Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Peletakan Batu Pertama Akbar Initiative; Pentingnya Menjaga Keseriusan dalam Menutut Ilmu

Avatar photo
448
×

Peletakan Batu Pertama Akbar Initiative; Pentingnya Menjaga Keseriusan dalam Menutut Ilmu

Share this article

Sabtu pukul 13.00 WIB Maulana Syekh Abdul Aziz Asy-Sahawi mengunjungi daerah Tegal Kunir Lor, Kec. Mauk, Banten, dalam rangka mengahdiri undangan majelis taklim Riyadhatul Qulub pimpinan Ustadz RafuddinAkbar L.C, sekaligus peletakan batu pertama yayasan Akbar Intiative. Yayasan yang dibangun oleh salah satu lulusan Al-Azhar sekaligus anggota DPRD Kab. Tanggerang tersebut merupakan yayasan yang berfokus pada pendidikan

Dalam sambutannya Ustadz Rafiuddin selaku ketua yayasan sekaligus DPRD Kab. Tanggerang menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas kehadiran Syekh Abdul Aziz. Dia juga menyampaikan bahwa DPRD Kab. Tanggerang memiliki program pemberian beasiswa penuh kepada para pelajar yang ingin melanjutkan studinya di jenjang universitas –baik di dalam atau luar negeri, khususnya Al-Azhar. “insya Allah setiap tahun akan ada beberapa delegasi daerah kami yang belajar di Al-Azhar dengan beasiswa penuh,” tuturnya di hadapan Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi.

Dalam kunjungannya tersebut, Syekh Abdul Aziz menyampaikan dukungan atas usaha dan cita-cita Ustadz Rafiuddin untuk berdedikasi pada bidang pendidikan. Selain itu Maulana Syekh Abdul aziz juga  banyak memberi nasehat kepada para hadirin. Syekh Abdul Aziz menyampaikan pentingnya menjaga Al-Qur’an. “Tidak ada yang lebih berharga di dalam hidup ini kecuali Al-Qur’an,” tutur beliau. Syekh Abdul Aziz memaparkan banyak Hadis yang menggambarkan bahwa Al-Qur’an akan memberi syafaat bagi para penjaganya di hari akhir nanti.

Maulana Seyekh Abdul Aziz juga berharap agar yayasan pendidikan yang didirikan oleh Ustadz Rafiuddin memberikan perhatian lebih terhadap Al-Qur’an, sehigga mencetak generasi-generasi penjaga Al-Qur’an –baik secara lafadz ataupun makna.

Selain itu, Syekh Abdul Aziz juga menyampaikan pentingnya menjaga keseriusan dalam menuntut ilmu. Beliau menjelaskan bahwa pelajar harus berusaha sekeras mungkin dalam mencapai kesuksesan menuntut ilmu. Sebab, ilmu tidak bias didapat dengan besantai, ia harus diusahakan dengan seluruh kemampuan, sebagaimana riwayat dari Muslim di dalam kitab sahih-nya. Syekh Abdul Aziz juga menyitir sebuah syair yang menjelaskan bahwa ilmu didapat dengan enamm syarat: cerdas, cita-cita, serius, modal, memiliki guru, dan dalam waktu yang lama.

Beliau menjelaskan orang yang tidak memiliki cita-cita tidak akan serius dalam menuntut ilmu. Syekh Abdul Aziz memberikan tips agar sukses dalam mencapai cita-cita. Untuk sukses butuh dua syarat; pertama, usaha; kedua, tawakal kepada Allah. Jika dua syarat ini diamalkan insya Allah seseorang akan mencapai kesuksesan menggapai cita-citanya. Beliau menjelaskan lebih lanjut bahwa hendaknya seseorang harus selalu berprasangka baik (husnudzan) kepada Allah. Husnudzan adalah bagian dari ihsan, sementara ihsan harus dengan memperbaiki amal. Oleh karena itu, bagi beliau, berusaha adalah hal penting, namun tawakal juga tidak boleh ditinggalkan.

Keseriusan adalah modal utama bagi para pelajar, beliau menceritakan bagaimana Imam Syafii sangat serius saat belajar kepada Imam Malik. Imam Syafii saat belajar kepada Imam Malik masih terbilang muda, sementara Imam Malik sendiri sudah berumur kisaran 70 tahun. Namun, Imam Syafii tidak pernah sekalipun malas karena melihat gurunya yang sudah sepuh.

Syekh Abdul Aziz melanjutkan bahwa salah satu rukun mencari ilmu adalah keberadaan seorang guru yang mengajarkan ilmu tersebut. Beliau menyampaikan bahwa seseorang yang belajar kedokteran hanya dari buku, tanpa guru, akan membunuh pasiennya, demikian juga dengan orang yang belajar agama tanpa guru akan menyesatkan orang lain. Kehadiran seorang guru akan memberikan arahan bagaimana ilmu tersebut bekerja agar tidak membawa mafsadah bagi orag banyak.

Di sela-sela itu Syekh Abdul aziz menceritakan dua putra Harun Al-Rasyid, seoarng penguasa Bani Abbasiyah. Kedua putra Harun Al-Rasydi dikirim untuk belajar kepada Imam Al-Kisai. Keduanya sealalu berebut memasangkan sandal guurunya, hingga satu waktu Harun Al-Rasyid melihat tingkah kedua putranya, dan bertanya kepada Al-Kisai, “Siapakah yang paling mulia wahai AlKisai?,” Al-Kisai menjawab dengan rendah hati, “pemimpin umat muslim (gelar Harun Al-rasyid).” Harun menimpali, “bukan, yang paling mulia adalah orang yang memansangkan sandal.” Dari cerita ini Syekh Abdul Aziz ingin menekankan keseriusan dalam belajar juga salah satunya adalah menghormati guru, dan keseriusan akan mendatangkan kemuliaan.

Di akhir kuliah umumnya, Syekh Abdul Aziz menjawab beberap pertanyaan dari para hadirin. Diantara pertanyaan tersebut adalah bagaimana membedakan belajar yang membutuhkan guru dan yang tidak membutuhkan guru berikut pandangan beliau tentang belajar lewat social media seperti Youtube.

Syekh Abdul Aziz menjawab bahwa titik sentral dalam belajar adalah memahami maklumat yang didapatkan, baik dengan membaca sendiri attau dari guru. Permasalahannya adalah bagaimana seseorang yang belum pernah mengenal satu bidang keilmuan –seperti nahwu- mampu memahami maklumat dari buku tanpa guru? Inilah yang menyebabkan keberadaan guru sangat penting di tengah perjalanan menghasilkan ilmu. Namun, jika seseorang sudah mencapai level tertentu, dimana maklumat satu bidang keilmuan sudah dikuasainya, dia bisa memahami maklumat lain dari bidang ilmu tersebut tanpa guru. Demikian juga dengan belajar lewat social media, seperti Youtube. Selama dia memahami apa yang disampaikan gurunya maka tidak masalah.

Satu pertanyaan lagi yang dilontarkan salah satu audiens kepada beliau, yakni tentang tips-tips menjaga hafalan. Syekh Abdul Aziz menjelaskan bahwa agar hafalan tidak mudah hilang maka harus ada konsitensi dalam menjaganya. Beliau juga menambahkan, menghafal tidak perlu banyak, yang terpenting adalah konsitensinya. Ada seseorang yang semangat dalam mengafal seingga bisa menghafalkan banyak maklumat dalamm satu hari, namun setelah itu dia merasa lelah hingga malas untuk menjaga hafalannya. Hal ini tidak positif. Imam Al-Kisai, lanjut beliau, menghafalkan Al-Qur’an hanya tiga sampai lima ayat dalam sehari, namun beliau istkamah dalam menjaga hafalan tersebut hingga menjadi salah satu imam dalam bidang qira`ah (model bacaan Al-Qur’an).

Acara yang penuh khidmah tersebut diakhiri dengan peletakan batu pertama yayasan Akbar Intiative oleh Maulana Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi. Syekh Abdul Aziz mendoakan agar yayasan yang dibangun oleh Ustadz Rafiuddin Akbar tersebut menjadi berkah dan membuahkan hasil yang positif bagi umat.

Kontributor

  • Hadi Abdul Fattah

    Santri asal Cirebon. Penikmat kopi, kebijaksanaan, dan Syair Arab. Dapat dihubungi melalui IG: @hadi_abd.fattah