Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Model Mahasiswa dan Alumni Luar Negeri, Banyak Juga yang Nggak Manfaat!

Avatar photo
32
×

Model Mahasiswa dan Alumni Luar Negeri, Banyak Juga yang Nggak Manfaat!

Share this article

Belajar di luar negeri menjadi dambaan banyak orang. Selain mendapatkan ilmu, pengetahuan, pengalaman dan relasi yang luas, belajar di luar negeri juga menjadi prestise tersendiri. Bukankah sudah masyhur sebuah ungkapan dalam bahasa Arabyang berbunyi “Uthlub al-ilm walau bi ash-ashin”, tuntutlah ilmu meski ke negeri China. Dan, Bukankah China bagi orang Arab adalah luar negeri?

Mahasiswa yang belajar di luar negeri digadang-gadang oleh keluarga, lingkungan dan negaranya. Kelak ketika sudah lulus dan pulang, mereka diharapkan dapat membangun tanah airnya.  Namun apakah benar mahasiswa luar negeri benar-benar istimewa? Berikut ini Ahmad Amin, budayawan Mesir menuturkan fakta-faktanya:

Mahasiswa luar negeri terbagi menjadi beberapa model. Pertama, mereka yang merasa mendapatkan kebebasan yang selama ini diidam-idamkan. Di rumah diawasi orang tua, di sekolah diawasi guru, di asrama diawasi pembina.

Di luar negeri mereka benar-benar merasa bebas lepas menjadi diri sendiri. Maka yang terjadi adalah hura-hura tanpa pengawasan, menghamburkan uang kiriman orang tua, malamnya begadang, siangnya tidur di kontrakan. Kelak ketika pulang, mahasiswa semacam ini tidak membawa apapun, tidak ilmu tidak pula akhlak. Badannya letih dan hatinya telah mati, sehingga mereka tidak berguna bagi ibu pertiwi.

Kedua, model mahasiswa kebalikan dari model yang pertama. Mereka terlalu serius belajar. Dalam bahasa gaulnya mereka disebut dengan ”kupu-kupu”. Kuliah-pulang, kuliah-pulang. Mereka sama sekali tidak bergaul. Yang mereka ketahui hanyalah jalan ke kampus, perpustakaan, rumah kontrakan, dan tentu setumpuk diktat kuliah yang mereka selesaikan dengan sempurna.

Bisa jadi mahasiswa model ini mendapatkan nilai yang istimewa. Mumtaz, cumlaude. Akalnya telah tumbuh, ilmunya semakin luas, tapi hati mereka sungguh telah tertutup dari kepekaan sosial.

Model yang ketiga, masih menurut Ahmad Amin, adalah mahasiswa yang sempurna. Mereka mengerti apa yang menjadi tujuan hidupnya. Mereka belajar ke luar negeri untuk menimba ilmu dan akhlak. Setiap yang terlihat menjadi pelajaran dan setiap langkah menjadi sebuah kemanfaatan.

Budaya dan nilai-nilai positif yang ada di negara tempat mereka belajar dijadikan guru. Mahasiswa model seperti inilah yang kelak pulang ke negaranya dengan segudang ilmu dan pengalaman yang luas.

Kiprah Alumni Luar Negeri

Sebagian orang melihat alumni luar negeri sebagai orang yang wow. Tentu saja ketika yang dilihat adalah tokoh-tokoh besar seperti Bung Hatta, Tan Malaka, atau yang terdekat adalah Gus Dur dan Prof. Qurays Shihab. Tapi bagaimanakah dengan alumni-alumni yang lain? Ahmad Amin kembali menuturkan fakta-faktanya:

Model pertama, alumni luar negeri yang hatinya terikat oleh kebiasaan buruk yang mereka lakukan selama studi: foya-foya, begadang, dan lain sebagainya. Alumni model ini tidak dapat berbuat apa-apa kecuali merepotkan keluarga dan lingkungannya.

Kedua, alumni yang dulunya rajin belajar, tapi karena terlalu fokus, dia tidak memiliki pengalaman dan hanya pulang membawa selembar ijazah. Dia pulang seolah-oleh hanya numpang tidur di luar negeri, sementara wawasannya masih bersifat lokal. Model alumni seperti ini juga tidak dapat berbuat banyak, meski masih lebih baik dari model yang pertama.

Ketiga, model alumni yang rajin belajar dan mengambil banyak faidah dari negara tempatnya belajar. Ketika pulang, dia terburu-buru ingin mengubah lingkungannya.  Dia ingin lingkungannya seperti luar negeri yang disiplin dan maju di segala bidang. Perubahan yang dia lakukan sangat frontal sehingga masyarakat tidak menerimanya. Dan akhirnya dia putus asa.

Model alumni yang keempat adalah mereka yang pulang ke negaranya dengan ilmu yang mumpuni, wawasan yang luas, pengalaman yang bermanfaat dan jiwa yang tenang. Dia melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada lingkungannya, lalu sedikit demi sedikit menanamkan nilai positif di keluarganya, tempat tinggalnya, untuk kemudian ketika dia mendapatkan sebuah posisi yang strategis, dia berbuat banyak untuk negaranya.

Sebenarnya ada model mahasiswa dan alumni luar negeri yang berikutnya, seperti yang dituturkan oleh Prof. Salim Said, wartawan senior, sejarawan Indonesia, dan mantan Duta Besar RI untuk Ceko di era Presiden SBY, yaitu mahasiswa yang takut pulang ke tanah air, sebab merasa tidak berani pulang ke tanah air, atau di luar negeri telah mendapatkan segalanya. Semoga itu bukan kita. Amin.

Kontributor

  • Ahmad Hujaj Nurrohim

    Asal Cilacap, pernah nyantri di Pesantren Leler dan Al Azhar Kairo. Sekarang tinggal di Yogyakarta dan mengajar di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Punya hobi nonton film action.