Pada sore hari Selasa (17/11), kami berkesempatan untuk menziarahi makam Syaikh Sulaiman ar-Rosuli (1871-1970) dan juga Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Canduang, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Syaikh Sulaiman ar-Rosuli adalah tokoh besar Islam Sumatera Barat sekaligus ikon ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) di Ranah Minang.
Pada tahun 1928, Syaikh Sulaiman ar-Rosuli bersama ulama-ulama besar Minangkabau lainnya mendirikan organisasi keislaman berhaluan tradisionalis dan berbasis ideologi Aswaja bernama Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI).
Di masa yang bersamaan, Syaikh Sulaiman ar-Rosuli juga mendirikan Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah sebagai basis utama bagi organisasi PERTI.
Hingga saat ini, Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang masih eksis berdiri.
Di pesantren ini juga telah berdiri jenjang Ma’had Aly dengan concern kajian Ushul Fikih dan Bahasa Arab.
Tak jauh dari Pesantren Canduang, terdapat juga Pesantren Ashhabul Yamin yang didirikan oleh anak murid langsung dari Syaikh Sulaiman ar-Rosuli, yaitu Buya Zamzami Yunus (saat ini berusia sekitar 74 tahun).
Baca juga: Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Fatwa Menjual Ayam ke Orang Cina
Saat ini, Buya Zamzami Yunus terkenal sebagai ulama besar Minang yang masih mengajarkan kitab-kitab klasik “kelas berat”, seperti Jam’ul Jawami (ushul fikih) karya al-Subki, Asybah wa Nazhoir (furu’) karya al-Suyuthi, Iqazh al-Himam syarah al-Hikam (tasawuf) karya Ibn ‘Ajibah, Hasyiah al-Mahalli (fikih) karya al-Mahalli dan lain-lain.
Syaikh Sulaiman ar-Rosuli masih tercatat sebagai murid langsung dari Syaikh Sa’ad Mungka (1857-1922), seorang mursyid besar Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah.
Selain belajar kepada Syaikh Sa’ad Mungka, Syaikh Sulaiman ar-Rosuli juga pernah tercatat belajar kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau di Makkah (w. 1916).
Ketika di Makkah, Syaikh Sulaiman ar-Rosuli satu guru dengan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (w. 1947), pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Karena itulah, tidak mengherankan jika antara PERTI dan NU didapati banyak kesamaan dalam pelbagai aspeknya.
Keduanya adalah organisasi keislaman yang berhaluan tradisionalis dan berideologi Aswaja. Pun demikian halnya dalam tradisi, sistem dan kurikulum pesantren-pesantren keduanya.
Syaikh Sulaiman ar-Rosuli juga memiliki sejumlah karya tulis, di antaranya adalah “Al-Qaul al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an” (dalam bidang tafsir), “Risalah al-Aqwal wa al-Washithah fi al-Dzikr wa al-Rabithah” (dalam bidang tarekat), “Tsamarah al-Ihsan fi Wiladah Sayyid al-Insan” (sejarah hidup Nabi Muhammad) dan lain-lain.
Baca juga: Syair Tarekat dari Minangkabau: Sebuah Catatan Sejarah era Kolonial
Alhamdulillah, ziarah ke makam Syaikh Sulaiman ar-Rosuli dan Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Canduang sore ini bersama Kyai Idrus Ramli, Kyai Ma’ruf, Para Buya dan Abna PERTI serta kawan-kawan NU Sumatera Barat. Wallahu A’lam.
Canduang, Rabi’ul Tsani 1442 Hijri