atau bala yang dimaksud dalam hadis tersebut tidak hanya
berupa cobaan fisik yang ada di badan semisal penyakit lepra, kusta, fisik yang
cebol, kebutaan, pincang, kelumpuhan dan sebagainya, namun juga cobaan batin
yang transenden semisal berlaku fasiq, dzalim, kemaksiatan, kekufuran dan
sebagainya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Shafa al-‘Adawi dalam Ihdā’ al-Dībājah bi Sharḥ Sunan Ibn Mājah bahwa ucapan syukur ini baik diucapkan saat melihat orang yang tertimpa ujian secara fisiknya, akhlaknya maupun agamanya.

Balasan Allah swt. atas seseorang yang mengucapkan syukur dengan membebaskannya dari ujian serupa sesuai dengan firman Allah swt dalam surah Ibrāhīm [14] ayat 7.

Ucapan syukur dan pujian ini adalah dzikir yang diajarkan
oleh Nabi saw. pada umatnya agar terhindar dari ujian atau musibah serupa.
Etikanya juga diucapkan dalam hati dan tidak diucapkan secara keras hingga
terdengar oleh yang bersangkutan (yang mengalami ujian).

Akan sangat tidak elok mengucapkan dzikir ini hingga
terdengar oleh orang yang mengalami ujian tersebut, tentu akan menimbulkan
ketersinggungan dan identik mengejek jika itu terjadi serta akan hilanglah
esensi dari dzikir ini.

Namun dipaparkan dalam Tuḥfat al-Aḥwadhī mengucapkannya secara keras agar terdengar
pada yang fasiq atau yang berbuat maksiat dengan maksud agar si fasiq dan
maksiat tahu diri atau tobat dapat dibenarkan.

Hadis di atas juga memberikan fā’idah (pelajaran) bagi para petugas medis yang tentunya sering melihat berbagai macam jenis penyakit parah di tempat kerjanya. Utamanya saat ini para dokter, perawat, dan relawan COVID-19 yang dengan jelas memahami bagaimana ganasnya virus corona ini, maka seyogianya ucapan syukur yang diajarkan oleh Nabi saw. di atas senantiasa sering diucapkan setiap melihat pasien positif corona.

Ucapan syukur merupakan sebaik-baiknya doa, sebagaimana
riwayat al-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Nasa’i dan Ibnu Hibban, Nabi saw. bersabda:
“… afḍal al-du‘ā’ al-ḥamd lillāh” (sebaik-baiknya doa adalah alhamdulillah).

Dalam kitab Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī Ibn Baṭṭāl, al-Istidhkār li Ibn ‘Abd al-Barr dan Fatḥ al-Mannān Allah swt berfirman dalam hadis Qudsi:

Idhā shaghala ‘abdī thanā’ahu ‘alayya ‘an mas’alatī a‘ṭaytuhu afḍala mā u‘ṭī al-sā’ilīn.

“Jika seorang hamba sibuk memujiku hingga lupa berdoa
meminta pada-Ku, niscaya akan AKU berikan padanya sesuatu yang lebih baik dari
apa yang diminta oleh para hamba yang meminta-minta dalam doa mereka.”

Dengan demikian, akan sangat baik kiranya kita merespon
segala informasi pandemi ini dengan ucapan hamdalah dalam hati kita. Hal ini
sudah termasuk cara agar wabah tidak menjangkiti diri kita.

Selalu ingat untuk bersyukur pada Dzat Yang Maha Esa atas
karunia kesehatan dan keadaan baik yang kita alami dan tidak lupa mendoakan
yang lain agar ujian wabah ini segera selesai hingga kita dapat bersosialisasi
dengan normal kembali, amīn yā rabb al-‘ālamīn.

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.